Demotivasi, Pandemi, dan New Normal, Apa yang Mesti Dilakukan?
Rabu, 08 Juli 2020 - 21:42 WIB
JAKARTA - “Duh, demot banget, nih. Aku kenapa, ya?”
Merasa kehilangan motivasi, demot, atau demotivasi di tengah pandemi ini mungkin beberapa kali kita alami. Pertanyaannya, apakah ini hal yang wajar?
Melansir dari CNBC, Lynn Bufka, seorang psikolog klinis dan direktur senior di American Psychological Association, mengatakan bahwa merasa cemas dan kehilangan motivasi di tengah pandemi ini adalah hal yang sangat wajar.
Lynn Bufka menerangkan bahwa setiap orang punya cara yang berbeda dalam menghadapi situasi wabah COVID-19. ( )
Ada orang yang justru bisa fokus pada segala tugas selama periode belajar atau bekerja di rumah, tapi ada juga yang merasa jadi gak punya kendali atas apa yang terjadi. Gak ada yang salah dengan keduanya.
Walau begitu, perlu diingat bahwa pandemi gak bikin Bumi berhenti berputar. Indonesia kini memasuki masa norma baru, yaitu boleh beraktivitas di luar, tapi dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Dalih demotivasi gara-gara rasa cemas yang menghantui di tengah pandemi gak bisa jadi alasan untuk gak menyelesaikan tugas kuliah atau kerjaan kita. Jadi, kalau kita masih merasa demot terus, kita harus gimana? ( )
1. SADARI, TERIMA, DAN AKUI YANG KAMU RASAKAN
Foto: Freepik
Hal ini memang gak gampang. Sering kita menyangkal apa yang lagi kita rasakan, salah satunya mungkin karena kita takut menghadapi kenyataan bahwa kita gak sekuat yang kita bayangkan. Walau begitu, mempraktikkan tiga hal di atas sangat penting supaya kita bisa makin mengenal diri kita sendiri dan mengidentifikasi apa yang sekiranya perlu kita lakukan untuk menghadapi perasaan itu.
2. BERAKSI
Foto: Freepik
Penting untuk diingat bahwa sering kali kita terjebak dengan perasaan kita sendiri. Kita malah sekadar berandai-andai tentang apa yang bisa kita lakukan untuk menghalau perasaan negatif yang kita rasakan. ( )
Misalnya, si A menyadari bahwa ia hilang semangat karena perasaan cemas gara-gara menonton berita kematian korban COVID-19 yang bertubi-tubi. Langkah lanjutan yang seharusnya dilakukan si A adalah memahami bahayanya virus ini, dan melakukan pencegahan semaksimal mungkin. Intinya, beraksilah, bukan sekadar memikirkannya saja yang akhirnya membuat emosi jadi tak stabil.
3. EVALUASI
Foto: Freepik
Merasa kehilangan motivasi, demot, atau demotivasi di tengah pandemi ini mungkin beberapa kali kita alami. Pertanyaannya, apakah ini hal yang wajar?
Melansir dari CNBC, Lynn Bufka, seorang psikolog klinis dan direktur senior di American Psychological Association, mengatakan bahwa merasa cemas dan kehilangan motivasi di tengah pandemi ini adalah hal yang sangat wajar.
Lynn Bufka menerangkan bahwa setiap orang punya cara yang berbeda dalam menghadapi situasi wabah COVID-19. ( )
Ada orang yang justru bisa fokus pada segala tugas selama periode belajar atau bekerja di rumah, tapi ada juga yang merasa jadi gak punya kendali atas apa yang terjadi. Gak ada yang salah dengan keduanya.
Walau begitu, perlu diingat bahwa pandemi gak bikin Bumi berhenti berputar. Indonesia kini memasuki masa norma baru, yaitu boleh beraktivitas di luar, tapi dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Dalih demotivasi gara-gara rasa cemas yang menghantui di tengah pandemi gak bisa jadi alasan untuk gak menyelesaikan tugas kuliah atau kerjaan kita. Jadi, kalau kita masih merasa demot terus, kita harus gimana? ( )
1. SADARI, TERIMA, DAN AKUI YANG KAMU RASAKAN
Foto: Freepik
Hal ini memang gak gampang. Sering kita menyangkal apa yang lagi kita rasakan, salah satunya mungkin karena kita takut menghadapi kenyataan bahwa kita gak sekuat yang kita bayangkan. Walau begitu, mempraktikkan tiga hal di atas sangat penting supaya kita bisa makin mengenal diri kita sendiri dan mengidentifikasi apa yang sekiranya perlu kita lakukan untuk menghadapi perasaan itu.
2. BERAKSI
Foto: Freepik
Penting untuk diingat bahwa sering kali kita terjebak dengan perasaan kita sendiri. Kita malah sekadar berandai-andai tentang apa yang bisa kita lakukan untuk menghalau perasaan negatif yang kita rasakan. ( )
Misalnya, si A menyadari bahwa ia hilang semangat karena perasaan cemas gara-gara menonton berita kematian korban COVID-19 yang bertubi-tubi. Langkah lanjutan yang seharusnya dilakukan si A adalah memahami bahayanya virus ini, dan melakukan pencegahan semaksimal mungkin. Intinya, beraksilah, bukan sekadar memikirkannya saja yang akhirnya membuat emosi jadi tak stabil.
3. EVALUASI
Foto: Freepik
tulis komentar anda