Peluang Besar Jadi Animator, Ini Seluk Beluknya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sektor animasi melonjak saat pandemi, peluang jadi animator pun terbuka lebar. Gajinya juga menggiurkan.
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sebesar 98% pelaku industri kreatif terdampak pandemi Covid-19, tetapi produk gim dan animasi meningkat.
Animasi merupakan subsektor industri kreatif yang berkembang pesat dan punya peran penting dalam terwujudnya Revolusi Industri 4.0.
Perkembangan dapat dilihat dari banyaknya produksi animasi yang ditayangkan di stasiun televisi nasional maupun internet dalam bentuk film, iklan, maupun visual gim.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri kreatif berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar Rp1,2 triliun pada 2019. Pada periode 2015-2019, sektor industri film, animasi, dan video tumbuh hingga 10,33%.
Sejumlah karya animasi Indonesia juga mulai mendapat perhatian televisi nasional seperti kartun "Sopo dan Jarwo" yang ditayangkan di MNC TV. Ada pula film panjang yang tayang di bioskop "Si Juki The Movie" yang diangkat dari cerita komik.
Foto: Falcon Pictures
Konten animasi yang tak kalah mendapat sorotan warganet adalah Kanal YouTube “Kok Bisa” yang didirikan oleh Gerald Sebastian, Ketut Yoga Yudistira, dan Alvin Dwisaputra. Kanal ini berisi edukasi yang dikemas dengan video animasi yang diperankan oleh karakter Kobi dan Sasa.
Tak cuma lingkup nasional, animator Indonesia juga banyak yang karyanya sudah dikenal dunia internasional. Salah satunya adalah Rini Sugianto. Perempuan asal Lampung itu mengawali kariernya di perusahaan WETA Studio yang berkantor pusat di Selandia Baru.
Salah satu karya Rini yang populer adalah film animasi yang diadaptasi dari komik "The Adventures of Tintin: The Secret of The Unicorn" (2011).
Rini mengerjakan 72 shot animasi yang kalau digabungkan, totalnya jadi 4 menit dari 120 menit total durasi film . Proses pengerjaan dilakukan selama kurang lebih satu tahun dan melibatkan 35 animator lainnya.
Karya populer lainnya dari Rini Sugianto selama tujuh tahun terakhir, di antaranya "Iron Man 3" (2013), "Hunger Games: Catching Fire" (2013), "The Avenger: Age Of Ultron" (2015), "Teenage Mutant Ninja Turtles" (2014 dan 2016), dan "Ready Player One" (2019) yang masuk sebagai nomine untuk meraih Piala Oscar 2019.
Proses Kerja Animator
Melalui telewicara yang dilaksanakan Selasa (27/10), Rini Sugianto menjelaskan secara singkat proses bekerja seorang animator, terutama untuk menghasilkan shot dalam film animasi.
Rini Sugianto. Foto: Dok. Rini Sugianto
Awalnya, animator akan diberi penugasan (shot assignment). Langkah selanjutnya pembuatan story board sesuai permintaan klien. Setelah itu, diaplikasikan pada 3D di perangkat lunak (software) Maya tetapi tidak harus Maya.
Setelah itu, ada proses blocking, tujuannya mengetahui akting dari karakter tersebut. Kemudian proses second path dan polishing supaya gerakannya halus dan detail, seperti gerakan jari dan mata. ( )
Apa Saja yang Dipelajari di Sekolah Animasi?
Pada 2012, Rini mendirikan Flash Frame Workshop, sebuah sekolah animasi berbasis daring. Sekolah ini didirikan karena jumlah sekolah animasi di Indonesia sangat terbatas saat itu.
Hal-hal yang diajarkan pada murid sekolah animasi tahap pemula di antaranya adalah materi bouncing ball, pendulum, karakter kaki, full body, dan work cycle.
Tahap selanjutnya, materi yang diberikan adalah lanjutan dari work cycle, dan lebih mengarah ke character personality, emotion, reaction, dan body mechanic. ( )
Menurut Rini, untuk menjadi animator tiga dimensi kemampuan gambarnya tidak perlu sebagus illustrator. Yang penting gambarnya mampu bercerita. Namun, untuk animator 2 dimensi harus punya keahlian gambar lebih.
Di Indonesia, sudah banyak ditemui perguruan tinggi maupun kursus animasi terutama di daerah Jakarta. Salah satu kampus yang membuka jurusan animasi adalah Politeknik Media Kreatif (Polimedia) Jakarta.
Menurut Ghina Khairunnisa, salah seorang mahasiswa jurusan Animasi Polimedia, animasi tidak hanya soal gambar, tetapi animasi meliputi sinematografi, penyuntingan audio, visual effect, animasi 2 dimensi berupa gambar, dan animasi 3 dimensi. “Kalau jurusan animasi di Polimedia lebih fokus pada 3 dimensi,” ujarnya.
Ghina Khairunnisa. Foto: Ghina Khairunnisa
Tips Sukses dan Gaji Animator
Untuk animator yang ingin berkarier di Hollywood, Rini menyarankan untuk fokus pada kualitas animasi dibandingkan sektor animasinya. Animator Indonesia perlu diberi kesempatan mengerjakan proyek berkualitas tinggi seperti di Hollywood.
Rini juga membagikan tips bagi animator yang ingin berkarier di dunia internasional. “Awalnya, paham 3D sudah bisa ke industri animasi, kalau sekarang sudah tidak bisa karena kompetisi sudah tinggi sekali. Perbanyak referensi cuplikan video pendek animasi (demoreel) dari animator yang bekerja di perusahaan animasi yang dituju, pelajari dan samakan standarnya” jelas Rini.
Menurut Rini, pendapatan yang diterima animator pemula di Amerika Serikat bisa mencapai USD30.000 (Rp442,7 juta) hingga USD40.000 (Rp590,3 juta) per tahun. Bagi animator senior, pendapatannya berkisar kurang lebih USD150.000 (Rp2,2 miliar) per tahun.
GenSINDO
Anggita Hutami Ratnaningsih
Politeknik Negeri Jakarta
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sebesar 98% pelaku industri kreatif terdampak pandemi Covid-19, tetapi produk gim dan animasi meningkat.
Animasi merupakan subsektor industri kreatif yang berkembang pesat dan punya peran penting dalam terwujudnya Revolusi Industri 4.0.
Perkembangan dapat dilihat dari banyaknya produksi animasi yang ditayangkan di stasiun televisi nasional maupun internet dalam bentuk film, iklan, maupun visual gim.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri kreatif berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar Rp1,2 triliun pada 2019. Pada periode 2015-2019, sektor industri film, animasi, dan video tumbuh hingga 10,33%.
Sejumlah karya animasi Indonesia juga mulai mendapat perhatian televisi nasional seperti kartun "Sopo dan Jarwo" yang ditayangkan di MNC TV. Ada pula film panjang yang tayang di bioskop "Si Juki The Movie" yang diangkat dari cerita komik.
Foto: Falcon Pictures
Konten animasi yang tak kalah mendapat sorotan warganet adalah Kanal YouTube “Kok Bisa” yang didirikan oleh Gerald Sebastian, Ketut Yoga Yudistira, dan Alvin Dwisaputra. Kanal ini berisi edukasi yang dikemas dengan video animasi yang diperankan oleh karakter Kobi dan Sasa.
Tak cuma lingkup nasional, animator Indonesia juga banyak yang karyanya sudah dikenal dunia internasional. Salah satunya adalah Rini Sugianto. Perempuan asal Lampung itu mengawali kariernya di perusahaan WETA Studio yang berkantor pusat di Selandia Baru.
Salah satu karya Rini yang populer adalah film animasi yang diadaptasi dari komik "The Adventures of Tintin: The Secret of The Unicorn" (2011).
Rini mengerjakan 72 shot animasi yang kalau digabungkan, totalnya jadi 4 menit dari 120 menit total durasi film . Proses pengerjaan dilakukan selama kurang lebih satu tahun dan melibatkan 35 animator lainnya.
Karya populer lainnya dari Rini Sugianto selama tujuh tahun terakhir, di antaranya "Iron Man 3" (2013), "Hunger Games: Catching Fire" (2013), "The Avenger: Age Of Ultron" (2015), "Teenage Mutant Ninja Turtles" (2014 dan 2016), dan "Ready Player One" (2019) yang masuk sebagai nomine untuk meraih Piala Oscar 2019.
Proses Kerja Animator
Melalui telewicara yang dilaksanakan Selasa (27/10), Rini Sugianto menjelaskan secara singkat proses bekerja seorang animator, terutama untuk menghasilkan shot dalam film animasi.
Rini Sugianto. Foto: Dok. Rini Sugianto
Awalnya, animator akan diberi penugasan (shot assignment). Langkah selanjutnya pembuatan story board sesuai permintaan klien. Setelah itu, diaplikasikan pada 3D di perangkat lunak (software) Maya tetapi tidak harus Maya.
Setelah itu, ada proses blocking, tujuannya mengetahui akting dari karakter tersebut. Kemudian proses second path dan polishing supaya gerakannya halus dan detail, seperti gerakan jari dan mata. ( )
Apa Saja yang Dipelajari di Sekolah Animasi?
Pada 2012, Rini mendirikan Flash Frame Workshop, sebuah sekolah animasi berbasis daring. Sekolah ini didirikan karena jumlah sekolah animasi di Indonesia sangat terbatas saat itu.
Hal-hal yang diajarkan pada murid sekolah animasi tahap pemula di antaranya adalah materi bouncing ball, pendulum, karakter kaki, full body, dan work cycle.
Tahap selanjutnya, materi yang diberikan adalah lanjutan dari work cycle, dan lebih mengarah ke character personality, emotion, reaction, dan body mechanic. ( )
Menurut Rini, untuk menjadi animator tiga dimensi kemampuan gambarnya tidak perlu sebagus illustrator. Yang penting gambarnya mampu bercerita. Namun, untuk animator 2 dimensi harus punya keahlian gambar lebih.
Di Indonesia, sudah banyak ditemui perguruan tinggi maupun kursus animasi terutama di daerah Jakarta. Salah satu kampus yang membuka jurusan animasi adalah Politeknik Media Kreatif (Polimedia) Jakarta.
Menurut Ghina Khairunnisa, salah seorang mahasiswa jurusan Animasi Polimedia, animasi tidak hanya soal gambar, tetapi animasi meliputi sinematografi, penyuntingan audio, visual effect, animasi 2 dimensi berupa gambar, dan animasi 3 dimensi. “Kalau jurusan animasi di Polimedia lebih fokus pada 3 dimensi,” ujarnya.
Ghina Khairunnisa. Foto: Ghina Khairunnisa
Tips Sukses dan Gaji Animator
Untuk animator yang ingin berkarier di Hollywood, Rini menyarankan untuk fokus pada kualitas animasi dibandingkan sektor animasinya. Animator Indonesia perlu diberi kesempatan mengerjakan proyek berkualitas tinggi seperti di Hollywood.
Rini juga membagikan tips bagi animator yang ingin berkarier di dunia internasional. “Awalnya, paham 3D sudah bisa ke industri animasi, kalau sekarang sudah tidak bisa karena kompetisi sudah tinggi sekali. Perbanyak referensi cuplikan video pendek animasi (demoreel) dari animator yang bekerja di perusahaan animasi yang dituju, pelajari dan samakan standarnya” jelas Rini.
Menurut Rini, pendapatan yang diterima animator pemula di Amerika Serikat bisa mencapai USD30.000 (Rp442,7 juta) hingga USD40.000 (Rp590,3 juta) per tahun. Bagi animator senior, pendapatannya berkisar kurang lebih USD150.000 (Rp2,2 miliar) per tahun.
GenSINDO
Anggita Hutami Ratnaningsih
Politeknik Negeri Jakarta
(it)