Antinatalisme: Saat Melahirkan Anak Jadi Tindakan Amoral

Senin, 12 April 2021 - 18:30 WIB
loading...
A A A
Pemikiran antinatalismenya muncul saat ia berusia lima tahun. Saat itu, orang tuanya menyuruhnya terus-terusan untuk berangkat sekolah. Padahal ia sedang frustrasi dan tidak ingin pergi. Ia pun bertanya kepada orang tuanya, “Terus, mengapa kalian memilikiku?”

Hidup Raphael jauh dari kata tidak baik-baik saja. Hidupnya sangat berkecukupan dan berhubungan dekat dengan orang tuanya. Namun, karena hal itu ia merasa bahwa orang tuanya hanya menggunakannya untuk memenuhi keinginan mereka.

"Tidak ada gunanya kemanusiaan. Begitu banyak orang yang menderita. Jika umat manusia punah, Bumi dan hewan akan lebih bahagia. Mereka pasti akan menjadi lebih baik. Selain itu, tidak akan ada manusia yang menderita. Keberadaan manusia sama sekali tidak ada gunanya," katanya, mengutip dari BBC .

HUBUNGAN ANTINATALISME DENGAN LINGKUNGAN

Sebuah studi menyatakan bahwa dampak terbesar pengurangan emisi karbon adalah dengan memiliki sedikit anak. Hal ini setara dengan pengurangan 58 ton CO2 untuk setiap tahun dalam sebuah keluarga.

Sebagai perbandingan, hidup tanpa kendaraan selama setahun dapat menghemat 2,4 ton. Namun, dampak kelebihan populasi di Bumi dapat menjadi masalah baru untuk lingkungan. Misalnya, di Amerika Serikat seseorang bertanggung jawab atas 40 kali emisi yang dihasilkan oleh orang Bangladesh.

Baca Juga: Sering Dapat Stereotip Negatif, Ini 7 Kelebihan Anak Broken Home

Krisis iklim juga menjadi masalah bagi Bumi. Karena hal itu, masa depan anak pun terancam. Para antinatalis memiliki pemikiran pesimistis-skeptis untuk memastikan planet layak huni bagi anak-anak yang baru dilahirkan.

Melansir dari Lifegate , menurut perhitungan Global Footprint Network, manusia telah menggunakan lebih dari apa yang dapat didukung oleh Bumi dalam satu tahun. Hal tersebut memicu penurunan sumber daya yang Bumi sediakan untuk menyokong kebutuhan sehari-hari.

Alifia Putri Yudanti
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Twitter: @shcsei
(ita)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2108 seconds (0.1#10.140)