Kok Bisa, Sesuatu Jadi Tren? Yuk, Simak Prosesnya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kalau kita mendengar kata ‘tren’, pasti yang pertama muncul di kepala kita adalah aplikasi TikTok dan cloud bread yang masih viral sampai sekarang.
Orang-orang selalu berbondong mencoba sesuatu yang jadi tren biar katanya gak ketinggalan zaman.
Tapi kalian pernah gak, sih, penasaran gimana prosesnya sebuah makanan atau desain baju tertentu bisa jadi tren di kalangan anak muda? Kalau penasaran, di bawah ini adalah jawabannya.
Semua ini bisa dijelasin dengan teori Diffusion of Innovation yang dikembangin oleh E.M Rogers pada tahun 1962.
Teori ini menjelaskan gimana seiring waktu, sebuah ide atau produk mendapatkan momentum dan menyebar di tengah masyarakat.
Alhasil, karena difusi ini, orang sebagai bagian dari sistem sosial mengadopsi ide baru, perilaku, atau produk.
Teori ini dibagi jadi lima tahapan yang diwakili oleh aktor-aktor yang terlibat dalam tiap proses difusi. ( )
1. PARA PENDAHULU (THE INNOVATORS)
Foto: astons.com
Inovator adalah mereka yang berkenan mencoba sebuah ide, perilaku atau produk yang baru. Mereka cenderung senang ketika dikasih kesempatan mencoba produk baru dan terkadang jadi kurang berminat dengan sesuatu yang mainstream.
Inovator punya tanggung jawab dalam menciptakan suatu gerakan baru yang cukup asing secara budaya. Hal kayak gini bisa kita temukan pada kegiatan endorsment yang biasanya dilakukan oleh seleb ternama. Pasti kalian gak asing, lah, ya, dengan inovator-inovator ini.
2. PARA PENGIKUT AWAL (THE EARLY ADOPTERS)
Foto: Unsplash
Semua hal dimulai dari nol, begitu juga sebuah tren sebelum meledak. Para pengikut awal ini bisa dibilang merupakan trendsetter yang punya kekuatan jaringan (networking) disertai jaringan media sosial yang solid.
Merekalah yang menyebarkan tren baru itu dari mulut ke mulut atau lewat media sosial dengan kekuatan jaringan yang mereka punya. Kondisi ini mirip banget sama youtuber yang hobi nge-review barang atau makanan kekinian sebelum banyak dicoba orang lain.
3. PARA PENGIKUT GELOMBANG PERTAMA (THE EARLY MAJORITY)
Foto: Unsplash
Nah, kalau sebelumnya mulai ada review-review produknya, pada tahapan ini, media massa mulai menyoroti produk itu. Belum menjadi tren memang, cuma udah mulai ada potensi besardari produk itu.
Di sini juga udah banyak orang yang coba-coba produknya sebelum rata-rata orang mencobanya. ( )
4. PARA PENGIKUT MAYORITAS (THE LATE MAJORITY)
Orang-orang selalu berbondong mencoba sesuatu yang jadi tren biar katanya gak ketinggalan zaman.
Tapi kalian pernah gak, sih, penasaran gimana prosesnya sebuah makanan atau desain baju tertentu bisa jadi tren di kalangan anak muda? Kalau penasaran, di bawah ini adalah jawabannya.
Semua ini bisa dijelasin dengan teori Diffusion of Innovation yang dikembangin oleh E.M Rogers pada tahun 1962.
Teori ini menjelaskan gimana seiring waktu, sebuah ide atau produk mendapatkan momentum dan menyebar di tengah masyarakat.
Alhasil, karena difusi ini, orang sebagai bagian dari sistem sosial mengadopsi ide baru, perilaku, atau produk.
Teori ini dibagi jadi lima tahapan yang diwakili oleh aktor-aktor yang terlibat dalam tiap proses difusi. ( )
1. PARA PENDAHULU (THE INNOVATORS)
Foto: astons.com
Inovator adalah mereka yang berkenan mencoba sebuah ide, perilaku atau produk yang baru. Mereka cenderung senang ketika dikasih kesempatan mencoba produk baru dan terkadang jadi kurang berminat dengan sesuatu yang mainstream.
Inovator punya tanggung jawab dalam menciptakan suatu gerakan baru yang cukup asing secara budaya. Hal kayak gini bisa kita temukan pada kegiatan endorsment yang biasanya dilakukan oleh seleb ternama. Pasti kalian gak asing, lah, ya, dengan inovator-inovator ini.
2. PARA PENGIKUT AWAL (THE EARLY ADOPTERS)
Foto: Unsplash
Semua hal dimulai dari nol, begitu juga sebuah tren sebelum meledak. Para pengikut awal ini bisa dibilang merupakan trendsetter yang punya kekuatan jaringan (networking) disertai jaringan media sosial yang solid.
Merekalah yang menyebarkan tren baru itu dari mulut ke mulut atau lewat media sosial dengan kekuatan jaringan yang mereka punya. Kondisi ini mirip banget sama youtuber yang hobi nge-review barang atau makanan kekinian sebelum banyak dicoba orang lain.
3. PARA PENGIKUT GELOMBANG PERTAMA (THE EARLY MAJORITY)
Foto: Unsplash
Nah, kalau sebelumnya mulai ada review-review produknya, pada tahapan ini, media massa mulai menyoroti produk itu. Belum menjadi tren memang, cuma udah mulai ada potensi besardari produk itu.
Di sini juga udah banyak orang yang coba-coba produknya sebelum rata-rata orang mencobanya. ( )
4. PARA PENGIKUT MAYORITAS (THE LATE MAJORITY)