Novel Klub Bunuh Diri Dirilis, Bertepatan dengan Bulan Kesadaran Kesehatan Mental Sedunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rumah kreatif Indonesia Sinema Persada merilis novel berjudul provokatif, Klub Bunuh Diri. Novel ini diluncurkan bertepatan dengan Mental Health Awareness Month yang jatuh tiap bulan Mei.
Novel Klub Bunuh Diri berkisah tentang Rama, Sinta, dan Vino yang punya satu persamaan, yaitu pernah mencoba untuk bunuh diri. Mereka merasa tidak punya alasan lagi untuk bertahan hidup. Tidak karena keluarga, tidak karena teman, tidak karena karier, tidak karena kekasih, apalagi karena diri sendiri.
Sampai suatu saat, mereka tiba di Klub Bunuh Diri milik Mentari, seorang penyintas kecanduan narkoba yang juga pernah memutuskan untuk mengakhiri hidup, tapi seseorang menariknya menuju cahaya.
Di Klub Bunuh Diri, mereka berusaha memulihkan hidup yang berantakan dan saling mendukung satu sama lain. Persahabatan dan kasih sayang pun bersemi di antara mereka. Di Klub Bunuh Diri, setiap orang berhak atas kesempatan kedua dan lepas dari masa lalu yang membelenggu.
Foto: Dok. Indonesia Sinema Persada
Ichwan Persada selaku penulis cerita asli novel ini juga mengaku pernah mengalami depresi. “Akhir tahun lalu, saya pun sempat merasakan depresi akibat situasi ekonomi yang tidak menentu. Akhirnya merembet ke masalah kesehatan yang serius," ujarnya, mengutip dari siaran pers.
Baca Juga: 5 Pemicu Munculnya Gangguan Mental yang Jarang Diketahui
"Untungnya memang karena banyak teman-teman di sekeliling saya yang mengulurkan tangan dan mendukung saya untuk kembali bangkit, “ ujar sutradara miniseri populer Asya Storyini.
Awalnya Klub Bunuh Diri dikembangkan Ichwan dalam wujud skenario miniseri enam episode. Namun karena persoalan depresi yang dialaminya, Ichwan menarik diri dan akhirnya memutuskan untuk membagikan isu penting ini terlebih dahulu dalam format novel kepada masyarakat luas. Ia bekerja sama dengan penerbit Bukuditeras untuk penyebarannya di masyarakat.
Foto: springboardmd.org
Ide cerita dari Ichwan dikembangkan oleh penulis Eunike Hanny yang sudah bekerja sama dengannya dalam menulis beberapa judul skenario miniseri. Oleh Hanny, kisah di dalam novel tidak hanya soal cara anak-anak muda bangkit dari keterpurukan, tapi juga menyoal hubungan antara orang tua dan anak.
Baca Juga: 10 Trik Psikologi untuk Bikin Hidup Kamu Lebih Mudah
“Saya kira novel ini bisa menjadi cerminan bagi kita semua untuk lebih peduli kepada sesama. Jika ada di antara teman atau keluarga kalian yang mengalami depresi dan kecenderungan bunuh diri, ulurkan tangan buat mereka. Jangan tunggu hingga semuanya terlambat. Buat mereka kembali percaya bahwa selalu ada tangan yang bisa menggenggam erat ketika mereka kehilangan harap,“ ucapnya.
Novel Klub Bunuh Diri berkisah tentang Rama, Sinta, dan Vino yang punya satu persamaan, yaitu pernah mencoba untuk bunuh diri. Mereka merasa tidak punya alasan lagi untuk bertahan hidup. Tidak karena keluarga, tidak karena teman, tidak karena karier, tidak karena kekasih, apalagi karena diri sendiri.
Sampai suatu saat, mereka tiba di Klub Bunuh Diri milik Mentari, seorang penyintas kecanduan narkoba yang juga pernah memutuskan untuk mengakhiri hidup, tapi seseorang menariknya menuju cahaya.
Di Klub Bunuh Diri, mereka berusaha memulihkan hidup yang berantakan dan saling mendukung satu sama lain. Persahabatan dan kasih sayang pun bersemi di antara mereka. Di Klub Bunuh Diri, setiap orang berhak atas kesempatan kedua dan lepas dari masa lalu yang membelenggu.
Foto: Dok. Indonesia Sinema Persada
Ichwan Persada selaku penulis cerita asli novel ini juga mengaku pernah mengalami depresi. “Akhir tahun lalu, saya pun sempat merasakan depresi akibat situasi ekonomi yang tidak menentu. Akhirnya merembet ke masalah kesehatan yang serius," ujarnya, mengutip dari siaran pers.
Baca Juga: 5 Pemicu Munculnya Gangguan Mental yang Jarang Diketahui
"Untungnya memang karena banyak teman-teman di sekeliling saya yang mengulurkan tangan dan mendukung saya untuk kembali bangkit, “ ujar sutradara miniseri populer Asya Storyini.
Awalnya Klub Bunuh Diri dikembangkan Ichwan dalam wujud skenario miniseri enam episode. Namun karena persoalan depresi yang dialaminya, Ichwan menarik diri dan akhirnya memutuskan untuk membagikan isu penting ini terlebih dahulu dalam format novel kepada masyarakat luas. Ia bekerja sama dengan penerbit Bukuditeras untuk penyebarannya di masyarakat.
Foto: springboardmd.org
Ide cerita dari Ichwan dikembangkan oleh penulis Eunike Hanny yang sudah bekerja sama dengannya dalam menulis beberapa judul skenario miniseri. Oleh Hanny, kisah di dalam novel tidak hanya soal cara anak-anak muda bangkit dari keterpurukan, tapi juga menyoal hubungan antara orang tua dan anak.
Baca Juga: 10 Trik Psikologi untuk Bikin Hidup Kamu Lebih Mudah
“Saya kira novel ini bisa menjadi cerminan bagi kita semua untuk lebih peduli kepada sesama. Jika ada di antara teman atau keluarga kalian yang mengalami depresi dan kecenderungan bunuh diri, ulurkan tangan buat mereka. Jangan tunggu hingga semuanya terlambat. Buat mereka kembali percaya bahwa selalu ada tangan yang bisa menggenggam erat ketika mereka kehilangan harap,“ ucapnya.
(ita)