Buruan Cek! Ini 8 Hal yang Saat Muda Dianggap Penting padahal Tidak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagai anak muda, kita kerap menganggap banyak hal terasa penting dalam hidup. Hal yang penting ini kita anggap bisa membuat hidup kita lebih bahagia.
Karena terlalu memikirkan hal-hal yang kita anggap penting tersebut, akhirnya banyak waktu terbuang karena kekhawatiran kita atas sesuatu itu. Dampaknya, justru kita malah jadi stres.
Saat ini, mungkin kelihatannya hal yang dikhawatirkan tersebut adalah hal yang besar, tapi lama-kelamaan seiring usia berjalan, para psikolog mengatakan bahwa hal tersebut nyatanya bukan hal yang terlalu penting, dan kita tidak perlu mencemaskannya dalam jangka waktu panjang.
Apa saja hal-hal tersebut, berikut ini daftarnya, mengutip dari berbagai sumber.
Foto: Shutterstock
Ini adalah 'penyakit' banyak orang, terutama pada masa kini adalah mereka yang gemar menghabiskan waktu di media sosial.
Jika sibuk melihat dan mengurusi hidup orang lain, maka kita akan mudah membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Misalnya, nilai akademik atau karier teman kita lebih sukses, sedangkan kita tidak ada perkembangan.
Kemudian kita merasa khawatir karena terlalu memikirkan pencapaian dari kehidupan orang tersebut. Akibatnya dapat menimbulkan tekanan dan stres yang sebenarnya tidak perlu ada.
Padahal yang terpenting adalah fokus dengan kehidupan sendiri dan tidak perlu membandingkannya. Ingatlah bahwa perjalanan setiap orang itu unik dan berbeda. Kesuksesan dan kebahagian tiap orang berbeda, dan karenanya tidak bisa diukur dengan tolak ukur orang lain.
Foto: Shutterstock
Yang satu ini juga masih ada hubungannya dengan poin pertama, dan kerap terjadi di media sosial. Banyak orang merasa sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain hingga mengorbankan kebahagiaannya sendiri.
Menurut mereka, kalau banyak orang setuju atas tindakan atau pikiran kita, berarti kita sudah berada di jalan yang benar.
Rupanya berusaha mendapat pengakuan justru menguras habis energi kita. Karena pasti akan ada orang yang tidak setuju dengan pilihan kita.
Psikologi menunjukkan bahwa mencari validasi eksternal dapat memicu perasaan rendahnya harga diri dan stres. Padahal dalam kehidupan yang terpenting bukan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, tapi apa yang kamu pikirkan tentang dirimu sendiri.
Foto:Antonio Guillem/Adobe Stock
Berusaha untuk selalu menjadi sempurna dalam setiap kehidupan kita hanya membuat kita lelah. Sehingga setiap kekurangan atau kesalahan dianggap sebagai kegagalan.
Apalagi ketika kita mencoba mencapai kesempurnaan yang tidak dapat dicapai. Ini hanya menguras tenaga, waktu, dan pikiran kita.
Psikologi memberi tahu kita bahwa kesempurnaan adalah fatamorgana. Bukan tentang sempurna, tapi berusaha menerima ketidaksempurnaan. Hidup akan jauh lebih bermanfaat apabila kita tidak hanya fokus pada kesempurnaan hidup.
Foto:Daniel/Adobe Stock
Karena terlalu memikirkan hal-hal yang kita anggap penting tersebut, akhirnya banyak waktu terbuang karena kekhawatiran kita atas sesuatu itu. Dampaknya, justru kita malah jadi stres.
Saat ini, mungkin kelihatannya hal yang dikhawatirkan tersebut adalah hal yang besar, tapi lama-kelamaan seiring usia berjalan, para psikolog mengatakan bahwa hal tersebut nyatanya bukan hal yang terlalu penting, dan kita tidak perlu mencemaskannya dalam jangka waktu panjang.
Apa saja hal-hal tersebut, berikut ini daftarnya, mengutip dari berbagai sumber.
1. Membandingkan Hidup Kita dengan Orang Lain
Foto: Shutterstock
Ini adalah 'penyakit' banyak orang, terutama pada masa kini adalah mereka yang gemar menghabiskan waktu di media sosial.
Jika sibuk melihat dan mengurusi hidup orang lain, maka kita akan mudah membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Misalnya, nilai akademik atau karier teman kita lebih sukses, sedangkan kita tidak ada perkembangan.
Kemudian kita merasa khawatir karena terlalu memikirkan pencapaian dari kehidupan orang tersebut. Akibatnya dapat menimbulkan tekanan dan stres yang sebenarnya tidak perlu ada.
Padahal yang terpenting adalah fokus dengan kehidupan sendiri dan tidak perlu membandingkannya. Ingatlah bahwa perjalanan setiap orang itu unik dan berbeda. Kesuksesan dan kebahagian tiap orang berbeda, dan karenanya tidak bisa diukur dengan tolak ukur orang lain.
2. Mencari Validasi dari Orang Lain
Foto: Shutterstock
Yang satu ini juga masih ada hubungannya dengan poin pertama, dan kerap terjadi di media sosial. Banyak orang merasa sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain hingga mengorbankan kebahagiaannya sendiri.
Menurut mereka, kalau banyak orang setuju atas tindakan atau pikiran kita, berarti kita sudah berada di jalan yang benar.
Rupanya berusaha mendapat pengakuan justru menguras habis energi kita. Karena pasti akan ada orang yang tidak setuju dengan pilihan kita.
Psikologi menunjukkan bahwa mencari validasi eksternal dapat memicu perasaan rendahnya harga diri dan stres. Padahal dalam kehidupan yang terpenting bukan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, tapi apa yang kamu pikirkan tentang dirimu sendiri.
3. Mengejar Kesempurnaan
Foto:Antonio Guillem/Adobe Stock
Berusaha untuk selalu menjadi sempurna dalam setiap kehidupan kita hanya membuat kita lelah. Sehingga setiap kekurangan atau kesalahan dianggap sebagai kegagalan.
Apalagi ketika kita mencoba mencapai kesempurnaan yang tidak dapat dicapai. Ini hanya menguras tenaga, waktu, dan pikiran kita.
Psikologi memberi tahu kita bahwa kesempurnaan adalah fatamorgana. Bukan tentang sempurna, tapi berusaha menerima ketidaksempurnaan. Hidup akan jauh lebih bermanfaat apabila kita tidak hanya fokus pada kesempurnaan hidup.
4. Menyimpan Dendam
Foto:Daniel/Adobe Stock