5 Hal yang Membuat Seseorang Bisa Menjadi Pemimpin, Kamu Punya?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernahkah kamu berpikir bagaimana BTS bisa punya pengaruh yang sangat besar bagi banyak orang? Selain karena musik mereka, BTS juga punya perhatian pada isu yang luas, salah satunya adalah soal kesehatan mental.
BTS bisa dikategorikan sebagai seorang pemimpin karena mereka punya pengaruh dan dampak yang besar bagi para penggemar mereka, bahkan meluas hingga ke masyarakat umum.
Pada dasarnya, setiap manusia adalah seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri atau orang lain. Ternyata, setiap orang punyakekuatan untuk menarik orang mengikutinya.
Power atau kekuatan adalah instrumen penting yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Teori ini dalam psikologi dinamakan sebagai social bases of power atau kekuatan sosial dasar.
Teori ini dikembangkan oleh psikolog sosial J.R.P. French dan Bertram Raven pada 1959. Menurut mereka, seorang pemimpin dapat memengaruhi atau dipengaruhi dari orang lain.
Hal ini juga sesuai dengan teori claiming dan granting yang menekankan pentingnya penerimaan dari "pengikutnya". Ketika pemimpin memiliki ide (claiming), idenya tentu harus diikuti dan disetujui oleh pengikutnya (granting). Kalau hal tersebut tidak terpenuhi, maka seorang pemimpin harus dipertanyakan kembali kelayakannya.
Oleh karena itu, besarnya kekuatan sangat memengaruhi tindakan seorang pemimpin. Berikut adalah lima kekuatan sosial dasar yang membuat seseorang bisa menjadi pemimpin.
1. KEKUATAN KOERSIF (COERSIF POWER)
Foto: Getty Images/Historyextra
Kekuatan yang satu ini termasuk dalam kategori kekuatan formal. Kekuatan ini juga sifatnya cenderung negatif dan gampang disalahgunakan. Pemimpin yang menggunakan ini biasanya punya konsekuensi untuk tidak disukai orang lain.
Dua bentuk dari penggunaan kekuatan ini adalah ancaman dan hukuman. Ketika seorang pemimpin memutuskan untuk menghukum rekan kerjanya dengan pemotongan gaji, ia telah menggunakan kekuatan koersifnya.Salah satu sosok pemimpin yang menonjol dalam menggunakan kekuatan ini adalah Adolf Hitler. Ia tidak segan-segan membantai keturunan Yahudi dan sering kali dalam aksinya memberikan ancaman terhadap warga Jerman lainnya.
2. KEKUATAN PENGGUNAAN IMBALAN (REWARD POWER)
Foto: Shutterstock
Kekuatan ini juga merupakan salah satu kekuatan formal. Namun sayang, dalam penggunaannya kekuatan ini cenderung dikatakan lemah dan tidak efektif. Bentuk kekuatan ini ini adalah pemberian hadiah yang bisa berupa uang, barang, atau sanjungan.
Penggunaan kekuatan ini secara berlebihan dikhawatirkan akan membuat seseorang merasa termotivasi cuma karena ada imbalan uang atau barang. Oleh karena itu, penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Namun, apabila pemimpin menggunakannya dengan memberikan pujian dan apresiasi, hal tersebut justru sangat berdampak baik, yaitu bisa meningkatkan kinerja seseorang. Pengikut atau bawahannya akan merasa dihargai dan dianggap keberadaannya. Hubungan antara pemimpin dan rekan kerjanya pun akan terjalin dengan baik.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Buku tentang Pengembangan Diri, Kamu Sudah Baca?
3. KEKUATAN TERLEGITIMASI (LEGITIMATE POWER)
Foto: iStock
Masih dalam kategori kekuatan formal, kekuatan ini secara tidak langsung memberikan dampak yang sangat besar karena sifatnya yang hierarkis. Seorang pemimpin yang memiliki kekuatan ini telah berada di posisi paling atas sehingga apa yang ia perintahkan harus dijalani oleh orang di bawahnya. Namun, sifatnya adalah terbatas karena kekuatan ini digunakan hanya pada saat periode seseorang menjabat.
Kekuatan ini secara otomatis dimiliki oleh presiden, CEO, kepala departemen, bahkan kepala keluarga. Dengan kekuatan yang terlegitimasi, pemimpin memiliki kekuasaan yang sah.
Namun, terkadang seorang pemimpin keliru dalam menggunakan kekuatan ini. Seharusnya, kekuatan tersebut ia gunakan untuk memberdayakan orang-orang di sekitarnya, bukan sebaliknya. Salah satu bentuk penyimpangan dari kekuatan ini adalah tindakan korupsi.
4. KEKUATAN 'MENULARKAN' (REFERENT POWER)
Foto: Shutterstock
Ini adalah jenis kekuatan pribadi atau personal sekaligus salah satu kekuatan yang efektif. Seorang pemimpin yang memiliki kekuatan ini tidak harus ahli dalam bidang tertentu. Sikap dan sifat baik dari seorang pemimpin yang kemudian ditularkan kepada orang lain adalah salah bentuk dari kekuatan ini. Seorang pemimpin bisa memberikan pengaruh terkait sikapnya sehingga membuat orang lain terinspirasi.
Pada masa sekarang, banyak bermunculan influencer. Mereka mungkin tidak ahli dalam satu bidang, tapi setiap hal yang mereka gunakan dan lakukan akan punya pengaruh terhadap para follower-nya.
Baca Juga: 7 Hal Kepemimpinan Ini Bisa Dipelajari Dari Wanita
5. KEKUATAN AHLI (EXPERT POWER)
Foto: iStock
Kebalikan dari referent power adalahkekuatan ahli, yaitu kekuatan yang dimiliki orang yang ahli dalam bidang tertentu. Saat seorang pemimpin punya kekuatan ini, ia akan memberikan ide-ide baru terkait suatu bidang. Selain itu, bawahannya pun bisa meminta umpan balik atas masalah pekerjaan yang sedang dihadapi. Rekan kerjanya percaya bahwa pemimpin tersebut mampu membantunya karena ia punya keahlian.
Kekuatan sebagai seorang ahli ini bisa dikembangkan dengan cara terus belajar dan mencari pengalaman. Dari belajar tersebut, seseorang mendapatkan berbagai ilmu sehingga ia akan mahir dalam suatu bidang.
Alifia Putri Yudanti
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Twitter: @shcsei
BTS bisa dikategorikan sebagai seorang pemimpin karena mereka punya pengaruh dan dampak yang besar bagi para penggemar mereka, bahkan meluas hingga ke masyarakat umum.
Pada dasarnya, setiap manusia adalah seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri atau orang lain. Ternyata, setiap orang punyakekuatan untuk menarik orang mengikutinya.
Power atau kekuatan adalah instrumen penting yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Teori ini dalam psikologi dinamakan sebagai social bases of power atau kekuatan sosial dasar.
Teori ini dikembangkan oleh psikolog sosial J.R.P. French dan Bertram Raven pada 1959. Menurut mereka, seorang pemimpin dapat memengaruhi atau dipengaruhi dari orang lain.
Hal ini juga sesuai dengan teori claiming dan granting yang menekankan pentingnya penerimaan dari "pengikutnya". Ketika pemimpin memiliki ide (claiming), idenya tentu harus diikuti dan disetujui oleh pengikutnya (granting). Kalau hal tersebut tidak terpenuhi, maka seorang pemimpin harus dipertanyakan kembali kelayakannya.
Oleh karena itu, besarnya kekuatan sangat memengaruhi tindakan seorang pemimpin. Berikut adalah lima kekuatan sosial dasar yang membuat seseorang bisa menjadi pemimpin.
1. KEKUATAN KOERSIF (COERSIF POWER)
Foto: Getty Images/Historyextra
Kekuatan yang satu ini termasuk dalam kategori kekuatan formal. Kekuatan ini juga sifatnya cenderung negatif dan gampang disalahgunakan. Pemimpin yang menggunakan ini biasanya punya konsekuensi untuk tidak disukai orang lain.
Dua bentuk dari penggunaan kekuatan ini adalah ancaman dan hukuman. Ketika seorang pemimpin memutuskan untuk menghukum rekan kerjanya dengan pemotongan gaji, ia telah menggunakan kekuatan koersifnya.Salah satu sosok pemimpin yang menonjol dalam menggunakan kekuatan ini adalah Adolf Hitler. Ia tidak segan-segan membantai keturunan Yahudi dan sering kali dalam aksinya memberikan ancaman terhadap warga Jerman lainnya.
2. KEKUATAN PENGGUNAAN IMBALAN (REWARD POWER)
Foto: Shutterstock
Kekuatan ini juga merupakan salah satu kekuatan formal. Namun sayang, dalam penggunaannya kekuatan ini cenderung dikatakan lemah dan tidak efektif. Bentuk kekuatan ini ini adalah pemberian hadiah yang bisa berupa uang, barang, atau sanjungan.
Penggunaan kekuatan ini secara berlebihan dikhawatirkan akan membuat seseorang merasa termotivasi cuma karena ada imbalan uang atau barang. Oleh karena itu, penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Namun, apabila pemimpin menggunakannya dengan memberikan pujian dan apresiasi, hal tersebut justru sangat berdampak baik, yaitu bisa meningkatkan kinerja seseorang. Pengikut atau bawahannya akan merasa dihargai dan dianggap keberadaannya. Hubungan antara pemimpin dan rekan kerjanya pun akan terjalin dengan baik.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Buku tentang Pengembangan Diri, Kamu Sudah Baca?
3. KEKUATAN TERLEGITIMASI (LEGITIMATE POWER)
Foto: iStock
Masih dalam kategori kekuatan formal, kekuatan ini secara tidak langsung memberikan dampak yang sangat besar karena sifatnya yang hierarkis. Seorang pemimpin yang memiliki kekuatan ini telah berada di posisi paling atas sehingga apa yang ia perintahkan harus dijalani oleh orang di bawahnya. Namun, sifatnya adalah terbatas karena kekuatan ini digunakan hanya pada saat periode seseorang menjabat.
Kekuatan ini secara otomatis dimiliki oleh presiden, CEO, kepala departemen, bahkan kepala keluarga. Dengan kekuatan yang terlegitimasi, pemimpin memiliki kekuasaan yang sah.
Namun, terkadang seorang pemimpin keliru dalam menggunakan kekuatan ini. Seharusnya, kekuatan tersebut ia gunakan untuk memberdayakan orang-orang di sekitarnya, bukan sebaliknya. Salah satu bentuk penyimpangan dari kekuatan ini adalah tindakan korupsi.
4. KEKUATAN 'MENULARKAN' (REFERENT POWER)
Foto: Shutterstock
Ini adalah jenis kekuatan pribadi atau personal sekaligus salah satu kekuatan yang efektif. Seorang pemimpin yang memiliki kekuatan ini tidak harus ahli dalam bidang tertentu. Sikap dan sifat baik dari seorang pemimpin yang kemudian ditularkan kepada orang lain adalah salah bentuk dari kekuatan ini. Seorang pemimpin bisa memberikan pengaruh terkait sikapnya sehingga membuat orang lain terinspirasi.
Pada masa sekarang, banyak bermunculan influencer. Mereka mungkin tidak ahli dalam satu bidang, tapi setiap hal yang mereka gunakan dan lakukan akan punya pengaruh terhadap para follower-nya.
Baca Juga: 7 Hal Kepemimpinan Ini Bisa Dipelajari Dari Wanita
5. KEKUATAN AHLI (EXPERT POWER)
Foto: iStock
Kebalikan dari referent power adalahkekuatan ahli, yaitu kekuatan yang dimiliki orang yang ahli dalam bidang tertentu. Saat seorang pemimpin punya kekuatan ini, ia akan memberikan ide-ide baru terkait suatu bidang. Selain itu, bawahannya pun bisa meminta umpan balik atas masalah pekerjaan yang sedang dihadapi. Rekan kerjanya percaya bahwa pemimpin tersebut mampu membantunya karena ia punya keahlian.
Kekuatan sebagai seorang ahli ini bisa dikembangkan dengan cara terus belajar dan mencari pengalaman. Dari belajar tersebut, seseorang mendapatkan berbagai ilmu sehingga ia akan mahir dalam suatu bidang.
Alifia Putri Yudanti
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Twitter: @shcsei
(ita)