4 Kunci Sukses Realisasikan Impian yang Tertunda, Nomor Satu Yakin!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada dua tipe orang saat menghadapi sebuah tantangan. “Si ambisius” yang melahap tantangan atau mereka yang menyerah sebelum perang.
Dua perilaku ini bisa datang karena buah pikiran yakin atau tidak yakin dengan diri sendiri. Perilaku ini biasanya disebut sebagai self-efficacy. Self-Efficacy merupakan inti teori kognitif sosial yang dicetuskan oleh psikolog Albert Bandura.
Menurut Bandura dalam bukunya berjudul "Self-Efficacy in Changing Societies" (1997), self-efficacy adalah keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu.
Foto: Pixabay
Keyakinan pada diri sendiri ini digambarkan sebagai penentu cara orang berpikir, berperilaku, dan merasakan. Perilaku ini berperan penting terhadap keadaan psikologis seseorang yang akhirnya menentukan motivasi diri untuk melakukan sesuatu.
Baca Juga: Punya Sifat Ambisius, Baik atau Buruk?
Empat Faktor yang Mendorong Perkembangan Self-Efficacy
Self-efficacy tidak begitu saja dimiliki oleh seorang individu, melainkan merupakan sebuah proses yang dipelajari sejak individu hingga wafat. Self-efficacy akan terus bertambah seiring dengan perkembangan keterampilan, pengalaman, dan pemahaman baru.
Bandura memaparkan bahwa ada empat sumber utama self-efficacy. Pertama, penguasaan pengalaman. Maksudnya merasa sukses saat melakukan tugas atau tantangan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pelaku. Sehingga ia akan percaya untuk mengulangi hal yang sama.
Foto: Pixabay
Kedua, permodelan sosial. Punya panutan (role model) bisa memberikan motivasi bagi si pengagum. Sehingga si pengagum ingin memiliki kesuksesan yang sama dengan menirukan idolanya.
Ketiga, persuasi sosial. Setiap orang punya kemampuan untuk berdaya. Memberikan semangat yang membesarkan hati dalam bentuk perkataan (verbal) bisa menjadi alat untuk mengatasi keraguan pada diri.
Keempat, tanggapan psikologi. Memaknai suatu peristiwa akan memengaruhi rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu. Baik atau buruknya sebuah situasi sejatinya dapat dikendalikan melalui pemikiran diri sendiri.
Foto: Pixabay
Membangun Self-Efficacy
Self-efficacy adalah sebuah kemampuan psikologis yang bisa diperkuat. Mengutip dari verywellmind.com, ada empat cara yang dapat dilakukan untuk memperkuat self-efficacy.
Pertama, rayakan setiap kesuksesan. Tetapkan tujuan mulai dari hal terkecil yang dapat diraih. Setiap mendapat keberhasilan yang dianggap sukses cobalah untuk menghargai diri. Jangan pedulikan perkataan orang lain yang menganggap capaian yang diraih tidak sukses. Sebab tidak ada kesuksesan yang benar-benar ideal.
Foto: Pixabay
Kedua, amati orang lain. Pada tahapan ini poin yang ditonjolkan bukan untuk membandingkan diri. Melainkan memerhatikan cara orang tersebut meraih tujuannya.
Ketiga, carilah umpan balik positif. Hindari orang-orang beracun (toxic people). Saran dan masukan adalah hal yang penting. Namun, cobalah cari orang yang bisa memberikan kritik yang membangun dan memotivasi.
Baca Juga: 8 Film untuk Bangkitkan Energi Positif saat Tahun Baru!
Keempat, pahami pikiran dan kondisi emosi pribadi. Saat merasa tidak yakin dengan diri sendiri karena kondisi emosi yang tidak stabil, cobalah untuk melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi. Lalu, pikirkan hal positif yang dapat menenangkan diri hingga emosi menjadi lebih baik.
Eka Sarmila
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @eka_sarmila_
Lihat Juga: Mengenal Post-concert Depression, Perasaan Hampa yang Muncul usai Nonton Konser dan Cara Mengatasinya
Dua perilaku ini bisa datang karena buah pikiran yakin atau tidak yakin dengan diri sendiri. Perilaku ini biasanya disebut sebagai self-efficacy. Self-Efficacy merupakan inti teori kognitif sosial yang dicetuskan oleh psikolog Albert Bandura.
Menurut Bandura dalam bukunya berjudul "Self-Efficacy in Changing Societies" (1997), self-efficacy adalah keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu.
Foto: Pixabay
Keyakinan pada diri sendiri ini digambarkan sebagai penentu cara orang berpikir, berperilaku, dan merasakan. Perilaku ini berperan penting terhadap keadaan psikologis seseorang yang akhirnya menentukan motivasi diri untuk melakukan sesuatu.
Baca Juga: Punya Sifat Ambisius, Baik atau Buruk?
Empat Faktor yang Mendorong Perkembangan Self-Efficacy
Self-efficacy tidak begitu saja dimiliki oleh seorang individu, melainkan merupakan sebuah proses yang dipelajari sejak individu hingga wafat. Self-efficacy akan terus bertambah seiring dengan perkembangan keterampilan, pengalaman, dan pemahaman baru.
Bandura memaparkan bahwa ada empat sumber utama self-efficacy. Pertama, penguasaan pengalaman. Maksudnya merasa sukses saat melakukan tugas atau tantangan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pelaku. Sehingga ia akan percaya untuk mengulangi hal yang sama.
Foto: Pixabay
Kedua, permodelan sosial. Punya panutan (role model) bisa memberikan motivasi bagi si pengagum. Sehingga si pengagum ingin memiliki kesuksesan yang sama dengan menirukan idolanya.
Ketiga, persuasi sosial. Setiap orang punya kemampuan untuk berdaya. Memberikan semangat yang membesarkan hati dalam bentuk perkataan (verbal) bisa menjadi alat untuk mengatasi keraguan pada diri.
Keempat, tanggapan psikologi. Memaknai suatu peristiwa akan memengaruhi rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu. Baik atau buruknya sebuah situasi sejatinya dapat dikendalikan melalui pemikiran diri sendiri.
Foto: Pixabay
Membangun Self-Efficacy
Self-efficacy adalah sebuah kemampuan psikologis yang bisa diperkuat. Mengutip dari verywellmind.com, ada empat cara yang dapat dilakukan untuk memperkuat self-efficacy.
Pertama, rayakan setiap kesuksesan. Tetapkan tujuan mulai dari hal terkecil yang dapat diraih. Setiap mendapat keberhasilan yang dianggap sukses cobalah untuk menghargai diri. Jangan pedulikan perkataan orang lain yang menganggap capaian yang diraih tidak sukses. Sebab tidak ada kesuksesan yang benar-benar ideal.
Foto: Pixabay
Kedua, amati orang lain. Pada tahapan ini poin yang ditonjolkan bukan untuk membandingkan diri. Melainkan memerhatikan cara orang tersebut meraih tujuannya.
Ketiga, carilah umpan balik positif. Hindari orang-orang beracun (toxic people). Saran dan masukan adalah hal yang penting. Namun, cobalah cari orang yang bisa memberikan kritik yang membangun dan memotivasi.
Baca Juga: 8 Film untuk Bangkitkan Energi Positif saat Tahun Baru!
Keempat, pahami pikiran dan kondisi emosi pribadi. Saat merasa tidak yakin dengan diri sendiri karena kondisi emosi yang tidak stabil, cobalah untuk melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi. Lalu, pikirkan hal positif yang dapat menenangkan diri hingga emosi menjadi lebih baik.
Eka Sarmila
Kontributor GenSINDO
Universitas Negeri Jakarta
Instagram: @eka_sarmila_
Lihat Juga: Mengenal Post-concert Depression, Perasaan Hampa yang Muncul usai Nonton Konser dan Cara Mengatasinya
(ita)