Anggota DPR Inggris Singgung Film 'Mulan' dan Muslim Uighur, Ini Jawaban Presiden Disney
loading...
A
A
A
LONDON - Anggota DPR Inggris (The Parliament of the United Kingdom) Iain Duncan Smith mengkritik Disney dan film live action "Mulan" terkait ucapan terima kasih yang terpampang pada akhir film.
Ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada sederet otoritas pemerintahan di Xinjiang. Ini adalah provinsi yang pemerintahannya disebut telah melakukan pelanggaran HAM terhadap lebih dari satu juta muslim Uighur yang tinggal di sana. ( )
Lewat surat elektronik berlogo Walt Disney tertanggal 7 Oktober, President of Walt Disney Studios Motion Picture Production Sean Bailey pun menjawab kritikan Iain.
Foto-foto: Twitter @MPlainDS
Disney membela diri, bahwa ucapan terima kasih itu adalah sebuah standar dalam industri film.
Ucapan terima kasih diberikan karena pihak-pihak tersebut memberi izin dan bantuan kerja sama sesuai dengan peraturan pemerintah setempat.
Disney menyebut, untuk melakukan syuting di China , pihak asing tidak dibolehkan beroperasi secara mandiri, melainkan harus bekerja sama dengan rumah produksi setempat, dalam hal ini Beijing Shadow Times.
Disney juga menyebut bahwa syuting di Xinjiang adalah bagian dari keinginan menampilkan gambaran autentik geografi dan lanskap China pada masa itu.
Foto: Walt Disney Studios Motion Pictures
Dalam surat pernyataan tersebut, Disney juga menekankan bahwa scene di Xinjiang cuma empat hari, waktu yang singkat dibanding syuting 143 hari di Selandia Baru.
Scene gurun di Xinjiang juga cuma muncul 78 detik dari durasi film yang sepanjang 1 jam 55 menit. ( )
Meski begitu, penjelasan Disney rupanya gak memuaskan Iain. Dalam cuitannya yang juga menyertakan surat balasan dari Disney, Iain menyebut argumentasi Disney "sangat lemah dan penuh basa-basi".
"Kebijakan Disney tidak memedulikan isu hak asasi manusia yang menimpa Uighur. Kelihatannya isu HAM masih kalah dari kebijakan Disney untuk tidak mengecewakan China," tulis politikus berusia 66 tahun itu di akun Twitter-nya, @MPlainDS.
Foto: Twitter @MPlainDS
Iain mengirim surat kritiknya tersebut pada Juni 2020, sebagai salah satu ketua UK Inter-Parliamentary Alliance on China (Aliansi Antarparlemen Inggris untuk China).
Aliansi ini didirikan untuk memberikan tanggapan terkoordinasi negara-negara demokratis terhadap "perilaku dan ambisi masa depan RRC."
Mengutip Variety, ada delapan departemen dalam pemerintahan China yang masuk dalam ucapan terima kasih dalam credit title film "Mulan".
Departemen-departemen tersebut dikatakan punya hubungan langsung dengan genosida kepada muslim Uighur, termasuk Turpan Bureau of Public Security.
Departemen tersebut pada Oktober 2019 mendapat sanksi dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat karena terlibat dalam pelanggaran HAM, penahanan massal secara sewenang-wenang, dan pengawasan teknologi tinggi terhadap suku Uighur, suku Kazakh, dan anggota kelompok minoritas muslim lainnya.
Pada 2018, saat syuting film "Mulan" berlangsung di Xinjiang, China sedang dalam sorotan dunia karena perlakuan kejamnya pada kelompok minoritas Xinjiang.
Berdasarkan gambaran satelit, menurut para analis, sedikitnya ada 10 camp dan lima penjara di Xinjiang untuk para kelompok minoritas. ( )
Mengutip Fortune, "Mulan" memulai debutnya di China dengan angka di bawah estimasi para analis, yaitu hanya USD23,2 juta (Rp341,2 miliar) dari harapan antara USD30juta-USD40 juta (Rp441 miliar-Rp588 miliar).
Dalam catatan Box Office Mojo, pendapatan "Mulan" di China pada akhirnya mencatat angka USD40,6 juta. Secara keseluruhan pendapatan internasional film ini mencapai USD66,8 juta. (Rp982 miliar).
Sampai saat ini, "Mulan" belum tayang secara resmi di Indonesia.
Ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada sederet otoritas pemerintahan di Xinjiang. Ini adalah provinsi yang pemerintahannya disebut telah melakukan pelanggaran HAM terhadap lebih dari satu juta muslim Uighur yang tinggal di sana. ( )
Lewat surat elektronik berlogo Walt Disney tertanggal 7 Oktober, President of Walt Disney Studios Motion Picture Production Sean Bailey pun menjawab kritikan Iain.
Foto-foto: Twitter @MPlainDS
Disney membela diri, bahwa ucapan terima kasih itu adalah sebuah standar dalam industri film.
Ucapan terima kasih diberikan karena pihak-pihak tersebut memberi izin dan bantuan kerja sama sesuai dengan peraturan pemerintah setempat.
Disney menyebut, untuk melakukan syuting di China , pihak asing tidak dibolehkan beroperasi secara mandiri, melainkan harus bekerja sama dengan rumah produksi setempat, dalam hal ini Beijing Shadow Times.
Disney juga menyebut bahwa syuting di Xinjiang adalah bagian dari keinginan menampilkan gambaran autentik geografi dan lanskap China pada masa itu.
Foto: Walt Disney Studios Motion Pictures
Dalam surat pernyataan tersebut, Disney juga menekankan bahwa scene di Xinjiang cuma empat hari, waktu yang singkat dibanding syuting 143 hari di Selandia Baru.
Scene gurun di Xinjiang juga cuma muncul 78 detik dari durasi film yang sepanjang 1 jam 55 menit. ( )
Meski begitu, penjelasan Disney rupanya gak memuaskan Iain. Dalam cuitannya yang juga menyertakan surat balasan dari Disney, Iain menyebut argumentasi Disney "sangat lemah dan penuh basa-basi".
"Kebijakan Disney tidak memedulikan isu hak asasi manusia yang menimpa Uighur. Kelihatannya isu HAM masih kalah dari kebijakan Disney untuk tidak mengecewakan China," tulis politikus berusia 66 tahun itu di akun Twitter-nya, @MPlainDS.
Foto: Twitter @MPlainDS
Iain mengirim surat kritiknya tersebut pada Juni 2020, sebagai salah satu ketua UK Inter-Parliamentary Alliance on China (Aliansi Antarparlemen Inggris untuk China).
Aliansi ini didirikan untuk memberikan tanggapan terkoordinasi negara-negara demokratis terhadap "perilaku dan ambisi masa depan RRC."
Mengutip Variety, ada delapan departemen dalam pemerintahan China yang masuk dalam ucapan terima kasih dalam credit title film "Mulan".
Departemen-departemen tersebut dikatakan punya hubungan langsung dengan genosida kepada muslim Uighur, termasuk Turpan Bureau of Public Security.
Departemen tersebut pada Oktober 2019 mendapat sanksi dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat karena terlibat dalam pelanggaran HAM, penahanan massal secara sewenang-wenang, dan pengawasan teknologi tinggi terhadap suku Uighur, suku Kazakh, dan anggota kelompok minoritas muslim lainnya.
Pada 2018, saat syuting film "Mulan" berlangsung di Xinjiang, China sedang dalam sorotan dunia karena perlakuan kejamnya pada kelompok minoritas Xinjiang.
Berdasarkan gambaran satelit, menurut para analis, sedikitnya ada 10 camp dan lima penjara di Xinjiang untuk para kelompok minoritas. ( )
Mengutip Fortune, "Mulan" memulai debutnya di China dengan angka di bawah estimasi para analis, yaitu hanya USD23,2 juta (Rp341,2 miliar) dari harapan antara USD30juta-USD40 juta (Rp441 miliar-Rp588 miliar).
Dalam catatan Box Office Mojo, pendapatan "Mulan" di China pada akhirnya mencatat angka USD40,6 juta. Secara keseluruhan pendapatan internasional film ini mencapai USD66,8 juta. (Rp982 miliar).
Sampai saat ini, "Mulan" belum tayang secara resmi di Indonesia.
(it)