Review Film Wish: Terlalu Simpel dan Klise untuk Animasi Disney
loading...

Wish tidak menawarkan sesuatu yang benar-benar fresh sebagai film Disney selain art yang berbeda. Karakter dan alur ceritanya biasa dan bahkan kurang emosional. (Foto: Disney Australia)
A
A
A
Wish digadang-gadang menjadi salah satu karya terbaik Disney untuk perayaan 100 tahun studio film legendaris itu. Film ini bertema tentang manusia yang ingin mewujudkan impian mereka. Alih-alih berusaha mewujudkan impian itu sendiri, mereka menitipkan keinginan itu kepada orang lain.
Selama ini, Disney dikenal jago dalam meramu cerita film animasi. Terlebih, dengan karakter utama cewek muda yang ingin membuat perubahan. Film-film semacam Moana, Raya and the Last Dragon sampai Encanto memberikan napas segar dalam karakter dan juga cerita yang disampaikan.
Wish juga berusaha memberikan sesuatu yang baru kepada penonton. Film ini menampilkan karakter utama seorang cewek Asia Latin. Budaya Semenanjung Iberia menjadi inspirasi untuk latar budaya, cara berpakaian, dan bahasa yang mereka pakai.
Protagonisnya, Asha, adalah seorang cewek berusia 17 tahun yang sangat rajin dan mencintai tanah airnya, Rosas. Kerajaan itu dipimpin seorang raja tampan bernama Magnifico. Dia adalah penyihir yang sangat hebat dan memimpin kerajaannya itu dengan bijak.
![Review Film Wish: Terlalu Simpel dan Klise untuk Animasi Disney]()
Foto: Variety
Rosas menjadi tujuan orang yang punya impian. Setiap bulan, orang yang usianya 18 tahun bisa mengucapkan keinginannya dan keinginan itu akan disimpan raja. Mereka yang terpilih akan dikabulkan keinginan mereka. Tak pelak, rakyat pun sangat menyanjung-nyanjung rajanya.
Namun, itu semua hanyalah topeng. Sang raja tak sebijak perkiraan orang. Asha yang tahu berusaha memberontak dengan bantuan bintang ajaib. Tapi, dia malah difitnah dan diburu seperti seorang buronan. Dia dan keluarganya dipaksa lari.
Wish punya pesan moral yang kuat terkait kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain. Keinginan seharusnya menjadi sebuah motivasi untuk terus maju, bukan sesuatu untuk diberikan orang lain dan terlupakan. Orang juga tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mewujudkan keinginan tersebut.
![Review Film Wish: Terlalu Simpel dan Klise untuk Animasi Disney]()
Foto: Entertainment Weekly
Pesan ini memang kuat. Namun, Wish terlalu sederhana untuk mengungkapkan pesan tersebut lewat ceritanya. Film ini punya banyak karakter, tapi terasa seolah-olah menyia-nyiakan karakter selain Asha. Teman-teman Asha tak tereksplorasi dengan baik deskripsinya dan bahkan ada yang seharusnya sangat membantu, tapi, tidak dimanfaatkan dengan baik.
Magnifico sebagai antagonis utama film ini lebih terasa seperti Doctor Strange sedang menggunakan Batu Waktu dari Mata Agamoto. Skema warnanya mirip. Meskipun, Chris Pine tampil baik sebagai Magnifico yang punya dua kepribadian di film ini.
Selama ini, Disney dikenal jago dalam meramu cerita film animasi. Terlebih, dengan karakter utama cewek muda yang ingin membuat perubahan. Film-film semacam Moana, Raya and the Last Dragon sampai Encanto memberikan napas segar dalam karakter dan juga cerita yang disampaikan.
Wish juga berusaha memberikan sesuatu yang baru kepada penonton. Film ini menampilkan karakter utama seorang cewek Asia Latin. Budaya Semenanjung Iberia menjadi inspirasi untuk latar budaya, cara berpakaian, dan bahasa yang mereka pakai.
Protagonisnya, Asha, adalah seorang cewek berusia 17 tahun yang sangat rajin dan mencintai tanah airnya, Rosas. Kerajaan itu dipimpin seorang raja tampan bernama Magnifico. Dia adalah penyihir yang sangat hebat dan memimpin kerajaannya itu dengan bijak.

Foto: Variety
Rosas menjadi tujuan orang yang punya impian. Setiap bulan, orang yang usianya 18 tahun bisa mengucapkan keinginannya dan keinginan itu akan disimpan raja. Mereka yang terpilih akan dikabulkan keinginan mereka. Tak pelak, rakyat pun sangat menyanjung-nyanjung rajanya.
Namun, itu semua hanyalah topeng. Sang raja tak sebijak perkiraan orang. Asha yang tahu berusaha memberontak dengan bantuan bintang ajaib. Tapi, dia malah difitnah dan diburu seperti seorang buronan. Dia dan keluarganya dipaksa lari.
Wish punya pesan moral yang kuat terkait kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain. Keinginan seharusnya menjadi sebuah motivasi untuk terus maju, bukan sesuatu untuk diberikan orang lain dan terlupakan. Orang juga tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Foto: Entertainment Weekly
Pesan ini memang kuat. Namun, Wish terlalu sederhana untuk mengungkapkan pesan tersebut lewat ceritanya. Film ini punya banyak karakter, tapi terasa seolah-olah menyia-nyiakan karakter selain Asha. Teman-teman Asha tak tereksplorasi dengan baik deskripsinya dan bahkan ada yang seharusnya sangat membantu, tapi, tidak dimanfaatkan dengan baik.
Magnifico sebagai antagonis utama film ini lebih terasa seperti Doctor Strange sedang menggunakan Batu Waktu dari Mata Agamoto. Skema warnanya mirip. Meskipun, Chris Pine tampil baik sebagai Magnifico yang punya dua kepribadian di film ini.
Lihat Juga :