Panduan Hadapi Quarter Life Crisis: dari Kesehatan Mental, Finansial, sampai Hubungan Sosial
Kamis, 19 Agustus 2021 - 18:08 WIB
Uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang. Bahkan untuk beramal, persiapan awal karier seperti penampilan, semua ada harganya. Masalah utama dalam pengelolaan keuangan umumnya disebabkan karena adanya pengeluaran yang lebih besar dibandingkan pendapatan. Padahal belum tentu beban yang dikeluarkan dibutuhkan.
Monica Tanata memaparkan ada enam tahap untuk mencapai kebebasan finansial, yaitu bebas dari ketergantungan pada orang lain, kemampuan membayar kewajiban, mampu memenuhi kebutuhan harian, dan bebas dari utang. Selain itu, mampu memenuhi kehidupan, tapi tetap harus bekerja, atau tidak perlu bekerja tetapi kebutuhan sudah terpenuhi jadi indikator bahwa kita sudah mencapai kebebasan finansial.
Baca Juga: Trik Nabung dengan Metode Amplop, Antiribet dan Peluang Berhasil Besar!
Monica juga membagikan tips mengelola keuangan untuk mahasiswa, yaitu disiplin menabung dan mencatat pengeluaran, menentukan dan menambah sumber pemasukan, prioritaskan kebutuhan, dan kurangi pengeluaran. Kita juga harus merencanakan keuangan, menyiapkan dana cadangan, lunasi utang, baru lakukan investasi. Selain itu, atur apa yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan.
3. HUBUNGAN SOSIAL
Foto: Dok. AIESEC UNJ
Apakah kamu merasakan lingkaran pertemananmu makin mengecil dan kesepian? Merasa tak sanggup membangun relasi kerja yang baik, dan takut karier masa depan jadi suram?
Menurut Shafinaz Nachiar langkah pertama untuk mengelola hubungan sosial adalah dengan mengenal diri sendiri. Kedua, jangan baperan!
Ia juga menambahkan, saat ada orang berusaha merendahkan kemampuan kita, sejatinya mereka sedang berusaha mempertahankan diri dan merasa iri dengan kemampuan kita. Ketiga, jangan mudah menilai orang buruk. Coba koreksi diri sendiri dan jangan hanya menilai orang lain dari penampilan luarnya saja.
Keempat, berikan usaha yang baik dalam menyampaikan pesan. Cara menyampaikan pesan yang baik akan memberikan penilaian berbeda di mata orang lain.
4. UBAH KRISIS JADI PELUANG UNTUK BERSINAR
Foto:Dok. AIESEC UNJ
Krisis tidak selamanya buruk. Hal ini bergantung pada sudut pandang kita. Bahkan krisis dapat menjadi pondasi awal yang membuat kita menjadi lebih kuat.
Putu Rarasati, Head of Medical Research Social Connect, memaparkan bahwa QLC membawa manfaat bagi kita. Mulai dari mendorong mencoba hal baru hingga membentuk pribadi yang lebih dewasa. Selain itu, QLC juga membantu membangun prioritas, mengenali potensi diri, dan membantu mengelola perubahan yang berdampak pada masa depan.
dalam masa krisis, takut akan suatu hal adalah hal yang sangat wajar. Raras menjelaskan terkadang kita harus merelakan sesuatu dan “It is okay not to be okay”
Terkadang menjadi realisitis lebih baik dibandingkan memaksakan menjadi sempurna. Sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa untuk selalu belajar dan berkembang.
Baca Juga: Inilah Soft Skill yang Bikin Pekerja Disenangi di Kantor
Apresiasi terhadap pencapaian sekecil mungkin adalah afirmasi positif dalam menghadapi QLC. Sekecil apa pun perkembangan yang dicapai harus tetap dihargai.
Monica Tanata memaparkan ada enam tahap untuk mencapai kebebasan finansial, yaitu bebas dari ketergantungan pada orang lain, kemampuan membayar kewajiban, mampu memenuhi kebutuhan harian, dan bebas dari utang. Selain itu, mampu memenuhi kehidupan, tapi tetap harus bekerja, atau tidak perlu bekerja tetapi kebutuhan sudah terpenuhi jadi indikator bahwa kita sudah mencapai kebebasan finansial.
Baca Juga: Trik Nabung dengan Metode Amplop, Antiribet dan Peluang Berhasil Besar!
Monica juga membagikan tips mengelola keuangan untuk mahasiswa, yaitu disiplin menabung dan mencatat pengeluaran, menentukan dan menambah sumber pemasukan, prioritaskan kebutuhan, dan kurangi pengeluaran. Kita juga harus merencanakan keuangan, menyiapkan dana cadangan, lunasi utang, baru lakukan investasi. Selain itu, atur apa yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan.
3. HUBUNGAN SOSIAL
Foto: Dok. AIESEC UNJ
Apakah kamu merasakan lingkaran pertemananmu makin mengecil dan kesepian? Merasa tak sanggup membangun relasi kerja yang baik, dan takut karier masa depan jadi suram?
Menurut Shafinaz Nachiar langkah pertama untuk mengelola hubungan sosial adalah dengan mengenal diri sendiri. Kedua, jangan baperan!
Ia juga menambahkan, saat ada orang berusaha merendahkan kemampuan kita, sejatinya mereka sedang berusaha mempertahankan diri dan merasa iri dengan kemampuan kita. Ketiga, jangan mudah menilai orang buruk. Coba koreksi diri sendiri dan jangan hanya menilai orang lain dari penampilan luarnya saja.
Keempat, berikan usaha yang baik dalam menyampaikan pesan. Cara menyampaikan pesan yang baik akan memberikan penilaian berbeda di mata orang lain.
4. UBAH KRISIS JADI PELUANG UNTUK BERSINAR
Foto:Dok. AIESEC UNJ
Krisis tidak selamanya buruk. Hal ini bergantung pada sudut pandang kita. Bahkan krisis dapat menjadi pondasi awal yang membuat kita menjadi lebih kuat.
Putu Rarasati, Head of Medical Research Social Connect, memaparkan bahwa QLC membawa manfaat bagi kita. Mulai dari mendorong mencoba hal baru hingga membentuk pribadi yang lebih dewasa. Selain itu, QLC juga membantu membangun prioritas, mengenali potensi diri, dan membantu mengelola perubahan yang berdampak pada masa depan.
dalam masa krisis, takut akan suatu hal adalah hal yang sangat wajar. Raras menjelaskan terkadang kita harus merelakan sesuatu dan “It is okay not to be okay”
Terkadang menjadi realisitis lebih baik dibandingkan memaksakan menjadi sempurna. Sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa untuk selalu belajar dan berkembang.
Baca Juga: Inilah Soft Skill yang Bikin Pekerja Disenangi di Kantor
Apresiasi terhadap pencapaian sekecil mungkin adalah afirmasi positif dalam menghadapi QLC. Sekecil apa pun perkembangan yang dicapai harus tetap dihargai.
tulis komentar anda