Kasus 'Suara Hati Istri': Kenali Bahaya Child Grooming, termasuk yang ada di Medsos!

Kamis, 03 Juni 2021 - 13:44 WIB
Sinetron Suara Hati Istri memicu kontroversi karena memakai pemain di bawah umur untuk peran seorang istri. Foto/Indosiar
JAKARTA - Beberapa hari lalu, megaserial "Suara Hati Istri" berjudul "Zahra" menjadi viral lantaran memakai pemain di bawah umur untuk peran seorang istri ketiga bernama Zahra.

Warganet mengecam sinetron ini karena aktris tersebut baru berusia 15 tahun, tapi harus beradu peran sebagai pasangan suami-istri dengan aktor berusia 39 tahun.

Diceritakan dalam sinetron tersebut bahwa tokoh Tirta berlaku cukup kasar dan abusif terhadap Zahra. Namun, Zahra digambarkan sebagai perempuan baik-baik yang selalu mengalah. Setelah beberapa waktu, Tirta berubah menjadi sosok laki-laki yang baik kepada Zahra.



Sinetron ini diduga menormalisasi pernikahan dini, pedofilia, dan child grooming karena Zahra diceritakan baru saja lulus SMA. Bahkan dalam petisi yang dibuat oleh Alyzza, ia mengungkapkan terdapat satu adegan yang mengisahkan—sekarang sudah dihapus—malam pertama Zahra dengan suaminya.

Sinetron tersebut juga tayang dalam masa prime time, yaitu saat sedang banyak-banyaknya orang menonton televisi. Banyak dari orang yang menonton sinetron ini tidak sadar dan justru meromantisasi tindak asusila yang terjadi di dalam ceritanya.

APA ITU CHILD GROOMING?



Foto: Kllerkyle/DevianArt

R. O’Connell mendefinisikan child grooming sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh pelaku pedofil untuk membangun hubungan kepada korban yang masih anak-anak atau remaja. Setelah membangun hubungan, pelaku akan menjebak korban dengan cara memanipulasi, mengeksploitasi, bahkan melecehkan .

Pelaku biasanya membangun ikatan yang kuat dengan korban. Mereka seolah-olah menjadi sosok 'pahlawan' yang akan membantu korban. Mereka juga akan memuji korban dengan kalimat, “Kamu berbeda dengan perempuan seusiamu.”

Padahal hal tersebut adalah jebakan untuk membuat korban termanipulasi sehingga muncul ikatan antara pelaku dan korban. Para korban juga tidak mudah untuk keluar dari hubungan itu karena mereka takut akan 'kehilangan' pelaku.

Anak-anak dan remaja adalah usia yang rentan sehingga mereka terkadang belum dapat memberikan konsensual terhadap pelaku. Oleh karena itu, mereka sangat rentan dimanipulasi pikirannya oleh pelaku.

JENIS-JENIS CHILD GROOMING



Foto: Twitter @blogdiva

Terdapat dua jenis child grooming, yaitu physical grooming dan psychological grooming. Menurut Berliner dan Conte, physical grooming melibatkan kontak fisik bertahap antara pelaku dan korban. Dalam mencapai physical grooming, biasanya juga terjadi physicological grooming yang digunakan untuk mencapai kontak fisik lebih melalui manipulasi pikiran.

Physical grooming diawali saat pelaku mulai melakukan sentuhan nonseksual pada korban, seperti menggelitik atau membelai kepala. Kemudian hal-hal tersebut juga berlanjut dengan perbincangan yang mengarah pada hal-hal seksual. Pelaku bahkan dapat melancarkan dua aksi grooming itu secara bersamaan.

Anak sebagai korban mungkin tidak tahu bahwa sesuatu yang tidak pantas sedang terjadi. Saat korban menolak kontak fisik, pelaku akan mulai melancarkan serangan manipulatif. Setelah korban menurut, pelaku akan kembali beraksi secara manis.

Oleh karena itu, child grooming juga erat kaitannya dengan lingkaran kekerasan (circle of abuse). Hal tersebut yang membuat korban bingung akan perilaku pelaku karena mereka belum punya pemikiran emosional yang stabil.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More