Apa Itu FOBO? Ternyata Lebih Bahaya dari FOMO!
Kamis, 08 Februari 2024 - 18:48 WIB
Foto: Getty Images
David Brooks, dalam tulisannya yang berjudul The Golden Age of Bailingmemberikan fakta bahwa orang dengan gejala FOBO kerap membatalkan janji dan mengambil kesempatan-kesempatan lainnya, tanpa memikirkan orang lain.
Kemudian bagi FOBO, ia dapat mengambil keputusan bukan dengan menunggu pilihan yang terbaik, melainkan memutuskan sesuatu berdasarkan prioritasnya.
Metode KonMari juga dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Coba untuk menyaring beberapa hal yang baik untuk hidupmu dan menyingkirkan hal yang tidak kita butuhkan. Dengan begitu, kamu dapat menentukan pilihan yang baik dengan efisien.
Ananda Mardhotillah
Kontributor Gensindo
Asal Kampus: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @anandamrd
Linkedin: ananda mardhotillah
4. FOBO Menjadikanmu Egois
Apabila dibiarkan, FOBO dapat membuat seseorang menjadi tidak konsisten dan egois. Bagi mereka, segala pilihan harus tetap diupayakan secara maksimal meskipun hal itu dapat membuat orang lain tidak nyaman.David Brooks, dalam tulisannya yang berjudul The Golden Age of Bailingmemberikan fakta bahwa orang dengan gejala FOBO kerap membatalkan janji dan mengambil kesempatan-kesempatan lainnya, tanpa memikirkan orang lain.
Cara Mengatasi FOBO
Kalau kamu termasuk ke dalam beberapa kriteria di atas, mungkin kamu mengidap FOBO dalam dirimu. Sayangnya kamu tidak dapat terlepas dari FOBO secara keseluruhan dalam waktu yang cepat, akan tetapi kamu dapat mengendalikan FOBO-mu dengan mengikuti beberapa hal ini.1. Buat Skala Prioritasmu
McGinnis turut memberikan solusi atas “Two FOs “, yakni dengan membuat skala prioritas. Bagi orang yang FOMO, ia harus dapat mempertimbangkan apakah sesuatu itu baik bagi dirinya atau hanya karena kebanyakan orang melakukannya saja?Kemudian bagi FOBO, ia dapat mengambil keputusan bukan dengan menunggu pilihan yang terbaik, melainkan memutuskan sesuatu berdasarkan prioritasnya.
2. Gunakan Metode KonMari
Metode KonMari berasal dari guru bebenah asal Jepang yang menciptakan dua konsep utama. Pertama, mengeluarkan benda yang tidak menimbulkan rasa gembira (sparks joy). Kedua, sebelum membuang benda-benda tersebut, ucapkan rasa terima kasih atas benda itu agar tidak merasa bersalah saat melepasnya.Metode KonMari juga dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Coba untuk menyaring beberapa hal yang baik untuk hidupmu dan menyingkirkan hal yang tidak kita butuhkan. Dengan begitu, kamu dapat menentukan pilihan yang baik dengan efisien.
Ananda Mardhotillah
Kontributor Gensindo
Asal Kampus: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @anandamrd
Linkedin: ananda mardhotillah
(ita)
tulis komentar anda