Apa Itu FOBO? Ternyata Lebih Bahaya dari FOMO!

Kamis, 08 Februari 2024 - 18:48 WIB
FOBO adalah kondisi saat seseorang sulit menentukan pilihan, dan ini lebih berbahaya dari FOMO. Foto/Victoriano Izquierdo, Unsplash
JAKARTA - Mungkin belum banyak yang tahu tentang FOBO dibanding FOMO, padahal FOBO bisa lebih berbahaya dibanding gangguan tersebut. .

FOMO atau Fear of Missing Out menjadi tren di kalangan Gen Z, baik seputar karier, pendidikan, atau bahkan sebatas gaya atau tren pakaian yang digunakan oleh orang lain.

Mengutip dari buku Fear of Missing Out karya Patrick J. McGinnis, FOMO dapat diartikan sebagai rasa ketakutan atau kecemasan seseorang terhadap perilaku orang lain atau banyak orang. FOMO selalu dapat menarik perhatian kita, bahwa apa yang dilakukan dan dipilih oleh orang lain lebih baik dari kemampuan dan pilihan kita.



Akibatnya, sebenarnya kita hanya menghabiskan waktu untuk hal yang nyatanya bukan tujuan kita.



Istilah FOMO ini faktanya telah terjadi jauh sebelum adanya Gen Z. Patrick J.McGinnis, merupakan pencetus istilah FOMO pertama melalui artikelnya yang berjudul Social Theory at HBS: McGinnis’ Two FOs yang terbit di The Harbus, koran mahasiswa Harvard Business School (HBS).

Meskipun istilah tersebut baru diciptakan pada 2004, akan tetapi rasa FOMO telah lama menghantui manusia.

Arti FOBO dan Mengapa Lebih Berbahaya Dibanding FOMO

Dalam artikel yang ditulis oleh McGinnis, ia menyebutkan “Two FOs”, berarti adakah jenis ketakutan selain FOMO? Jawabannya, ada.

FOBO adalah jenis lain yang juga mengancam ketakutan seseorang. FOBO atau Fear of a Better Option adalah rasa khawatir yang timbul dalam diri seseorang bahwa akan selalu ada pilihan yang lebih baik.



Foto: Pexels

4 Alasan FOBO Lebih Berbahaya Dibandinng FOMO



1. Sulit Mengambil Keputusan

Lain halnya dengan FOMO yang mendorong kita melakukan sebanyak mungkin hal, FOBO justru membuat kita terdiam—bahkan tidak melakukan keputusan apa pun seakan-akan lumpuh.

Dampaknya, FOBO menjadikan seseorang sulit dalam mengambil sebuah keputusan karena selalu khawatir akan ada pilihan yang lebih baik dan tidak dipilih olehnya. FOBO mirip dengan kebiasaan menekan tombol snooze setiap kali alarm berbunyi. Sebenarnya, kita hanya menunda segalanya.

2. Meninggalkan yang Baik tapi Tidak mendapatkan Apa pun

McGinnis juga menyebutkan dalam bukunya, bahwa FOBO jauh lebih berbahaya dari FOMO. FOBO membuat kita selalu mencari “yang terbaik” dalam setiap pengambilan keputusan sembari membuka opsi-opsi lainnya. Hal tersebut membuat kita susah untuk mengatakan “ya” atau “tidak” dengan pasti alias plin-plan.

Akhirnya, FOBO membuat kita berlarut dengan menentukan pilihan dalam waktu yang lama. Seharusnya kita dapat memanfaatkan waktu itu untuk melakukan hal lain yang lebih efektif. Lebih parahnya lagi, FOBO dapat menghilangkan kesempatan-kesempatan emas yang sebenarnya telah datang, tapi tidak kita ambil.

3. Orang Lain Bisa Kena Imbasnya

Alasan lain FOBO lebih berbahaya dari FOMO, karena FOBO tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Bayangkan, apabila kita terlalu ragu dalam menentukan pilihan, lalu pada saat bersamaan ada orang lain yang menunggu keputusan kita.

Orang lain yang seharusnya dapat melakukan aktivitasnya, menjadi terhambat atau bahkan gagal hanya karena kebingungan kita dalam mengambil keputusan.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More