Cara TikTok Lindungi Remaja dan Orang Tua agar Keamanan Digitalnya Terjamin
loading...
A
A
A
JAKARTA - TikTok tengah mengampanyekan serangkaian metode untuk melindungi keamanan digital para remaja pengguna platform tersebut, dengan cara menggandeng orang tua.
Yang baru diperkenalkan adalah program roadshow ke enam sekolah di wilayah Jabodetabek, dimulai pada Oktober hingga 6 November 2024. Mereka menggandeng LSM bidang keamanan dan perlindungan anak dalam kehidupan nyata dan maya SEJIWA Foundation untuk menjalankan program ini.
Dengan tajuk Seru Berkreasi dan #SalingJaga di TikTok, enam sekolah yang akan dikunjungi adalah SMAN 53 Jakarta, SMAN 73 Jakarta, SMA Regina Pacis Jakarta, SMA Labschool Cibubur, SMA Rimba Madya Bogor, dan SMKN 3 Bogor. Sekolah-sekolah ini dipilih selain sebagai representasi wilayah, juga agar programnya lebih inklusif.
Di setiap sekolah, TikTok dan SEJIWA Foundation akan mengadakan sesi paralel untuk remaja dan orang tua. Untuk para siswa, TikTok akan mengajak para kreator inspiratif muda berbagi cerita tentang perjalanan kreatif mereka di TikTok.
Mereka juga akan mengajak para siswa untuk lebih sadar terhadap pentingnya keamanan digital dan kesejahteraan digital, termasuk cara mengelola interaksi online dan melindungi privasi akun mereka di TikTok. Adapun kreator yang akan mengisi sesi ini ada Lianna Nathania, Ghina Eroz, Rival Amir, dan Tiranissya.
Untuk para orang tua dan wali, akan diberikan panduan tentang pentingnya peran orang tua dalam mendampingi perjalanan digital kreatif anak remajanya, serta cara memanfaatkan fitur Pelibatan Keluarga di TikTok. Mereka juga akan mendapat tips dari kreator parenting Halimah dan kreator sekaligus musisi dan penulis Reda Gaudiamo.
Menurut Communication Director TikTok Indonesia Anggini Setiawan, program ini dilatarbelakangi fakta bahwa remaja merupakan pengguna internet terbesar kedua di Indonesia, dan mayoritas menggunakannya untuk mengakses media sosial.
"Sementara ada sekitar 500 ribu remaja yang menyatakan pernah menjadi korban eksploitasi seksual dan perlakuan buruk di dunia maya," ujarnya mengutip penelitian dari UNICEF saat konferensi pers pada Kamis (17/10) di kawasan Setiabudi, Jakarta.
Foto: Dok. TikTok
Di sisi lain, SEJIWA Foundation dan Western Sydney University juga melakukan riset terhadap remaja usia 13-18 tahun di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Hasilnya, para remaja ingin mendapatkan bimbingan agar mereka bisa merasa aman di ruang digital.
Namun sayangnya, tidak semua orang tua bisa membimbing anaknya untuk mampu menjaga keamanannya saat berinteraksi di dunia maya. Salah satu faktornya adalah karena orang tua juga tidak memahami dunia digital.
"Ada tiga jenis orang tua yang saya temui. Pertama yang digital skill dan parenting-nya bagus, tapi mereka juga butuh belajar dan masukan. Yang kedua yang skill digitalnya bagus, tapi belum menjalankan ilmu parenting karena ia juga terobsesi dunia maya atau sibuk. Terakhir yang skill digitalnya enggak ada, ilmu parenting-nya juga enggak ada," ujar Founder SEJIWA Foundation Diena Haryana.
Foto: Dok. TikTok
Pentingnya peran orang tua dalam perjalanan digital anak remajanya ditegaskan oleh Halimah, kreator di TikTok yang kerap membagikan tips pengasuhan anak. "Usia remaja adalah masa yang penuh eksplorasi. Mereka sudah bisa berpikir kritis, tapi belum tentu paham konsekuensinya, dan tidak mau dikekang. Jadi orang tua perlu menerapkan kebebasan dalam batasan, sehingga anak remaja kita mau terbuka dan berkomunikasi dengan sehat," ujarnya.
Lianna Nathania, seorang kreator muda di TikTok, mengiyakan pendapat Halimah. "Generasi muda, khususnya di usia remaja, masih butuh bimbingan dan pendampingan, sehingga nantinya mereka bisa melindungi dirinya di dunia digital," katanya.
Selain roadshow, TikTok juga menyosialisasikan fitur Pelibatan Keluarga di platformnya. Fitur ini membuat orang tua bisa menautkan akun TikTok mereka ke akun sang anak.
Dengan penautan ini, orang tua bisa mengatur bentuk penggunaan TikTok oleh anak. Beberapa yang bisa diatur adalah waktu atau lamanya anak menggunakan TikTok.
Lalu mengatur siapa saja yang bisa mengirim pesan langsung (DM), mengatur konten yang dikonsumsi, mengatur kemampuan mengunduh video, mengatur siapa saja yang bisa memberikan komentar, mengatur penggunaan fitur LIVE, hingga mengatur pemberian notifikasi.
Fitur Pelibatan Keluarga ini dipisahkan berdasarkan usia pengguna TikTok, yaitu 14-15 tahun, 16-17 tahun, dan usia 18 tahun ke atas. Salah satu bentuk keamanan yang ditawarkan misalnya adalah untuk pengguna usia 14-15 tahun, mereka tidak bisa menggunakan fitur DM, tidak bisa mengunduh video, dan notifikasi untuk mereka akan dimatikan mulai pukul 9 malam.
Yang baru diperkenalkan adalah program roadshow ke enam sekolah di wilayah Jabodetabek, dimulai pada Oktober hingga 6 November 2024. Mereka menggandeng LSM bidang keamanan dan perlindungan anak dalam kehidupan nyata dan maya SEJIWA Foundation untuk menjalankan program ini.
Dengan tajuk Seru Berkreasi dan #SalingJaga di TikTok, enam sekolah yang akan dikunjungi adalah SMAN 53 Jakarta, SMAN 73 Jakarta, SMA Regina Pacis Jakarta, SMA Labschool Cibubur, SMA Rimba Madya Bogor, dan SMKN 3 Bogor. Sekolah-sekolah ini dipilih selain sebagai representasi wilayah, juga agar programnya lebih inklusif.
Di setiap sekolah, TikTok dan SEJIWA Foundation akan mengadakan sesi paralel untuk remaja dan orang tua. Untuk para siswa, TikTok akan mengajak para kreator inspiratif muda berbagi cerita tentang perjalanan kreatif mereka di TikTok.
Mereka juga akan mengajak para siswa untuk lebih sadar terhadap pentingnya keamanan digital dan kesejahteraan digital, termasuk cara mengelola interaksi online dan melindungi privasi akun mereka di TikTok. Adapun kreator yang akan mengisi sesi ini ada Lianna Nathania, Ghina Eroz, Rival Amir, dan Tiranissya.
Untuk para orang tua dan wali, akan diberikan panduan tentang pentingnya peran orang tua dalam mendampingi perjalanan digital kreatif anak remajanya, serta cara memanfaatkan fitur Pelibatan Keluarga di TikTok. Mereka juga akan mendapat tips dari kreator parenting Halimah dan kreator sekaligus musisi dan penulis Reda Gaudiamo.
Menurut Communication Director TikTok Indonesia Anggini Setiawan, program ini dilatarbelakangi fakta bahwa remaja merupakan pengguna internet terbesar kedua di Indonesia, dan mayoritas menggunakannya untuk mengakses media sosial.
"Sementara ada sekitar 500 ribu remaja yang menyatakan pernah menjadi korban eksploitasi seksual dan perlakuan buruk di dunia maya," ujarnya mengutip penelitian dari UNICEF saat konferensi pers pada Kamis (17/10) di kawasan Setiabudi, Jakarta.
Foto: Dok. TikTok
Di sisi lain, SEJIWA Foundation dan Western Sydney University juga melakukan riset terhadap remaja usia 13-18 tahun di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Hasilnya, para remaja ingin mendapatkan bimbingan agar mereka bisa merasa aman di ruang digital.
Namun sayangnya, tidak semua orang tua bisa membimbing anaknya untuk mampu menjaga keamanannya saat berinteraksi di dunia maya. Salah satu faktornya adalah karena orang tua juga tidak memahami dunia digital.
"Ada tiga jenis orang tua yang saya temui. Pertama yang digital skill dan parenting-nya bagus, tapi mereka juga butuh belajar dan masukan. Yang kedua yang skill digitalnya bagus, tapi belum menjalankan ilmu parenting karena ia juga terobsesi dunia maya atau sibuk. Terakhir yang skill digitalnya enggak ada, ilmu parenting-nya juga enggak ada," ujar Founder SEJIWA Foundation Diena Haryana.
Foto: Dok. TikTok
Pentingnya peran orang tua dalam perjalanan digital anak remajanya ditegaskan oleh Halimah, kreator di TikTok yang kerap membagikan tips pengasuhan anak. "Usia remaja adalah masa yang penuh eksplorasi. Mereka sudah bisa berpikir kritis, tapi belum tentu paham konsekuensinya, dan tidak mau dikekang. Jadi orang tua perlu menerapkan kebebasan dalam batasan, sehingga anak remaja kita mau terbuka dan berkomunikasi dengan sehat," ujarnya.
Lianna Nathania, seorang kreator muda di TikTok, mengiyakan pendapat Halimah. "Generasi muda, khususnya di usia remaja, masih butuh bimbingan dan pendampingan, sehingga nantinya mereka bisa melindungi dirinya di dunia digital," katanya.
Fitur Pelibatan Keluarga di TikTok untuk Lindungi Anak
Selain roadshow, TikTok juga menyosialisasikan fitur Pelibatan Keluarga di platformnya. Fitur ini membuat orang tua bisa menautkan akun TikTok mereka ke akun sang anak.
Dengan penautan ini, orang tua bisa mengatur bentuk penggunaan TikTok oleh anak. Beberapa yang bisa diatur adalah waktu atau lamanya anak menggunakan TikTok.
Lalu mengatur siapa saja yang bisa mengirim pesan langsung (DM), mengatur konten yang dikonsumsi, mengatur kemampuan mengunduh video, mengatur siapa saja yang bisa memberikan komentar, mengatur penggunaan fitur LIVE, hingga mengatur pemberian notifikasi.
Fitur Pelibatan Keluarga ini dipisahkan berdasarkan usia pengguna TikTok, yaitu 14-15 tahun, 16-17 tahun, dan usia 18 tahun ke atas. Salah satu bentuk keamanan yang ditawarkan misalnya adalah untuk pengguna usia 14-15 tahun, mereka tidak bisa menggunakan fitur DM, tidak bisa mengunduh video, dan notifikasi untuk mereka akan dimatikan mulai pukul 9 malam.