7 Budaya Pacaran yang Sebenarnya Toxic tapi Diromantisasi
loading...
A
A
A
Selain kasar dan bisa melukai, pasangan tetap memiliki hak untuk menjelaskan situasi terlebih dahulu dan membuat keputusan atas dirinya sendiri. Melansir dari Women’s Health, terlalu mengontrol dan posesif hingga berusaha mengisolasi pasangan dari orang lain sudah termasuk tindak kekerasan.
Baca Juga: 8 Tips Bikin Baper si Introvert, PDKT-mu Pasti Lancar!
5. Wall Slam dan Forced Kiss
Foto:Alex Green/Pexels
Selain menarik tangan pacar secara paksa, adegan kekerasan lain yang masih sering diromantisasi dalam film sejak dulu hingga sekarang adalah memojokkan perempuan ke dinding dengan satu atau dua tangan dan menciumnya.
Disebut kekerasan karena pihak yang disudutkan akan sulit mengelak dari pihak yang menyudutkan. Hal ini dijelaskan William H. James dan kawan-kawan dalam penelitiannya yang berjudul Youth Dating Violence pada 2000.
6. Memacari Bad Boy dengan Tujuan Mengubahnya
Foto:Anastasia Shuraeva/Pexels
Bukan hal aneh kalau kisah cinta laki-laki bad boy dan perempuan baik masih jadi tren hingga sekarang. Ini karena berdasarkan penelitian yang dilakukan University of British Columbia mengutip Elite Daily, perempuan lebih menyukai laki-laki yang terlihat kuat.
Penelitian itu pun didukung oleh Dr. Kanan Khatau Chikhal, seorang psikologi klinis dan kesehatan yang mengatakan bahwa campuran dari rasa percaya diri, cuek, dan penuh misteri yang dimiliki bad boy dapat menjadi daya tarik tertentu.
Sayangnya, dalam kehidupan nyata sering kali kita menemukan para perempuan justru terjebak hubungan beracun dengan bad boy karena ingin mengubah pasangannya menjadi lebih baik seperti dalam novel. Padahal, perubahan sikap seseorang berada di luar kendali kita.
Baca Juga: Makna Lagu dan Video The Astronaut, Jin BTS jadi Alien Tampan yang Pilih Tinggal di Bumi
7. Terlalu Terpaku pada Kriteria Bibit, Bebet, Bobot
Foto:Mubariz Mehdizadeh/Unsplash
Ingin punya pasangan yang berasal dari keluarga baik (bibit), memiliki status sosial ekonomi yang baik (bebet), serta berpendidikan dan memiliki kepribadian yang baik (bobot) memang diidamkan semua orang. Para orang tua sejak dulu pun selalu mengimpikan calon menantu berdasarkan kriteria bibit, bebet, bobot hingga sering dijadikan standar.
Namun kenyataannya bibit, bebet, dan bobot ini tak selamanya bisa menjadi acuan, sebab latar belakang keluarga, status sosial, dan tingkat pendidikan tak sepenuhnya menggambarkan pribadi seseorang.
GenSINDO
Rastianta Rinandani
Universitas Negeri Jakarta
Baca Juga: 8 Tips Bikin Baper si Introvert, PDKT-mu Pasti Lancar!
5. Wall Slam dan Forced Kiss
Foto:Alex Green/Pexels
Selain menarik tangan pacar secara paksa, adegan kekerasan lain yang masih sering diromantisasi dalam film sejak dulu hingga sekarang adalah memojokkan perempuan ke dinding dengan satu atau dua tangan dan menciumnya.
Disebut kekerasan karena pihak yang disudutkan akan sulit mengelak dari pihak yang menyudutkan. Hal ini dijelaskan William H. James dan kawan-kawan dalam penelitiannya yang berjudul Youth Dating Violence pada 2000.
6. Memacari Bad Boy dengan Tujuan Mengubahnya
Foto:Anastasia Shuraeva/Pexels
Bukan hal aneh kalau kisah cinta laki-laki bad boy dan perempuan baik masih jadi tren hingga sekarang. Ini karena berdasarkan penelitian yang dilakukan University of British Columbia mengutip Elite Daily, perempuan lebih menyukai laki-laki yang terlihat kuat.
Penelitian itu pun didukung oleh Dr. Kanan Khatau Chikhal, seorang psikologi klinis dan kesehatan yang mengatakan bahwa campuran dari rasa percaya diri, cuek, dan penuh misteri yang dimiliki bad boy dapat menjadi daya tarik tertentu.
Sayangnya, dalam kehidupan nyata sering kali kita menemukan para perempuan justru terjebak hubungan beracun dengan bad boy karena ingin mengubah pasangannya menjadi lebih baik seperti dalam novel. Padahal, perubahan sikap seseorang berada di luar kendali kita.
Baca Juga: Makna Lagu dan Video The Astronaut, Jin BTS jadi Alien Tampan yang Pilih Tinggal di Bumi
7. Terlalu Terpaku pada Kriteria Bibit, Bebet, Bobot
Foto:Mubariz Mehdizadeh/Unsplash
Ingin punya pasangan yang berasal dari keluarga baik (bibit), memiliki status sosial ekonomi yang baik (bebet), serta berpendidikan dan memiliki kepribadian yang baik (bobot) memang diidamkan semua orang. Para orang tua sejak dulu pun selalu mengimpikan calon menantu berdasarkan kriteria bibit, bebet, bobot hingga sering dijadikan standar.
Namun kenyataannya bibit, bebet, dan bobot ini tak selamanya bisa menjadi acuan, sebab latar belakang keluarga, status sosial, dan tingkat pendidikan tak sepenuhnya menggambarkan pribadi seseorang.
GenSINDO
Rastianta Rinandani
Universitas Negeri Jakarta
(ita)