7 Jenis Depresi yang Umum Terjadi dan Gejalanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Depresi dalam istilah medis mengacu pada kondisi terjadinya gangguan suasana hati (mood) yang menyebabkan perasaan depresi atau kesedihan yang terus-menerus.
Tak cuma itu, depresi juga sering kali membuat penderitanya kehilangan minat yang mendalam pada hal-hal yang biasanya membuat dirinya senang. Kondisi depresi bukan cuma memengaruhi perasaan, tapi juga cara seseorang berpikir dan berperilaku. Kondisi ini juga bisa sampai membuat seseorang tidak mampu menjalankan aktivitas hariannya.
Ada banyak penyebab seseorang bisa mengalami depresi, dan kadang tidak sepenuhnya bisa diketahui. Meski begitu, ada beberapa jenis depresi yang umum terjadi pada manusia.
Berikut ini tujuh jenis atau tipe depresi yang umumnya ditemui, mengutip dari Verywellmind, yang sudah dikurasi oleh psikiater bersertifikat Steven Gans, yang juga seorang mentor di Massachusetts General Hospital.
1. Major Depressive Disorder (MDD)
Foto: Shutterstock
Saat seseorang menyebut "depresi secara klinis", maka maksudnya adalah Major Depressive Disorder (MDD). Ciri-ciri dari jenis depresi MDD adalah mood yang sangat menurun, kehilangan semangat menjalani aktivitas yang biasanya disukai, perubahan berat badan, dan gangguan tidur.
Selain itu, gejala lainnya adalah rasa lelah yang berlebihan, perasaan tidak berguna dan bersalah, sulit berkonsentrasi, juga keinginan untuk bunuh diri atau memikirkan kematian. Jika gejala ini dirasakan lebih lama dari dua minggu, umumnya orang tersebut akan didiagnosis menderita MDD.
2. Persistent Depressive Disorder (PDD)
Foto: Getty Images
PDD atau Dysthmia mengacu pada kondisi depresi kronis yang berlangsung selama beberapa hari (jangka waktu yang tidak tentu), setidaknya selama dua tahun. Kondisi PDD bisa ringan, sedang, hingga berat.
Ini artinya, meski PDD tak separah MDD, tapi ia bisa datang dan tenggelam kapan saja. Gejalanya juga meresap dan bertahan lama. Beberapa gejalanya yaitu merasa sedih, kehilangan semangat, gampang marah, merasa bersalah, rasa percaya diri yang rendah.
Gejala lainnya adalah sulit untuk tidur atau bangun, tidur terlalu lama, merasa tidak berdaya (tidak ada harapan), perubahan selera makan, juga sulit berkonsentrasi.
3. Bipolar Disorder
Foto: Shutterstock
Bipolar Disorder atau mania adalah perubahan suasana hati yang tidak normal, bisa sangat ekstrem dari sangat sedih menjadi sangat senang, begitu juga sebaliknya. Periode perubahan ini bisa dalam tingkat yang ringan (hipomania) atau bisa juga ekstrem hingga membuat gangguan yang nyata pada seseorang. Orang yang mengalami manis biasanya juga punya episode depresi berat.
Gejala Bipolar Disorder adalah rasa lelah, insomnia, lesu, sakit, nyeri, dan pikiran psikomotor (aktivitas fisik terkait proses mental dan psikologi) yang tidak dapat dijelaskan. Lalu ada juga rasa putus asa, kehilangan harga diri, cemas, ragu-ragu, dan disorganisasi. Tingkat keinginan bunuh diri dari penderita Bipolar Disorder juga lebih tinggi dibanding yang tidak menderita gangguan ini.
Baca Juga: 9 Anime Ini Mengangkat Mental Breakdown dengan Cara Positif
4. Postpartum Depression (PPD)
Foto: Getty Images
Kehamilan bukan saja membawa perubahan fisik dan hormonal, tapi juga memengaruhi emosi atau suasana hati perempuan. Karena itulah depresi bisa terjadi saat hamil, atau setelah melahirkan anak, yang kini lebih dikenal sebagai "baby blues".
Setelah melahirkan, seorang perempuan bisa merasakan perubahan suasana hati, kecemasan, cepat marah, dan gejala lainnya yang berlangsung hingga dua minggu setelah melahirkan. Namun penderita PPD bisa mengalami gejala yang lebih parah dan lebih lama.
Gejala tersebut dapat meliputi suasana hati yang menurun, perasaan sedih, menarik diri dari kehidupan sosial, punya masalah ikatan dengan bayinya, perubahan nafsu makan, merasa tidak berdaya dan putus asa, hingga kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai.
Lalu ada juga merasa tidak mampu atau tidak berharga, cemas dan mendapat serangan panik, berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya, hingga pikiran untuk bunuh diri. Ada pula kondisi psikosis pascapersalinan, yaitu suatu kondisi saat suasana hati disertai dengan kebingungan, halusinasi, atau delusi.
5. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Foto: Shutterstock
Depresi yang satu ini agak mirip dengan Premenstrual Syndrome (PMS) yang dialami para perempuan menjelang haid. Gejalanya seperti rasa lelah, cemas, suasana hati gampang berubah, kembung, nafsu makan meningkat, mengidam makanan, nyeri, termasuk nyeri payudara.
Namun dalam PMDD, gejalanya lebih parah dan jelas, antara lain kelelahan yang amat sangat, merasa sedih, tidak punya harapan, dan jadi senang mengkritik diri sendiri. Lalu juga merasa stres dan cemas, perubahan suasana hati yang mendadak, termasuk tiba-tiba ingin menangis. Juga gampang marah, tidak bisa berkonsentrasi, dan selalu merasa lapar.
6. Atypical Depression
Foto: Shutterstock
Apakah kamu mengalami tanda-tanda depresi seperti makan berlebihan, terlalu banyak tidur, atau sangat sensitif terhadap penolakan? Namun tiba-tiba menjadi bersemangat saat menghadapi peristiwa yang membuatmu senang?
Yang satu ini bisa jadi adalah tanda-tanda Atypical Depression atau depresi yang tidak umum. Beberapa gejalanya antara lain nafsu makan berlebih hingga kenaikan berat badan, tidur terlalu lama, merasa lelah, lemah, dan merasa down. Gejala lainnya adalah sensitif pada penolakan dan suasana hati yang sangat reaktif.
Baca Juga: Playlist Vlog Jung-Kook BTS saat Kemping, Ada Lagu Indonesia
7. Seasonal Affective Disorder (SAD)
Foto:Getty Images/iStockphoto
Jenis depresi yang satu ini mungkin jarang dialami di Indonesia. Umumnya SAD dialami saat musim dingin di negara empat musim. Musim dingin memang identik dengan perasaan sendirian dan gloomy, yang membuat orang lebih mudah merasa sedih atau depresi.
SAD diyakini dipicu oleh gangguan pada ritme sirkadian (perputaran waktu selama 24 jam). Cahaya yang masuk melalui mata memengaruhi ritme ini, dan setiap variasi musiman dalam pola malam/siang dapat menyebabkan gangguan yang menyebabkan depresi.
Gangguan ini sering kali bisa diobati dengan terapi cahaya untuk mengimbangi hilangnya cahaya pada siang hari.
Tak cuma itu, depresi juga sering kali membuat penderitanya kehilangan minat yang mendalam pada hal-hal yang biasanya membuat dirinya senang. Kondisi depresi bukan cuma memengaruhi perasaan, tapi juga cara seseorang berpikir dan berperilaku. Kondisi ini juga bisa sampai membuat seseorang tidak mampu menjalankan aktivitas hariannya.
Ada banyak penyebab seseorang bisa mengalami depresi, dan kadang tidak sepenuhnya bisa diketahui. Meski begitu, ada beberapa jenis depresi yang umum terjadi pada manusia.
Berikut ini tujuh jenis atau tipe depresi yang umumnya ditemui, mengutip dari Verywellmind, yang sudah dikurasi oleh psikiater bersertifikat Steven Gans, yang juga seorang mentor di Massachusetts General Hospital.
1. Major Depressive Disorder (MDD)
Foto: Shutterstock
Saat seseorang menyebut "depresi secara klinis", maka maksudnya adalah Major Depressive Disorder (MDD). Ciri-ciri dari jenis depresi MDD adalah mood yang sangat menurun, kehilangan semangat menjalani aktivitas yang biasanya disukai, perubahan berat badan, dan gangguan tidur.
Selain itu, gejala lainnya adalah rasa lelah yang berlebihan, perasaan tidak berguna dan bersalah, sulit berkonsentrasi, juga keinginan untuk bunuh diri atau memikirkan kematian. Jika gejala ini dirasakan lebih lama dari dua minggu, umumnya orang tersebut akan didiagnosis menderita MDD.
2. Persistent Depressive Disorder (PDD)
Foto: Getty Images
PDD atau Dysthmia mengacu pada kondisi depresi kronis yang berlangsung selama beberapa hari (jangka waktu yang tidak tentu), setidaknya selama dua tahun. Kondisi PDD bisa ringan, sedang, hingga berat.
Ini artinya, meski PDD tak separah MDD, tapi ia bisa datang dan tenggelam kapan saja. Gejalanya juga meresap dan bertahan lama. Beberapa gejalanya yaitu merasa sedih, kehilangan semangat, gampang marah, merasa bersalah, rasa percaya diri yang rendah.
Gejala lainnya adalah sulit untuk tidur atau bangun, tidur terlalu lama, merasa tidak berdaya (tidak ada harapan), perubahan selera makan, juga sulit berkonsentrasi.
3. Bipolar Disorder
Foto: Shutterstock
Bipolar Disorder atau mania adalah perubahan suasana hati yang tidak normal, bisa sangat ekstrem dari sangat sedih menjadi sangat senang, begitu juga sebaliknya. Periode perubahan ini bisa dalam tingkat yang ringan (hipomania) atau bisa juga ekstrem hingga membuat gangguan yang nyata pada seseorang. Orang yang mengalami manis biasanya juga punya episode depresi berat.
Gejala Bipolar Disorder adalah rasa lelah, insomnia, lesu, sakit, nyeri, dan pikiran psikomotor (aktivitas fisik terkait proses mental dan psikologi) yang tidak dapat dijelaskan. Lalu ada juga rasa putus asa, kehilangan harga diri, cemas, ragu-ragu, dan disorganisasi. Tingkat keinginan bunuh diri dari penderita Bipolar Disorder juga lebih tinggi dibanding yang tidak menderita gangguan ini.
Baca Juga: 9 Anime Ini Mengangkat Mental Breakdown dengan Cara Positif
4. Postpartum Depression (PPD)
Foto: Getty Images
Kehamilan bukan saja membawa perubahan fisik dan hormonal, tapi juga memengaruhi emosi atau suasana hati perempuan. Karena itulah depresi bisa terjadi saat hamil, atau setelah melahirkan anak, yang kini lebih dikenal sebagai "baby blues".
Setelah melahirkan, seorang perempuan bisa merasakan perubahan suasana hati, kecemasan, cepat marah, dan gejala lainnya yang berlangsung hingga dua minggu setelah melahirkan. Namun penderita PPD bisa mengalami gejala yang lebih parah dan lebih lama.
Gejala tersebut dapat meliputi suasana hati yang menurun, perasaan sedih, menarik diri dari kehidupan sosial, punya masalah ikatan dengan bayinya, perubahan nafsu makan, merasa tidak berdaya dan putus asa, hingga kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai.
Lalu ada juga merasa tidak mampu atau tidak berharga, cemas dan mendapat serangan panik, berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya, hingga pikiran untuk bunuh diri. Ada pula kondisi psikosis pascapersalinan, yaitu suatu kondisi saat suasana hati disertai dengan kebingungan, halusinasi, atau delusi.
5. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Foto: Shutterstock
Depresi yang satu ini agak mirip dengan Premenstrual Syndrome (PMS) yang dialami para perempuan menjelang haid. Gejalanya seperti rasa lelah, cemas, suasana hati gampang berubah, kembung, nafsu makan meningkat, mengidam makanan, nyeri, termasuk nyeri payudara.
Namun dalam PMDD, gejalanya lebih parah dan jelas, antara lain kelelahan yang amat sangat, merasa sedih, tidak punya harapan, dan jadi senang mengkritik diri sendiri. Lalu juga merasa stres dan cemas, perubahan suasana hati yang mendadak, termasuk tiba-tiba ingin menangis. Juga gampang marah, tidak bisa berkonsentrasi, dan selalu merasa lapar.
6. Atypical Depression
Foto: Shutterstock
Apakah kamu mengalami tanda-tanda depresi seperti makan berlebihan, terlalu banyak tidur, atau sangat sensitif terhadap penolakan? Namun tiba-tiba menjadi bersemangat saat menghadapi peristiwa yang membuatmu senang?
Yang satu ini bisa jadi adalah tanda-tanda Atypical Depression atau depresi yang tidak umum. Beberapa gejalanya antara lain nafsu makan berlebih hingga kenaikan berat badan, tidur terlalu lama, merasa lelah, lemah, dan merasa down. Gejala lainnya adalah sensitif pada penolakan dan suasana hati yang sangat reaktif.
Baca Juga: Playlist Vlog Jung-Kook BTS saat Kemping, Ada Lagu Indonesia
7. Seasonal Affective Disorder (SAD)
Foto:Getty Images/iStockphoto
Jenis depresi yang satu ini mungkin jarang dialami di Indonesia. Umumnya SAD dialami saat musim dingin di negara empat musim. Musim dingin memang identik dengan perasaan sendirian dan gloomy, yang membuat orang lebih mudah merasa sedih atau depresi.
SAD diyakini dipicu oleh gangguan pada ritme sirkadian (perputaran waktu selama 24 jam). Cahaya yang masuk melalui mata memengaruhi ritme ini, dan setiap variasi musiman dalam pola malam/siang dapat menyebabkan gangguan yang menyebabkan depresi.
Gangguan ini sering kali bisa diobati dengan terapi cahaya untuk mengimbangi hilangnya cahaya pada siang hari.
(ita)