3 Cara untuk Bahagia menurut Sains, Cocok Dipraktikkan saat Puasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bisa hidup bahagia adalah idaman semua manusia, tapi jalannya kehidupan yang naik-turun kerap membuat tiap orang merasa kehilangan kebahagiaan .
Padahal, seseorang bisa tetap bahagia meskipun hidupnya mungkin sedang tak berjalan sesuai keinginannya. Mengutip Psychologytoday, berikut ini tiga cara yang bisa kamu lakukan untuk bahagia, yang sudah terbukti secara sains alias berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
1. Berhenti Menjadi Sempurna
Foto: Getty Images
Memiliki tujuan dan menetapkan target memang punya banyak manfaat dalam hidup kita, tapi jika menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri justru bisa menekan diri kita untuk tampil sempurna. Hal ini bisa membuat kita merasa lelah, tidak layak, dan kecewa jika yang kita harapkan tidak terpenuhi.
Penelitian baru yang muncul dalam Journal of Research in Personality mengidentifikasi tiga bentuk perfeksionisme yang harus diwaspadai, yaitu:
1. Perfeksionisme berorientasi diri – Kecenderungan untuk menuntut kesempurnaan diri
2. Perfeksionisme berorientasi lain – kecenderungan untuk menuntut kesempurnaan dari orang lain.
3. Perfeksionisme yang ditentukan secara sosial – kecenderungan untuk percaya bahwa orang lain menuntut kamu untuk menjadi sempurna
Cara yang bisa dilakukan agar tidak menjadi seorang yang perfeksionis yaitu dengan menghilangkan tipe ideal untuk suatu hal. Dengan begitu akan membuat kita lebih menghargai kebahagiaan sederhana dibanding merasa tertekan untuk menghasilkan sesuatu yang sempurna.
2. Bersosialisasi
Foto: Getty Images
Manusia adalah makhluk sosial, dan penelitian telah menunjukkan bahwa bersosialisasi dengan teman sebaya adalah cara yang tepat untuk meningkatkan suasana hati alias mood. Bersosialisasi bisa menguntungkan orang yang introver atau yang punya tingkat kecemasan sosial tinggi.
Baca Juga: 3 Jenis Lingkungan Kerja yang Buruk untuk Tiap Tipe Kepribadian
Sebagai contoh, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Anxiety Disorders menemukan bahwa orang dengan kecemasan sosial mendapatkan kesenangan yang sama dari menghabiskan waktu bersama orang lain seperti rekan mereka yang cenderung sosial. Perawatan untuk gangguan kecemasan sosial pun harus fokus pada metode mendorong keterlibatan sosial di antara mereka.
‘’Sosialisasi yang berkualitas dengan orang lain menjadi strategi peningkatan suasana hati yang tepat,’’ kata para peneliti, yang dipimpin oleh Fallon Goodman dari University of South Florida.
Penelitian lain menunjukkan bahwa extrover punya keunggulan dalam perawatan diri justru karena kecenderungan mereka menghabiskan waktu untuk bersosialisasi.
3. Memaafkan Orang Lain (dan Diri Sendiri)
Foto: Getty Images
Beban kemarahan atau kekecewaan pada orang lain dan pada diri kita sendiri bisa berdampak besar pada psikologis kita. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology, salah satu konsekuensinya adalah perasaan tidak manusiawi.
‘’Pola hasil penelitian menunjukkan bahwa pengampunan bisa memanusiakan kembali korban setelah rasa kemanusiaan mereka dirusak oleh suatu pelanggaran,’’ kata Schumann.
Baca Juga: 9 Pasangan Drama Korea dengan Perbedaan Tinggi Sangat Jauh
Beberapa manfaat memaafkan yang dicatat secara ilmiah meliputi:
1. Kecemasan dan stres berkurang
2. Menjadi kurang bermusuhan dalam interaksi sehari-hari
3. Peningkatan kesehatan mental
4. Peningkatan harga diri
Nah, pada bulan puasa yang baik ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk kamu memulai tiga langkah tersebut, terutama memaafkan orang lain dan diri sendiri. Yuk, dicoba!
Risa Maharani Putri
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @risamharani
Padahal, seseorang bisa tetap bahagia meskipun hidupnya mungkin sedang tak berjalan sesuai keinginannya. Mengutip Psychologytoday, berikut ini tiga cara yang bisa kamu lakukan untuk bahagia, yang sudah terbukti secara sains alias berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
1. Berhenti Menjadi Sempurna
Foto: Getty Images
Memiliki tujuan dan menetapkan target memang punya banyak manfaat dalam hidup kita, tapi jika menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri justru bisa menekan diri kita untuk tampil sempurna. Hal ini bisa membuat kita merasa lelah, tidak layak, dan kecewa jika yang kita harapkan tidak terpenuhi.
Penelitian baru yang muncul dalam Journal of Research in Personality mengidentifikasi tiga bentuk perfeksionisme yang harus diwaspadai, yaitu:
1. Perfeksionisme berorientasi diri – Kecenderungan untuk menuntut kesempurnaan diri
2. Perfeksionisme berorientasi lain – kecenderungan untuk menuntut kesempurnaan dari orang lain.
3. Perfeksionisme yang ditentukan secara sosial – kecenderungan untuk percaya bahwa orang lain menuntut kamu untuk menjadi sempurna
Cara yang bisa dilakukan agar tidak menjadi seorang yang perfeksionis yaitu dengan menghilangkan tipe ideal untuk suatu hal. Dengan begitu akan membuat kita lebih menghargai kebahagiaan sederhana dibanding merasa tertekan untuk menghasilkan sesuatu yang sempurna.
2. Bersosialisasi
Foto: Getty Images
Manusia adalah makhluk sosial, dan penelitian telah menunjukkan bahwa bersosialisasi dengan teman sebaya adalah cara yang tepat untuk meningkatkan suasana hati alias mood. Bersosialisasi bisa menguntungkan orang yang introver atau yang punya tingkat kecemasan sosial tinggi.
Baca Juga: 3 Jenis Lingkungan Kerja yang Buruk untuk Tiap Tipe Kepribadian
Sebagai contoh, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Anxiety Disorders menemukan bahwa orang dengan kecemasan sosial mendapatkan kesenangan yang sama dari menghabiskan waktu bersama orang lain seperti rekan mereka yang cenderung sosial. Perawatan untuk gangguan kecemasan sosial pun harus fokus pada metode mendorong keterlibatan sosial di antara mereka.
‘’Sosialisasi yang berkualitas dengan orang lain menjadi strategi peningkatan suasana hati yang tepat,’’ kata para peneliti, yang dipimpin oleh Fallon Goodman dari University of South Florida.
Penelitian lain menunjukkan bahwa extrover punya keunggulan dalam perawatan diri justru karena kecenderungan mereka menghabiskan waktu untuk bersosialisasi.
3. Memaafkan Orang Lain (dan Diri Sendiri)
Foto: Getty Images
Beban kemarahan atau kekecewaan pada orang lain dan pada diri kita sendiri bisa berdampak besar pada psikologis kita. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology, salah satu konsekuensinya adalah perasaan tidak manusiawi.
‘’Pola hasil penelitian menunjukkan bahwa pengampunan bisa memanusiakan kembali korban setelah rasa kemanusiaan mereka dirusak oleh suatu pelanggaran,’’ kata Schumann.
Baca Juga: 9 Pasangan Drama Korea dengan Perbedaan Tinggi Sangat Jauh
Beberapa manfaat memaafkan yang dicatat secara ilmiah meliputi:
1. Kecemasan dan stres berkurang
2. Menjadi kurang bermusuhan dalam interaksi sehari-hari
3. Peningkatan kesehatan mental
4. Peningkatan harga diri
Nah, pada bulan puasa yang baik ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk kamu memulai tiga langkah tersebut, terutama memaafkan orang lain dan diri sendiri. Yuk, dicoba!
Risa Maharani Putri
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @risamharani
(ita)