Anger Issues, Marah yang Meledak-ledak dan Terlalu Sering Terjadi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Apakah kamu sering marah dengan tidak terkendali? Kalau iya, ada kemungkinan kamu memiliki anger issues.
Anger issues adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan rasa marah yang sering terjadi pada seseorang. Tak hanya sering terjadi, perasaan itu juga kerap dilampiaskan secara berlebihan.
Melansir dari artikel di Healthline yang ditinjau oleh psikolog Timothy J. Legg, marah sebenarnya adalah respons alami dan naluriah terhadap ancaman. Beberapa kemarahan bahkan diperlukan oleh manusia untuk bertahan hidup.
Namun kemarahan akan menjadi masalah saat kita tidak mampu mengendalikannya. Ini juga bisa berujung pada penyesalan atas kata-kata yang kita katakan.
Penyebab kemarahan yang gampang meledak bisa datang karena banyak hal atau ada pemicunya. Misalnya stres, masalah keluarga, atau masalah keuangan yang terjadi berulang.
Foto: Shutterstock
Bagi sebagian orang, bisa juga karena gangguan dasar seperti kecanduan alkohol atau depresi. Rasa marah lainnya timbul karena sebuah interpretasi atau asumsi yang dibuat sendiri oleh orang tersebut.
Karena Perfeksionis dan Masalah Pribadi
Marah menyebabkan gangguan fisik dan emosional. Orang yang marah secara normal dengan orang yang memiliki masalah menangani kemarahannya alias punya anger issues memiliki perbedaan dalam menyikapi masalah yang dihadapinya.
Baca Juga: Ciri-ciri Orang dengan Harga Diri Rendah, Bisa saling Bertolak Belakang
Orang dengan kemarahan biasa umumnya hanya marah sesaat. Namun seseorang yang memiliki anger issues biasanya memiliki ciri-ciri dengan gejala tertentu yang terjadi berulang. Untuk gangguan fisik, umumnya akan ada peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, sensasi kesemutan, dan ketegangan otot.
Sementara untuk gangguan emosional muncul sifat lekas marah, frustasi, kecemasan, kemarahan, merasa kewalahan, dan rasa bersalah.
Foto: Shutterstock
EZ, yang mengaku mengalami anger issues, mengatakan kemarahannya yang meledak-ledak timbul karena ada perubahan suasana di rumahnya yang dulunya harmonis kini menjadi berubah. Sementara FD mengatakan masalah anger issues-nya muncul karena ia selalu perfeksionis. Didikan orang tua yang keras juga menurutnya berperan dalam masalah ini.
Menurut FD dan EZ, mereka sangat mudah marah terhadap hal-hal kecil. FD misalnya, bisa marah besar hanya karena pintu kamar tidak tertutup. Ada kesalahan pada tulisan juga bisa membuatnya membanting pulpen, juga saat ponselnya hang. Melihat orang-orang yang tidak bisa mengerjakan hal sepele juga membuat mereka frustasi dan marah.
“Mood terpengaruh, dan kalau sudah ofensif bikin hubungan dengan teman jadi renggang dalam beberapa waktu,” ujar FD. Sementara EZ menyebut sikapnya jadi terkesan bossy. “Tapi kalau keluarga atau pacar, mereka memaklumi karena sudah paham,” ucap EZ yang menyebut bahwa orang-orang terdekatnya itu juga yang sering menasehatinya soal masalah ini.
Foto: Shutterstock
Sejauh ini, FD dan EZ berusaha mengatasi anger issues mereka dengan beberapa cara. Mulai dari melakukan me time, berkonsultasi ke psikiater, keluar rumah, tidur, dan mencari distraksi yang bisa membuat diri lupa kalau sedang marah.
Baca Juga: 6 Artis Korea yang Cocok Perankan All of Us Are Dead versi 10 Tahun Kemudian
Sementara psikolog Anggun Sari mengatakan bahwa rasa marah memang harus dikelola denga baik, karena kalau ditahan pun tidak akan baik bagi kesehatan fisik dan mental orang yang bersangkutan.
“Yang pertama, ia harus menyadari bahwa ia punya masalah itu dan mau berubah. Kalau tidak menyadari, maka percuma saja,” ujar Anggun.
GenSINDO
Leonardo Juan Ruiz Febrian
Politeknik Negeri Jakarta
Anger issues adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan rasa marah yang sering terjadi pada seseorang. Tak hanya sering terjadi, perasaan itu juga kerap dilampiaskan secara berlebihan.
Melansir dari artikel di Healthline yang ditinjau oleh psikolog Timothy J. Legg, marah sebenarnya adalah respons alami dan naluriah terhadap ancaman. Beberapa kemarahan bahkan diperlukan oleh manusia untuk bertahan hidup.
Namun kemarahan akan menjadi masalah saat kita tidak mampu mengendalikannya. Ini juga bisa berujung pada penyesalan atas kata-kata yang kita katakan.
Penyebab kemarahan yang gampang meledak bisa datang karena banyak hal atau ada pemicunya. Misalnya stres, masalah keluarga, atau masalah keuangan yang terjadi berulang.
Foto: Shutterstock
Bagi sebagian orang, bisa juga karena gangguan dasar seperti kecanduan alkohol atau depresi. Rasa marah lainnya timbul karena sebuah interpretasi atau asumsi yang dibuat sendiri oleh orang tersebut.
Karena Perfeksionis dan Masalah Pribadi
Marah menyebabkan gangguan fisik dan emosional. Orang yang marah secara normal dengan orang yang memiliki masalah menangani kemarahannya alias punya anger issues memiliki perbedaan dalam menyikapi masalah yang dihadapinya.
Baca Juga: Ciri-ciri Orang dengan Harga Diri Rendah, Bisa saling Bertolak Belakang
Orang dengan kemarahan biasa umumnya hanya marah sesaat. Namun seseorang yang memiliki anger issues biasanya memiliki ciri-ciri dengan gejala tertentu yang terjadi berulang. Untuk gangguan fisik, umumnya akan ada peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, sensasi kesemutan, dan ketegangan otot.
Sementara untuk gangguan emosional muncul sifat lekas marah, frustasi, kecemasan, kemarahan, merasa kewalahan, dan rasa bersalah.
Foto: Shutterstock
EZ, yang mengaku mengalami anger issues, mengatakan kemarahannya yang meledak-ledak timbul karena ada perubahan suasana di rumahnya yang dulunya harmonis kini menjadi berubah. Sementara FD mengatakan masalah anger issues-nya muncul karena ia selalu perfeksionis. Didikan orang tua yang keras juga menurutnya berperan dalam masalah ini.
Menurut FD dan EZ, mereka sangat mudah marah terhadap hal-hal kecil. FD misalnya, bisa marah besar hanya karena pintu kamar tidak tertutup. Ada kesalahan pada tulisan juga bisa membuatnya membanting pulpen, juga saat ponselnya hang. Melihat orang-orang yang tidak bisa mengerjakan hal sepele juga membuat mereka frustasi dan marah.
“Mood terpengaruh, dan kalau sudah ofensif bikin hubungan dengan teman jadi renggang dalam beberapa waktu,” ujar FD. Sementara EZ menyebut sikapnya jadi terkesan bossy. “Tapi kalau keluarga atau pacar, mereka memaklumi karena sudah paham,” ucap EZ yang menyebut bahwa orang-orang terdekatnya itu juga yang sering menasehatinya soal masalah ini.
Foto: Shutterstock
Sejauh ini, FD dan EZ berusaha mengatasi anger issues mereka dengan beberapa cara. Mulai dari melakukan me time, berkonsultasi ke psikiater, keluar rumah, tidur, dan mencari distraksi yang bisa membuat diri lupa kalau sedang marah.
Baca Juga: 6 Artis Korea yang Cocok Perankan All of Us Are Dead versi 10 Tahun Kemudian
Sementara psikolog Anggun Sari mengatakan bahwa rasa marah memang harus dikelola denga baik, karena kalau ditahan pun tidak akan baik bagi kesehatan fisik dan mental orang yang bersangkutan.
“Yang pertama, ia harus menyadari bahwa ia punya masalah itu dan mau berubah. Kalau tidak menyadari, maka percuma saja,” ujar Anggun.
GenSINDO
Leonardo Juan Ruiz Febrian
Politeknik Negeri Jakarta
(ita)