Sering Salah Kaprah, Gaya Hidup Minimalis dan Frugalisme Ternyata Gak Sama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Satu dekade belakangan sedang ramai dibicarakan gaya hidup untuk melepaskan ikatan dari hal-hal yang bersifat materialisme, atau singkatnya disebut gaya hidup minimalis.
Gaya hidup ini mulai dilirik seiring popularitas Marie Kondo dan metodenya, Konmari. Popularitas Marie Kondo cukup membawa pengaruh besar dalam menjadikan gaya hidup minimalis menjadi tren.
Banyak vlogger yang menggaungkan gaya hidup minimalis di kanal YouTube dan acara TV. Tapi sayangnya, banyak yang salah kaprah terhadap konsep minimalis.
Metode Konmari Beda dengan Konsep Hidup Minimalis
Foto: Supplied
Kalau kamu baru memulai hidup minimalis dan sedang mencari inspirasi dari para vlogger, pasti kamu udah gak asing dengan Marie Kondo dan metode ciptaannya, Konmari. Keduanya memang punya hubungan, tapi sebenarnya gak sama.
Metode Konmari diawali dengan membayangkan gaya hidup yang ideal dan berorientasi pada barang-barang yang membuat bahagia. Sedangkan kebahagiaan memicu seseorang membeli barang berlebih dari yang dibutuhkan.
“Banyak orang menyamakan metode merapikan saya dengan minimalis, tetapi sangat berbeda. Pendukung minimalis hidup dengan kurang; Metode KonMari mendorong kehidupan di antara barang-barang yang benar-benar Anda sayangi,” jelas Marie Kondo dalam situs webnya.
Beda Minimalis dan Frugalisme
Foto: earnest.com
Konsep gaya hidup minimalis adalah hidup dengan hal yang benar-benar dibutuhkan, memiliki barang yang benar-benar mendukung tujuan seseorang.
Seorang minimalis gak suka menghabiskan ruang untuk sesuatu yang gak punya nilai. Para minimalis percaya bahwa hidup dengan sedikit barang bisa membuat diri lebih fokus kepada hal-hal yang penting.
Sedangkan, gaya hidup frugalisme atau frugalismyang juga jadi tren adalah gak suka menghabiskan uang untuk hal atau barang yang gak punya tujuan.
Sekilas terdengar sama, tapi seorang frugalist (sebutan untuk penganut frugalism) sangat sensitif terhadap pantasnya harga yang dibayar dan nilai suatu hal atau barang (worth the value).
Jadi, kalau seorang minimalis gak suka menghabiskan ruang, seorang frugalist gak suka menghabiskan uang.
Frugalisme dan Minimalis, Mana Lebih Cocok untuk Kamu?
Foto: LinkedIn
Gaya hidup frugalism lebih cocok diterapkan seseorang yang masih mengejar kemapanan dan kemandirian secara finansial. Sedangkan, konsep minimalis lebih mudah dipraktikkan oleh seseorang yang mendekati atau telah mapan secara finansial.
Menurut David Weliver, pendiri situs web Moneyunder30.com, anak muda punya gaya hidup yang lebih aktif dan cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah. Mereka lebih memilih menghabiskan uang untuk gaya hidup daripada barang.
Kedua gaya hidup ini bisa dikombinasikan. Kita bisa menghemat uang dan dengan sendirinya kita akan menghemat ruang.
Terus, Gimana Caranya Menghemat Ruang dan Uang?
Foto: 123rf
Untuk menghemat ruang, kamu bisa melakukan decluttering. Ini adalah istilah untuk kegiatan membereskan rumah dengan cara mengurangi sebagian barang-barang.
Kamu bisa membagi prioritas benda berdasarkan intensitas pemakaiannya, yaitu pemakaian setiap hari, pemakaian saat momen tertentu, dan jarang dipakai.
Kemudian, barang-barang yang sudah disortir bisa kamu donasikan atau jual kembali dan memulai bisnis thrift shopping.
Nah, untuk mengelola uang, kamu harus bijaksana dalam penggunaannya. Sebagai anak muda, kamu mesti bijak dalam melihat tren. Jangan sampe semua tren kamu ikuti.
Foto: istockphoto
Yang ada, duit kamu habis untuk memuaskan ego mengikuti tren. Lupakan gengsi, karena ngikutin gengsi gak akan ada habisnya.
Berikutnya, hindari berutang. Jangan sampe, deh, kamu berutang ke teman untuk urusan makan, padahal kamu abis beli barang yang relatif mewah buat ukuran kantong kamu.
Apalagi, sekarang banyak jasa pinjaman online yang bikin kamu makin gampang berutang. Data statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret 2020 menunjukkan, bahwa usia 19 tahun-34 tahun mendominasi peserta pinjaman online, yaitu sebanyak 70,07 persen. Jadi, jangan sampai terjerat utang, ya!
Nah, yang utama, kamu harus bisa menabung atau berinvestasi. Tapi berinvestasi juga mesti hati-hati.
Foto:gisfunds.com
Menurut Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir, literasi keuangan generasi muda masih rendah, yaitu di bawah 35 persen. Hal ini membuat kita rentan terjebak investasi bodong.
Untuk itu, dia mengimbau untuk mengenal 2L dalam berinvestasi, yaitu Legal dan Logis.
"Legal, pastikan ada institusi yang mengawasinya. Logis, pastikan bahwa tawarannya masih masuk akal,” jelasnya.
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
Gaya hidup ini mulai dilirik seiring popularitas Marie Kondo dan metodenya, Konmari. Popularitas Marie Kondo cukup membawa pengaruh besar dalam menjadikan gaya hidup minimalis menjadi tren.
Banyak vlogger yang menggaungkan gaya hidup minimalis di kanal YouTube dan acara TV. Tapi sayangnya, banyak yang salah kaprah terhadap konsep minimalis.
Metode Konmari Beda dengan Konsep Hidup Minimalis
Foto: Supplied
Kalau kamu baru memulai hidup minimalis dan sedang mencari inspirasi dari para vlogger, pasti kamu udah gak asing dengan Marie Kondo dan metode ciptaannya, Konmari. Keduanya memang punya hubungan, tapi sebenarnya gak sama.
Metode Konmari diawali dengan membayangkan gaya hidup yang ideal dan berorientasi pada barang-barang yang membuat bahagia. Sedangkan kebahagiaan memicu seseorang membeli barang berlebih dari yang dibutuhkan.
“Banyak orang menyamakan metode merapikan saya dengan minimalis, tetapi sangat berbeda. Pendukung minimalis hidup dengan kurang; Metode KonMari mendorong kehidupan di antara barang-barang yang benar-benar Anda sayangi,” jelas Marie Kondo dalam situs webnya.
Beda Minimalis dan Frugalisme
Foto: earnest.com
Konsep gaya hidup minimalis adalah hidup dengan hal yang benar-benar dibutuhkan, memiliki barang yang benar-benar mendukung tujuan seseorang.
Seorang minimalis gak suka menghabiskan ruang untuk sesuatu yang gak punya nilai. Para minimalis percaya bahwa hidup dengan sedikit barang bisa membuat diri lebih fokus kepada hal-hal yang penting.
Sedangkan, gaya hidup frugalisme atau frugalismyang juga jadi tren adalah gak suka menghabiskan uang untuk hal atau barang yang gak punya tujuan.
Sekilas terdengar sama, tapi seorang frugalist (sebutan untuk penganut frugalism) sangat sensitif terhadap pantasnya harga yang dibayar dan nilai suatu hal atau barang (worth the value).
Jadi, kalau seorang minimalis gak suka menghabiskan ruang, seorang frugalist gak suka menghabiskan uang.
Frugalisme dan Minimalis, Mana Lebih Cocok untuk Kamu?
Foto: LinkedIn
Gaya hidup frugalism lebih cocok diterapkan seseorang yang masih mengejar kemapanan dan kemandirian secara finansial. Sedangkan, konsep minimalis lebih mudah dipraktikkan oleh seseorang yang mendekati atau telah mapan secara finansial.
Menurut David Weliver, pendiri situs web Moneyunder30.com, anak muda punya gaya hidup yang lebih aktif dan cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah. Mereka lebih memilih menghabiskan uang untuk gaya hidup daripada barang.
Kedua gaya hidup ini bisa dikombinasikan. Kita bisa menghemat uang dan dengan sendirinya kita akan menghemat ruang.
Terus, Gimana Caranya Menghemat Ruang dan Uang?
Foto: 123rf
Untuk menghemat ruang, kamu bisa melakukan decluttering. Ini adalah istilah untuk kegiatan membereskan rumah dengan cara mengurangi sebagian barang-barang.
Kamu bisa membagi prioritas benda berdasarkan intensitas pemakaiannya, yaitu pemakaian setiap hari, pemakaian saat momen tertentu, dan jarang dipakai.
Kemudian, barang-barang yang sudah disortir bisa kamu donasikan atau jual kembali dan memulai bisnis thrift shopping.
Nah, untuk mengelola uang, kamu harus bijaksana dalam penggunaannya. Sebagai anak muda, kamu mesti bijak dalam melihat tren. Jangan sampe semua tren kamu ikuti.
Foto: istockphoto
Yang ada, duit kamu habis untuk memuaskan ego mengikuti tren. Lupakan gengsi, karena ngikutin gengsi gak akan ada habisnya.
Berikutnya, hindari berutang. Jangan sampe, deh, kamu berutang ke teman untuk urusan makan, padahal kamu abis beli barang yang relatif mewah buat ukuran kantong kamu.
Apalagi, sekarang banyak jasa pinjaman online yang bikin kamu makin gampang berutang. Data statistik Fintech Lending Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret 2020 menunjukkan, bahwa usia 19 tahun-34 tahun mendominasi peserta pinjaman online, yaitu sebanyak 70,07 persen. Jadi, jangan sampai terjerat utang, ya!
Nah, yang utama, kamu harus bisa menabung atau berinvestasi. Tapi berinvestasi juga mesti hati-hati.
Foto:gisfunds.com
Menurut Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir, literasi keuangan generasi muda masih rendah, yaitu di bawah 35 persen. Hal ini membuat kita rentan terjebak investasi bodong.
Untuk itu, dia mengimbau untuk mengenal 2L dalam berinvestasi, yaitu Legal dan Logis.
"Legal, pastikan ada institusi yang mengawasinya. Logis, pastikan bahwa tawarannya masih masuk akal,” jelasnya.
Anggita Hutami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
(it)