Sekali Selingkuh akan Selalu Selingkuh? Ini yang Harus Kamu Lakukan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada pepatah mengatakan, "Sekali penipu, selalu penipu", pepatah tersebut juga didukung oleh peneliti yang mengatakan bahwa seseorang yang pernah berselingkuh akan berselingkuh lagi dalam hubungan berikutnya.
Kesimpulan para peneliti tersebut terdapat dalam jurnal bertajuk "Once a Cheater, Always a Cheater? Serial Infidelity Across Subsequent Relationships. Archives of Sexual Behavior" yang ditulis Knopp, Scott, Ritchie, Rhoades, Markman, dan Stanley pada 2017.
Sementara menurut Blow dan Haerneet dalam "Infidelity in committed relationships II: A Substantive Review", sebanyak 20% perselingkuhan terjadi di dalam pernikahan dan 70% sebelum menikah. Perselingkuhan juga menjadi salah satu alasan yang paling umum menjadi penyebab perceraian mengutip dari jurnal berjudul "Reasons for Divorce and Recollections of Premarital Intervention: Implications for Improving Relationship Education".
Perselingkuhan juga menciptakan dampak yang luar biasa, yaitu dampak internal dan rasional. Lalu juga ada perbedaan antara seseorang yang selalu berselingkuh dan seseorang yang disakiti untuk bisa sembuh. Nah, sebagai solusinya, mereka harus melakukan Relational Self Awarness (RSA).
Mengutip Psychology Today , Relational Self Awareness (RSA) adalah pemahaman tentang siapa diri kita saat bersama pasangan . Selain itu, juga tentang keyakinan yang dibentuk oleh keluarga, budaya, kepribadian, serta pengalaman hidup yang memandu perilaku. Tanpa adanya RSA, maka kita akan akan terus mengulangi kesalahan yang sama.
Jadi kalau pasangan kamu punya riwayat berselingkuh, maka kamu harus tahu sejauh mana pasanganmu berkomitmen untuk mempraktikkan RSA. RSA membentuk cerita tentang hidup, jadi dengarkan juga cerita pasangan kamu tentang kecurangan mereka.
Nah, berikut ada tiga kasus RSA yang bisa dipelajari.
1. RSA RENDAH: KONDISI SALING MENYALAHKAN
Foto: Shutterstock
“Mantanku gila, kamu kalau sama dia juga pasti akan selingkuh. Hubungan ini toxic dan memang harus putus. Aku enggak bahagia, Jadi jelas aku mending nyari orang lain".
RSA adalah tentang kita yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri dalam proses penyembuhan, bukan menyalahkan orang lain. Kalau kamu terjebak dengan pasangan yang selalu menyalahkan, hubungan kalian tidak akan bahagia. Mereka juga tidak akan belajar dari pengalaman sebelumnya dan mengulangi kesalahan yang sama
Baca Juga: Daripada Selingkuh atau Ghosting, Ini 8 Langkah Putusin Pacar dengan Cara Baik-Baik
2. RSA RENDAH: PERISTIWA MEMALUKAN
Foto: Antonio Guillem/iStock
“Aku enggak bisa cerita karena aku bakal kelihatan kayak orang jahat. Lupain aja". Berbanding terbalik dengan kondisi selalu menyalahkan orang lain seperti kasus di atas, kasus ini menempatkan dirimu selalu menyalahkan diri sendiri. Kalau hal ini tidak dibicarakan dengan pasanganmu, maka dia - juga kamu - tidak akan belajar dari kesalahan.
3. RSA TINGGI: TANGGUNG JAWAB DAN RASA KASIH SAYANG
Foto:Andrey Popov /iStock
“Saya selingkuh, dan saat ketahuan, saya malu dan bingung kenapa saya bisa begitu. Jadi saya cari tahu kenapa saya bisa begitu dan berusaha memperbaikinya demi hubungan kami".
RSA yang tinggi adalah saat pacarmu sadar tentang diri mereka dan paham dengan diri mereka dan dampak perbuatan mereka pada dirimu.
Pastinya, ada risiko saat memilih berpacaran dengan orang yang pernah selingkuh. Meski begitu, kamu jangan asal menuduh dan menghakimi karena kemungkinan besar akan bikin pasanganmu bersikap defensif.
Tujuan utamanya kalau mau hubungan kalian bisa melewati ujian adalah menciptakan percakapan dengan pasangan, lalu saling bahu-membahu untuk mencari solusi bersama yang membuat kamu dan dia merasa nyaman dan saling menghormati.
Baca Juga: Film-film untuk Belajar Memperjuangkan Hubungan yang Penuh Perbedaan
Kamu juga bisa memakai daftar pertanyaan ini bersama dengan pasanganmu.
1. Seberapa besar penyesalanmu atas perselingkuhanmu pada masa lalu?
2. Seberapa besar tanggung jawabmu atas perilakumu itu?
3. Sampai sejauh mana kamu bisa memaafkan diri kamu sendiri?
4. Apa yang kamu pelajari dari diri kamu sendiri setelah berselingkuh?
5. Bagaimana kamu mendefinisikan kesetiaan?
6. Seberapa besar komitmen kamu?
7. Apa yang akan kamu lakukan untuk memastikan bahwa kamu tetap punya intergritas?
8. Kapan kamu merasa paling dekat dengan aku? Dan kapan kamu merasa tidak dekat denganku?
9. Sejauh mana orang-orang yang ada dalam hidup kamu (keluarga, teman, rekan kerja) mendukung komitmen kamu terhadap kesetiaan?
10. Apa yang bisa aku lakukan untuk mendukung komitmen kamu pada kesetiaan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas akan membantu kamu menentukan jalan ke depannya. Jalan yang akan membantu kamu dan pasanganmu percaya diri tentang masa depan kalian bersama.
Salsa Khairunnisa
Kontributor GenSINDO
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Instagram: @tehoca
Kesimpulan para peneliti tersebut terdapat dalam jurnal bertajuk "Once a Cheater, Always a Cheater? Serial Infidelity Across Subsequent Relationships. Archives of Sexual Behavior" yang ditulis Knopp, Scott, Ritchie, Rhoades, Markman, dan Stanley pada 2017.
Sementara menurut Blow dan Haerneet dalam "Infidelity in committed relationships II: A Substantive Review", sebanyak 20% perselingkuhan terjadi di dalam pernikahan dan 70% sebelum menikah. Perselingkuhan juga menjadi salah satu alasan yang paling umum menjadi penyebab perceraian mengutip dari jurnal berjudul "Reasons for Divorce and Recollections of Premarital Intervention: Implications for Improving Relationship Education".
Perselingkuhan juga menciptakan dampak yang luar biasa, yaitu dampak internal dan rasional. Lalu juga ada perbedaan antara seseorang yang selalu berselingkuh dan seseorang yang disakiti untuk bisa sembuh. Nah, sebagai solusinya, mereka harus melakukan Relational Self Awarness (RSA).
Mengutip Psychology Today , Relational Self Awareness (RSA) adalah pemahaman tentang siapa diri kita saat bersama pasangan . Selain itu, juga tentang keyakinan yang dibentuk oleh keluarga, budaya, kepribadian, serta pengalaman hidup yang memandu perilaku. Tanpa adanya RSA, maka kita akan akan terus mengulangi kesalahan yang sama.
Jadi kalau pasangan kamu punya riwayat berselingkuh, maka kamu harus tahu sejauh mana pasanganmu berkomitmen untuk mempraktikkan RSA. RSA membentuk cerita tentang hidup, jadi dengarkan juga cerita pasangan kamu tentang kecurangan mereka.
Nah, berikut ada tiga kasus RSA yang bisa dipelajari.
1. RSA RENDAH: KONDISI SALING MENYALAHKAN
Foto: Shutterstock
“Mantanku gila, kamu kalau sama dia juga pasti akan selingkuh. Hubungan ini toxic dan memang harus putus. Aku enggak bahagia, Jadi jelas aku mending nyari orang lain".
RSA adalah tentang kita yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri dalam proses penyembuhan, bukan menyalahkan orang lain. Kalau kamu terjebak dengan pasangan yang selalu menyalahkan, hubungan kalian tidak akan bahagia. Mereka juga tidak akan belajar dari pengalaman sebelumnya dan mengulangi kesalahan yang sama
Baca Juga: Daripada Selingkuh atau Ghosting, Ini 8 Langkah Putusin Pacar dengan Cara Baik-Baik
2. RSA RENDAH: PERISTIWA MEMALUKAN
Foto: Antonio Guillem/iStock
“Aku enggak bisa cerita karena aku bakal kelihatan kayak orang jahat. Lupain aja". Berbanding terbalik dengan kondisi selalu menyalahkan orang lain seperti kasus di atas, kasus ini menempatkan dirimu selalu menyalahkan diri sendiri. Kalau hal ini tidak dibicarakan dengan pasanganmu, maka dia - juga kamu - tidak akan belajar dari kesalahan.
3. RSA TINGGI: TANGGUNG JAWAB DAN RASA KASIH SAYANG
Foto:Andrey Popov /iStock
“Saya selingkuh, dan saat ketahuan, saya malu dan bingung kenapa saya bisa begitu. Jadi saya cari tahu kenapa saya bisa begitu dan berusaha memperbaikinya demi hubungan kami".
RSA yang tinggi adalah saat pacarmu sadar tentang diri mereka dan paham dengan diri mereka dan dampak perbuatan mereka pada dirimu.
Pastinya, ada risiko saat memilih berpacaran dengan orang yang pernah selingkuh. Meski begitu, kamu jangan asal menuduh dan menghakimi karena kemungkinan besar akan bikin pasanganmu bersikap defensif.
Tujuan utamanya kalau mau hubungan kalian bisa melewati ujian adalah menciptakan percakapan dengan pasangan, lalu saling bahu-membahu untuk mencari solusi bersama yang membuat kamu dan dia merasa nyaman dan saling menghormati.
Baca Juga: Film-film untuk Belajar Memperjuangkan Hubungan yang Penuh Perbedaan
Kamu juga bisa memakai daftar pertanyaan ini bersama dengan pasanganmu.
1. Seberapa besar penyesalanmu atas perselingkuhanmu pada masa lalu?
2. Seberapa besar tanggung jawabmu atas perilakumu itu?
3. Sampai sejauh mana kamu bisa memaafkan diri kamu sendiri?
4. Apa yang kamu pelajari dari diri kamu sendiri setelah berselingkuh?
5. Bagaimana kamu mendefinisikan kesetiaan?
6. Seberapa besar komitmen kamu?
7. Apa yang akan kamu lakukan untuk memastikan bahwa kamu tetap punya intergritas?
8. Kapan kamu merasa paling dekat dengan aku? Dan kapan kamu merasa tidak dekat denganku?
9. Sejauh mana orang-orang yang ada dalam hidup kamu (keluarga, teman, rekan kerja) mendukung komitmen kamu terhadap kesetiaan?
10. Apa yang bisa aku lakukan untuk mendukung komitmen kamu pada kesetiaan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas akan membantu kamu menentukan jalan ke depannya. Jalan yang akan membantu kamu dan pasanganmu percaya diri tentang masa depan kalian bersama.
Salsa Khairunnisa
Kontributor GenSINDO
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
Instagram: @tehoca
(ita)