Cerita Mereka yang Berhasil Lolos dari Jebakan Hubungan Beracun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat pacaran, semua orang tentunya pengen menjalin hubungan yang bahagia dan penuh kasih. Tapi kadang kenyataan berkata lain. Alih-alih bahagia, beberapa orang justru terjebak dalam hubungan yang beracun , alias toxic relationship.
Istilah toxic relationship belakangan ini ramai dibicarakan. Sebenarnya istilah ini bisa mengacu pada hubungan anak dengan orang tua, hubungan pertemanan, dan pasangan. Tapi istilah ini lebih sering dikaitkan dengan kisah percintaan pasangan.
Rasa gak bahagia, gak nyaman, tertekan, dan selalu direndahkan merupakan beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam hubungan toxic. Tapi, itu cuma sebagian dari banyaknya ciri toxic relationship.
Perasaan-perasaan tersebut yang lalu kalau terus dirasakan bisa berdampak pada kondisi mental seseorang. Orang tersebut bisa aja mengalami trauma untuk menjalin hubungan baru.
Bicara soal hubungan beracun, ternyata banyak yang terjebak dalam hubungan ini. Mereka akan sulit melepaskan ikatan karena alasan cinta .
Foto:demontattler.com
Contohnya Alvika Septianingrum, mahasiswi Universitas Gunadarma yang mengaku pernah berada dalam hubungan yang salah.
Sejak awal, Alvika sadar bahwa pacarnya saat itu cemburuan. Dia dilarang dekat dengan cowok lain, walaupun itu sahabat dekatnya. Tapi saat itu dia gak terlalu mempermasalahkannya.
Sampai akhirnya setelah satu tahun pacaran, dia bertengkar hebat dengan pacarnya di sekolah. Pacarnya marah besar sampai berani menggebrak meja dan menendang kursi.
Itu pertama kali pacarnya menunjukan sisi tempramentalnya. Saat itu, Alvika mulai merasa bahwa ia pacaran dengan orang yang salah. (
)
“Waktu itu gue didorong ke tembok di samping kelas gue. Trus dia bener-bener marahin gue sampe tangannya nyilang di leher gue. Kayak nahan gue biar gak pergi. Karena gue gak mau kalo ada orang yang lihat kami berantem, akhirnya gue masuk ke kelas. Ternyata di situ dia emosinya makin gak kekontrol, sampe gebrak meja dan nendang kursi. Itu bener-bener bikin gue tertekan.”
Gaksampai di situ, Alvika bahkan pernah mengalami kecelakaan gara-gara saat mereka ribut, pacarnya membawa motor dengan kecepatan tinggi. Karena ini, akhirnya Alvika memutuskan untuk mengakhiri hubungannya.
Berkali-kali ia meminta putus, tapi pacarnya selalu gak terima. Sampai akhirnya Alvika mencari-cari kesalahan pacarnya yang bisa dijadikan alasan untuk ia minta putus.
Foto:Sydney Sims/Unsplash
“Kalo orang yang sayang tulus ke kita itu gak akan kasar, nyakitin, dan bikin tertekan. Jadi please, jangan jalanin hubungan cuma pakai hati, tapi libatkan juga logika dan akal sehat kita,” katanya.
Cowok juga Bisa Jadi Korban
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Dimas, juga pernah terjebak dalam toxic relationship. Awalnya, dia tertarik dengan pacarnya saat itu karena merasa ‘satu frekuensi’ dan satu hobi.
Saat itu, pacarnya mengajak membuat perjanjian untuk saling memberi kabar. Dimas gak keberatan, tapi makin lama ia sadar bahwa pacarnya makin mengekang. Pada bulan ketiga berpacaran, Dimas sadar bahwa ia sedang berada dalam hubungan yanggak sehat.
Ia harus mengabari pacarnya minimal tiga kali sehari, harus lapor pergi dengan siapa, pergi ke mana, dan harus selfie dengan semua temannya sebagai bukti bahwa ia gak macam-macam. (
)
Dimas bilang, bahwa temannya udah beberapa kali mengingatkannya soal hubungan yang gak sehat itu. Tapi Dimas selalu menyangkal, menganggap apa yang dilakukan pacarnya adalah tanda kepedulian padanya. Tapi akhirnya ia sadar dan memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
“Sebuah hubungan harus dilandasi kasih sayang, gak mementingkan ego masing-masing, saling percaya, dan saling menjaga komitmen,” tegasnya.
GenSINDO
Maya Selawati Dewi
Politeknik Negeri Jakarta
Lihat Juga: Sepekan Terjadi 2 Kasus Penembakan, Ketua MPR Dorong Psikologi Anggota Polisi Diperiksa Rutin
Istilah toxic relationship belakangan ini ramai dibicarakan. Sebenarnya istilah ini bisa mengacu pada hubungan anak dengan orang tua, hubungan pertemanan, dan pasangan. Tapi istilah ini lebih sering dikaitkan dengan kisah percintaan pasangan.
Rasa gak bahagia, gak nyaman, tertekan, dan selalu direndahkan merupakan beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam hubungan toxic. Tapi, itu cuma sebagian dari banyaknya ciri toxic relationship.
Perasaan-perasaan tersebut yang lalu kalau terus dirasakan bisa berdampak pada kondisi mental seseorang. Orang tersebut bisa aja mengalami trauma untuk menjalin hubungan baru.
Bicara soal hubungan beracun, ternyata banyak yang terjebak dalam hubungan ini. Mereka akan sulit melepaskan ikatan karena alasan cinta .
Foto:demontattler.com
Contohnya Alvika Septianingrum, mahasiswi Universitas Gunadarma yang mengaku pernah berada dalam hubungan yang salah.
Sejak awal, Alvika sadar bahwa pacarnya saat itu cemburuan. Dia dilarang dekat dengan cowok lain, walaupun itu sahabat dekatnya. Tapi saat itu dia gak terlalu mempermasalahkannya.
Sampai akhirnya setelah satu tahun pacaran, dia bertengkar hebat dengan pacarnya di sekolah. Pacarnya marah besar sampai berani menggebrak meja dan menendang kursi.
Itu pertama kali pacarnya menunjukan sisi tempramentalnya. Saat itu, Alvika mulai merasa bahwa ia pacaran dengan orang yang salah. (
Baca Juga
“Waktu itu gue didorong ke tembok di samping kelas gue. Trus dia bener-bener marahin gue sampe tangannya nyilang di leher gue. Kayak nahan gue biar gak pergi. Karena gue gak mau kalo ada orang yang lihat kami berantem, akhirnya gue masuk ke kelas. Ternyata di situ dia emosinya makin gak kekontrol, sampe gebrak meja dan nendang kursi. Itu bener-bener bikin gue tertekan.”
Gaksampai di situ, Alvika bahkan pernah mengalami kecelakaan gara-gara saat mereka ribut, pacarnya membawa motor dengan kecepatan tinggi. Karena ini, akhirnya Alvika memutuskan untuk mengakhiri hubungannya.
Berkali-kali ia meminta putus, tapi pacarnya selalu gak terima. Sampai akhirnya Alvika mencari-cari kesalahan pacarnya yang bisa dijadikan alasan untuk ia minta putus.
Foto:Sydney Sims/Unsplash
“Kalo orang yang sayang tulus ke kita itu gak akan kasar, nyakitin, dan bikin tertekan. Jadi please, jangan jalanin hubungan cuma pakai hati, tapi libatkan juga logika dan akal sehat kita,” katanya.
Cowok juga Bisa Jadi Korban
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Dimas, juga pernah terjebak dalam toxic relationship. Awalnya, dia tertarik dengan pacarnya saat itu karena merasa ‘satu frekuensi’ dan satu hobi.
Saat itu, pacarnya mengajak membuat perjanjian untuk saling memberi kabar. Dimas gak keberatan, tapi makin lama ia sadar bahwa pacarnya makin mengekang. Pada bulan ketiga berpacaran, Dimas sadar bahwa ia sedang berada dalam hubungan yanggak sehat.
Ia harus mengabari pacarnya minimal tiga kali sehari, harus lapor pergi dengan siapa, pergi ke mana, dan harus selfie dengan semua temannya sebagai bukti bahwa ia gak macam-macam. (
Baca Juga
Dimas bilang, bahwa temannya udah beberapa kali mengingatkannya soal hubungan yang gak sehat itu. Tapi Dimas selalu menyangkal, menganggap apa yang dilakukan pacarnya adalah tanda kepedulian padanya. Tapi akhirnya ia sadar dan memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
“Sebuah hubungan harus dilandasi kasih sayang, gak mementingkan ego masing-masing, saling percaya, dan saling menjaga komitmen,” tegasnya.
GenSINDO
Maya Selawati Dewi
Politeknik Negeri Jakarta
Lihat Juga: Sepekan Terjadi 2 Kasus Penembakan, Ketua MPR Dorong Psikologi Anggota Polisi Diperiksa Rutin
(it)