Mungkinkah Media Sosial Hilang di Masa Depan?
loading...
A
A
A
Peran fitur pada medsos ternyata lebih dari sekadar bikin pengguna betah pakai aplikasi. Tapi, fitur-fitur ini juga akan menentukan karakteristik pengguna, mulai dari usia, selera, dan cara berkomunikasi.
Berdasarkan riset Statcounter, perusahaan yang menganalisis lalu lintas web, pangsa Facebook turun 9,2% pada Desember 2018 dibandingkan tahun lalu.
Padahal Facebook udah cukup banyak melakukan inovasi fitur seperti Facebook stories dan fitur siaran langsung.
Foto: Twitter @anakurang_
Ternyata, netizen juga memperhatikan kepentingan dan identitas mayoritas pengguna suatu medsos. Setiap media sosial punya karakter netizen yang berbeda.
Mungkin ini adalah salah satu faktor mengapa banyak orang mulai meninggalkan Facebook. Soalnya, Facebook dinilai lebih banyak didominasi oleh orang tua. Jadi anak muda gak leluasa mencari teman seumuran yang punya hobi sama.
Bagaimana Tren Tercipta di Medsos?
Pada dasarnya, tren tercipta karena suatu hal lagi banyak dibicarakan oleh masyarakat. Keberadaan selebritas yang punya banyak pengikut juga bisa menciptakan tren.
Tapi, fenomena ini juga bisa berasal dari netizen dengan pengikutnya sedikit. Pastinya, sesuatu menjadi tren karena punya keunikan atau kedekatan emosional dengan banyak pengguna.
Foto: Hotsuite/We Are Social
Mungkinkah Medsos Akan Menghilang di Masa Depan?
Kalau dilihat dari sejarah media sosial di atas, selama pengembang aplikasi mampu terus melakukan inovasi dan menyesuaikan selera pengguna, maka medsos gak akan ditinggalkan.
Tapi selain itu, perlu juga dicermati bahwa gak sedikit orang yang mulai mengurangi penggunaan medsos.
Soalnya, medsos juga sering menimbulkan isu sosial yang menguras banyak pikiran seperti ujaran kebencian, tindakan kejahatan seperti penipuan, peretasan, sampai penculikan.
Menurut Enrique Dans, salah seorang kontributor senior Forbes, medsos bisa ditinggalkan pengguna kalau sudah kehilangan esensi sosialnya dan cuma dipenuhi hal-hal komersial. Memang, medsos sering banget dipakai jadi ajang pamer kekayaan dan iklan.
Tapi, banyak juga manfaat yang kita dapat kalau main medsos. Kadang ada aja orang-orang yang berbagi ilmu dan tips bermanfaat hingga kampanye gerakan positif.
Mungkin medsos gak akan hilang dalam waktu dekat, tapi banyak orang yang mulai mengurangi intensitas penggunaannya.
Contohnya, ya, turunnya peringkat Indonesia sebagai negara kecanduan medsos dari peringkat 5 menjadi peringkat 10 pada riset We Are Social.
Tapi semenjak pandemi, intensitas masyarakat dalam pemakaian medsos kembali naik. Menurut survei firma konsultan Kantar, penggunaan WhatsApp dan Instagram melonjak 50%. Banyak juga youtuber yang mengaku jumlah penontonnya meningkat.
Jadi, jawabannya udah jelas, dong?
Berdasarkan riset Statcounter, perusahaan yang menganalisis lalu lintas web, pangsa Facebook turun 9,2% pada Desember 2018 dibandingkan tahun lalu.
Padahal Facebook udah cukup banyak melakukan inovasi fitur seperti Facebook stories dan fitur siaran langsung.
Foto: Twitter @anakurang_
Ternyata, netizen juga memperhatikan kepentingan dan identitas mayoritas pengguna suatu medsos. Setiap media sosial punya karakter netizen yang berbeda.
Mungkin ini adalah salah satu faktor mengapa banyak orang mulai meninggalkan Facebook. Soalnya, Facebook dinilai lebih banyak didominasi oleh orang tua. Jadi anak muda gak leluasa mencari teman seumuran yang punya hobi sama.
Bagaimana Tren Tercipta di Medsos?
Pada dasarnya, tren tercipta karena suatu hal lagi banyak dibicarakan oleh masyarakat. Keberadaan selebritas yang punya banyak pengikut juga bisa menciptakan tren.
Tapi, fenomena ini juga bisa berasal dari netizen dengan pengikutnya sedikit. Pastinya, sesuatu menjadi tren karena punya keunikan atau kedekatan emosional dengan banyak pengguna.
Foto: Hotsuite/We Are Social
Mungkinkah Medsos Akan Menghilang di Masa Depan?
Kalau dilihat dari sejarah media sosial di atas, selama pengembang aplikasi mampu terus melakukan inovasi dan menyesuaikan selera pengguna, maka medsos gak akan ditinggalkan.
Tapi selain itu, perlu juga dicermati bahwa gak sedikit orang yang mulai mengurangi penggunaan medsos.
Soalnya, medsos juga sering menimbulkan isu sosial yang menguras banyak pikiran seperti ujaran kebencian, tindakan kejahatan seperti penipuan, peretasan, sampai penculikan.
Menurut Enrique Dans, salah seorang kontributor senior Forbes, medsos bisa ditinggalkan pengguna kalau sudah kehilangan esensi sosialnya dan cuma dipenuhi hal-hal komersial. Memang, medsos sering banget dipakai jadi ajang pamer kekayaan dan iklan.
Tapi, banyak juga manfaat yang kita dapat kalau main medsos. Kadang ada aja orang-orang yang berbagi ilmu dan tips bermanfaat hingga kampanye gerakan positif.
Mungkin medsos gak akan hilang dalam waktu dekat, tapi banyak orang yang mulai mengurangi intensitas penggunaannya.
Contohnya, ya, turunnya peringkat Indonesia sebagai negara kecanduan medsos dari peringkat 5 menjadi peringkat 10 pada riset We Are Social.
Tapi semenjak pandemi, intensitas masyarakat dalam pemakaian medsos kembali naik. Menurut survei firma konsultan Kantar, penggunaan WhatsApp dan Instagram melonjak 50%. Banyak juga youtuber yang mengaku jumlah penontonnya meningkat.
Jadi, jawabannya udah jelas, dong?