Masih Bingung? Ini Beda Misoginis dan Seksisme Menurut Ahli
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebelum membedah istilah misoginis dan seksisme, penting untuk memahami gerakan feminisme terlebih dahulu.
Soalnya, istilah ini punya kaitan erat dengan gerakan sosial yang berasal dari daratan Eropa.
Singkatnya, feminisme adalah gerakan yang membicarakan tentang hak-hak perempuan dalam kehidupan sosial.
Seiring waktu, gerakan feminisme berkembang bukan cuma membicarakan isu perempuan aja, tapi juga isu kesetaraan gender.
Dalam menyuarakan gerakan feminisme, para aktivis gender sering mengeluarkan istilah yang mungkin asing di telinga, seperti misoginis dan seksisme.
Dari kamus resmi Australia, misoginis merupakan istilah untuk menggambarkan kebencian terhadap perempuan. (Baca Juga: Sejarah Hari Perempuan Internasional, Bermula dari Aksi Buruh)
Istilah ini juga punya arti prasangka yang mengakar terhadap perempuan, yang mendiskriminasi perempuan dengan pandangan seksisme-nya.
Merujuk pada Kamus Meriam-Webster, seksisme diartikan sebagai prasangka atau diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
Nah, itu, kan, definisi dari kamus. Sekarang, gimana pandangan para ahli dan aktivis mengenai hal ini?
Seksisme Gak Selalu Misoginis
Menurut Julie Bindel, penulis feminis asal Amerika, misoginis selalu seksisme, tapi seksisme gak selalu misoginis. Saat seorang pria mengatakan "secara alami, perempuan punya sifat keibuan", maka dia punya pandangan seksisme.
Kalau dia juga bilang "perempuan harus dibatasi cuma untuk melayani pria dan menjaga anak", nah, barulah dia seorang misoginis. Pria seperti itu tandanya gak menghormati wanita secara setara.
Peraturan yang misoginis, misalnya undang-undang yang mengatur gimana perempuan mesti berpakaian juga sering menjadi masalah.
Diskriminasi Perempuan Indonesia
Fenomena misoginis gak cuma menjamur di Eropa, tapi kita bisa lihat keberadaannya di tengah masyarakat. Bahkan mungkin kamu pernah mengalami atau mendengarnya.
Misalnya, pernyataan "harta, tahta, dan wanita" yang punya unsur seksisme, atau pernyataan "perempuan itu tempatnya cuma 3: sumur, dapur, kasur". Persoalan diskriminasi menjadi semakin kompleks karena budaya patriarki yang melekat.
Berikut adalah hal terkait misoginis dan seksisme yang sering terjadi di Indonesia. (Baca Juga: Melawan Stereotipe, Perempuan Ini Bikin Meme dalam Bentuk Perhiasan)
1. KASUS PELECEHAN YANG DISALAHKAN KORBAN PEREMPUAN
Foto: Twitter @mrshananto
Contoh yang jelas adalah dalam kasus pelecehan seksual, seringkali yang disalahkan adalah korban perempuan dengan alasan "makanya jangan pakai baju ketat".
Itu termasuk pernyataan misoginis karena penampilan seseorang gak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan pelecehan seksual.
2. JUDUL BERITA MENYUDUTKAN
Foto: Twitter @mardiasih
Dalam kasus berita di atas, seharusnya media gak perlu menambahkan variabel judul yang gak berhubungan dengan kasus. Begitu juga dengan hal-hal yang menggiring opini pembaca, fokus saja pada fakta peristiwa.
3. JANDA DIPERSEPSIKAN NEGATIF
Foto: Twitter @ConversationIDN
Bukan rahasia umum, bahwa persepsi negatif terhadap janda itu nyata. Jangan sampai persepsi itu menjadi sebuah label masyarakat, baik buruknya seorang perempuan gak ditentukan dari status terkait pernikahannya. ( )
4. SESAMA PEREMPUAN SALING MENJATUHKAN
Foto: YouTube Narasi TV
Sesama perempuan belum tentu punya pilihan hidup yang sama, karena ada juga yang secara tak sadar berpandangan seksisme. Jangan menghakimi seseorang yang punya pilihan hidup berbeda. Bukankah sesama perempuan harusnya saling menyemangati?
5. KDRT MENINGKAT SELAMA PANDEMI
Foto: unwomen.org via Twitter @iimfahima
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan mencatat adanya peningkatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) selama pandemi. Ini diketahui berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada April hingga Mei 2020.
Meskipun diskriminasi terhadap perempuan ada, tetapi banyak juga orang, terutama kaum pria, yang punya cara berpikir terbuka untuk kasus diskriminasi terhadap perempuan, salah satunya Jerome Polin, seorang youtuber yang sedang menempuh studi di Negeri Sakura, Jepang.
Foto: Twitter @jeromepolin
Anggita HUtami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
Soalnya, istilah ini punya kaitan erat dengan gerakan sosial yang berasal dari daratan Eropa.
Singkatnya, feminisme adalah gerakan yang membicarakan tentang hak-hak perempuan dalam kehidupan sosial.
Seiring waktu, gerakan feminisme berkembang bukan cuma membicarakan isu perempuan aja, tapi juga isu kesetaraan gender.
Dalam menyuarakan gerakan feminisme, para aktivis gender sering mengeluarkan istilah yang mungkin asing di telinga, seperti misoginis dan seksisme.
Dari kamus resmi Australia, misoginis merupakan istilah untuk menggambarkan kebencian terhadap perempuan. (Baca Juga: Sejarah Hari Perempuan Internasional, Bermula dari Aksi Buruh)
Istilah ini juga punya arti prasangka yang mengakar terhadap perempuan, yang mendiskriminasi perempuan dengan pandangan seksisme-nya.
Merujuk pada Kamus Meriam-Webster, seksisme diartikan sebagai prasangka atau diskriminasi berdasarkan jenis kelamin.
Nah, itu, kan, definisi dari kamus. Sekarang, gimana pandangan para ahli dan aktivis mengenai hal ini?
Seksisme Gak Selalu Misoginis
Menurut Julie Bindel, penulis feminis asal Amerika, misoginis selalu seksisme, tapi seksisme gak selalu misoginis. Saat seorang pria mengatakan "secara alami, perempuan punya sifat keibuan", maka dia punya pandangan seksisme.
Kalau dia juga bilang "perempuan harus dibatasi cuma untuk melayani pria dan menjaga anak", nah, barulah dia seorang misoginis. Pria seperti itu tandanya gak menghormati wanita secara setara.
Peraturan yang misoginis, misalnya undang-undang yang mengatur gimana perempuan mesti berpakaian juga sering menjadi masalah.
Diskriminasi Perempuan Indonesia
Fenomena misoginis gak cuma menjamur di Eropa, tapi kita bisa lihat keberadaannya di tengah masyarakat. Bahkan mungkin kamu pernah mengalami atau mendengarnya.
Misalnya, pernyataan "harta, tahta, dan wanita" yang punya unsur seksisme, atau pernyataan "perempuan itu tempatnya cuma 3: sumur, dapur, kasur". Persoalan diskriminasi menjadi semakin kompleks karena budaya patriarki yang melekat.
Berikut adalah hal terkait misoginis dan seksisme yang sering terjadi di Indonesia. (Baca Juga: Melawan Stereotipe, Perempuan Ini Bikin Meme dalam Bentuk Perhiasan)
1. KASUS PELECEHAN YANG DISALAHKAN KORBAN PEREMPUAN
Foto: Twitter @mrshananto
Contoh yang jelas adalah dalam kasus pelecehan seksual, seringkali yang disalahkan adalah korban perempuan dengan alasan "makanya jangan pakai baju ketat".
Itu termasuk pernyataan misoginis karena penampilan seseorang gak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan pelecehan seksual.
2. JUDUL BERITA MENYUDUTKAN
Foto: Twitter @mardiasih
Dalam kasus berita di atas, seharusnya media gak perlu menambahkan variabel judul yang gak berhubungan dengan kasus. Begitu juga dengan hal-hal yang menggiring opini pembaca, fokus saja pada fakta peristiwa.
3. JANDA DIPERSEPSIKAN NEGATIF
Foto: Twitter @ConversationIDN
Bukan rahasia umum, bahwa persepsi negatif terhadap janda itu nyata. Jangan sampai persepsi itu menjadi sebuah label masyarakat, baik buruknya seorang perempuan gak ditentukan dari status terkait pernikahannya. ( )
4. SESAMA PEREMPUAN SALING MENJATUHKAN
Foto: YouTube Narasi TV
Sesama perempuan belum tentu punya pilihan hidup yang sama, karena ada juga yang secara tak sadar berpandangan seksisme. Jangan menghakimi seseorang yang punya pilihan hidup berbeda. Bukankah sesama perempuan harusnya saling menyemangati?
5. KDRT MENINGKAT SELAMA PANDEMI
Foto: unwomen.org via Twitter @iimfahima
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan mencatat adanya peningkatan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) selama pandemi. Ini diketahui berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada April hingga Mei 2020.
Meskipun diskriminasi terhadap perempuan ada, tetapi banyak juga orang, terutama kaum pria, yang punya cara berpikir terbuka untuk kasus diskriminasi terhadap perempuan, salah satunya Jerome Polin, seorang youtuber yang sedang menempuh studi di Negeri Sakura, Jepang.
Foto: Twitter @jeromepolin
Anggita HUtami Ratnaningsih
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @gitahut
(it)