Mengumpat Bagus untuk Kesehatan Mental, Ini Batasan Wajarnya per Hari
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengumpat, memaki, atau berkata kasar dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Padahal, melakukannya bisa berakibat positif bagi kesehatan mental kita.
Sebagai manusia, tentu kita punya emosi negatif yang selalu ingin dikeluarkan. Merasa sedih, marah, dan kecewa pastinya juga adalah emosi yang normal dan tidak salah.
Melihat orang yang melontarkan umpatan dan makian, kita yang mendengarnya bisa jadi kaget dan kesal. Namun ternyata bagi orang yang sedang dilanda rasa kesal dan marah, melontarkan umpatan dan makin memiliki dampak yang bagus untuk mentalnya.
Hal itu disampaikan oleh psikolog Raffaello Antonino. "Mengumpat bisa memberi efek yang melegakan bagi mereka yang sedang frustasi. Mereka yang melontarkan kata kasar juga bisa meluapkan emosi secara langsung," ujarnya dikutip dari Healthline.
Hal. senada juga disampaikan oleh terapis pasangan dan seks Kyle Zrenchik. Menurutnya orang yang sering mengumpat berpengaruh pada psikologis mereka.
"Orang yang sering mengumpat saat mereka stres atau menghadapi masalah, bisa membantu meredakan sedikit beban yang ditanggungnya. Hal itu juta sangat bagus untuk meredakan stres psikologis dan fisiologis," ungkap Kyle.
Selain itu mengumpat juga bisa meredakan stres tanpa bantuan obat-obatan pereda stres. "Mengumpat dapat meredakan stres secara alami. Tanpa efek samping dan tanpa biaya. Ini cara yang benar-benar alami, gratis, dan mudah diakses meskipun pengaruhnya hanya sedikt," tambah Kyle.
Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam The Journal of Pain pada 2011 juga menyimpulkan bahwa mengumpat selama merasa sakit hati dan emosional bisa membuat seseorang dapat merasa lebih reda. Namun perlu diingat, umpatannya pun tidak berlebihan dan hanya 60 kata umpatan per hari.
“Mengumpat adalah bentuk bahasa yang sangat emosional, dan temuan kami menunjukkan bahwa penggunaan kata-kata umpatan yang berlebihan dapat mengurangi efek emosionalnya,” kata Richard Stephens, dosen psikologi di Keele University.
"Bila diucapkan secukupnya, mengumpat bisa menjadi pereda rasa sakit hati yang efektif dalam jangka waktu pendek. Namun, jika Anda terbiasa mengumpat sepanjang waktu, penelitian kami menunjukkan bahwa Anda tidak akan mendapatkan efek yang sama,” katanya.
Sebagai manusia, tentu kita punya emosi negatif yang selalu ingin dikeluarkan. Merasa sedih, marah, dan kecewa pastinya juga adalah emosi yang normal dan tidak salah.
Melihat orang yang melontarkan umpatan dan makian, kita yang mendengarnya bisa jadi kaget dan kesal. Namun ternyata bagi orang yang sedang dilanda rasa kesal dan marah, melontarkan umpatan dan makin memiliki dampak yang bagus untuk mentalnya.
Hal itu disampaikan oleh psikolog Raffaello Antonino. "Mengumpat bisa memberi efek yang melegakan bagi mereka yang sedang frustasi. Mereka yang melontarkan kata kasar juga bisa meluapkan emosi secara langsung," ujarnya dikutip dari Healthline.
Hal. senada juga disampaikan oleh terapis pasangan dan seks Kyle Zrenchik. Menurutnya orang yang sering mengumpat berpengaruh pada psikologis mereka.
"Orang yang sering mengumpat saat mereka stres atau menghadapi masalah, bisa membantu meredakan sedikit beban yang ditanggungnya. Hal itu juta sangat bagus untuk meredakan stres psikologis dan fisiologis," ungkap Kyle.
Selain itu mengumpat juga bisa meredakan stres tanpa bantuan obat-obatan pereda stres. "Mengumpat dapat meredakan stres secara alami. Tanpa efek samping dan tanpa biaya. Ini cara yang benar-benar alami, gratis, dan mudah diakses meskipun pengaruhnya hanya sedikt," tambah Kyle.
Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam The Journal of Pain pada 2011 juga menyimpulkan bahwa mengumpat selama merasa sakit hati dan emosional bisa membuat seseorang dapat merasa lebih reda. Namun perlu diingat, umpatannya pun tidak berlebihan dan hanya 60 kata umpatan per hari.
“Mengumpat adalah bentuk bahasa yang sangat emosional, dan temuan kami menunjukkan bahwa penggunaan kata-kata umpatan yang berlebihan dapat mengurangi efek emosionalnya,” kata Richard Stephens, dosen psikologi di Keele University.
"Bila diucapkan secukupnya, mengumpat bisa menjadi pereda rasa sakit hati yang efektif dalam jangka waktu pendek. Namun, jika Anda terbiasa mengumpat sepanjang waktu, penelitian kami menunjukkan bahwa Anda tidak akan mendapatkan efek yang sama,” katanya.
(ita)