Para Seleb yang Dikecam Gara-gara COVID-19, dan Siapa yang Harus Kita Percaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang mewabah di seluruh dunia sampai saat ini jadi bahan perbincangan yang gak ada habisnya, baik di media massa maupun media sosial.
Saking banyaknya, gak jarang kita jadi bingung sendiri untuk menentukan informasi mana yang harus kita percaya.
Contoh yang paling terbaru adalah posting-an penyanyi dan selebgram Anji, yang merasa janggal dengan adanya foto jenazah korban meninggal karena COVID-19 hasil jepretan seorang fotografer jurnalistik bernama Joshua Irwandi.
Salah satu hal yang ia katakan pada unggahan Instagram-nya adalah mempertanyakan mengapa fotografer boleh masuk ke ruangan pasien COVID-19 sedangkan keluarga pasien gak? ( )
Foto:Instagram @duniamanji
Bisa ditebak, tulisan itu langsung dikecam banyak orang. Sementara para fotografer turun tangan menyangkal kejanggalan yang disampaikan Anji.
Bahkan organisasi Pewarta Foto Indonesia (PFI) sampai ikut mengecam pernyataan Anji karena dianggap melakukan penghakiman sepihak atas hasil karya jurnalistik.
Sebelumnya, ada drummer band punk Superman is Dead (SID), Jerinx, dan rapper Young Lex, yang getol banget menyebarkan teori-teori konspirasi.
Jerinx beranggapan bahwa COVID-19 merupakan rencana elite global dalam menguasai dunia. Menurutnya, media juga ikut-ikutan memanipulasi untuk menakut-nakuti banyak orang. (
)
Foto: Instagram@jrxsid
Meski ucapan mereka gak ada dasar ilmiahnya, anehnya tetap banyak orang yang percaya perkataan mereka.
Banyak yang terpengaruh dengan memakan bulat-bulat informasi dari para seleb itu, dan ikut menyebarkannya. Ini sejalan dengan gambaran orang Indonesia menurut Kominfo, yaitu sangat berisik di media sosial, tapi malas membaca, alias literasi medianya rendah.
Karena tindakan para seleb yang menyebar teori konspirasi atau mengumbar pernyataan yang tanpa dasar ilmiah kuat, para jurnalis dan key opinion leader pun jadi bekerja dua kali lipat dalam mengedukasi masyarakat.
Key Opinion Leader adalah seseorang yang punya kapabilitas dalam memberikan pernyataan terhadap hal tertentu dan dapat memengaruhi perilaku orang lain. ( )
Dalam kasus COVID-19, para dokter bisa jadi salah satu sumber tepercaya. Kalau kamu rajin main di Twitter, kamu pasti sering lihat para dokter berusaha meluruskan berita-berita dan teori konspirasi seputar wabah ini.
Foto: Instagram @boykediannugraha
Lantas apa, sih, yang bisa kita lakukan sebagai pengomsumsi informasi? Satu-satunya cara adalah membekali diri dengan kemampuan literasi media.
Gimana caranya? Dengan mengkritisi setiap informasi yang kita dapat dan mengecek kredibilitas sumbernya. Hal ini berlaku untuk informasi baik di media massa maupun media sosial.
Kita mestinya hanya percaya pada orang yang punya kompetensi atau latar belakangnya emang sesuai dengan bidang-bidang bersangkutan.
Misalnya masalah pandemi COVID-19, kita seharusnya lebih memercayai perkataan dari para ahli virologi (cabang biologi yang mempelajari virus), ahli epidemiologi (ilmu yang mempelajari pola penyebaran penyakit), dan dokter yang punya kredibilitas tinggi ketimbang opini dari para seleb.
Lebih lagi, kalau kamu udah punya kemampuan literasi media yang baik, kamu bisa banget ajari orang-orang terdekat kamu untuk melek literasi media juga.
Peter Leonaldy ND
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @peterleonaldy
Lihat Juga: Rahasia Sukses Kampanye Kreatif: Tips Konten Efektif ala Hanssen Benjamin, Kreator TikTok
Saking banyaknya, gak jarang kita jadi bingung sendiri untuk menentukan informasi mana yang harus kita percaya.
Contoh yang paling terbaru adalah posting-an penyanyi dan selebgram Anji, yang merasa janggal dengan adanya foto jenazah korban meninggal karena COVID-19 hasil jepretan seorang fotografer jurnalistik bernama Joshua Irwandi.
Salah satu hal yang ia katakan pada unggahan Instagram-nya adalah mempertanyakan mengapa fotografer boleh masuk ke ruangan pasien COVID-19 sedangkan keluarga pasien gak? ( )
Foto:Instagram @duniamanji
Bisa ditebak, tulisan itu langsung dikecam banyak orang. Sementara para fotografer turun tangan menyangkal kejanggalan yang disampaikan Anji.
Bahkan organisasi Pewarta Foto Indonesia (PFI) sampai ikut mengecam pernyataan Anji karena dianggap melakukan penghakiman sepihak atas hasil karya jurnalistik.
Sebelumnya, ada drummer band punk Superman is Dead (SID), Jerinx, dan rapper Young Lex, yang getol banget menyebarkan teori-teori konspirasi.
Jerinx beranggapan bahwa COVID-19 merupakan rencana elite global dalam menguasai dunia. Menurutnya, media juga ikut-ikutan memanipulasi untuk menakut-nakuti banyak orang. (
Baca Juga
Foto: Instagram@jrxsid
Meski ucapan mereka gak ada dasar ilmiahnya, anehnya tetap banyak orang yang percaya perkataan mereka.
Banyak yang terpengaruh dengan memakan bulat-bulat informasi dari para seleb itu, dan ikut menyebarkannya. Ini sejalan dengan gambaran orang Indonesia menurut Kominfo, yaitu sangat berisik di media sosial, tapi malas membaca, alias literasi medianya rendah.
Karena tindakan para seleb yang menyebar teori konspirasi atau mengumbar pernyataan yang tanpa dasar ilmiah kuat, para jurnalis dan key opinion leader pun jadi bekerja dua kali lipat dalam mengedukasi masyarakat.
Key Opinion Leader adalah seseorang yang punya kapabilitas dalam memberikan pernyataan terhadap hal tertentu dan dapat memengaruhi perilaku orang lain. ( )
Dalam kasus COVID-19, para dokter bisa jadi salah satu sumber tepercaya. Kalau kamu rajin main di Twitter, kamu pasti sering lihat para dokter berusaha meluruskan berita-berita dan teori konspirasi seputar wabah ini.
Foto: Instagram @boykediannugraha
Lantas apa, sih, yang bisa kita lakukan sebagai pengomsumsi informasi? Satu-satunya cara adalah membekali diri dengan kemampuan literasi media.
Gimana caranya? Dengan mengkritisi setiap informasi yang kita dapat dan mengecek kredibilitas sumbernya. Hal ini berlaku untuk informasi baik di media massa maupun media sosial.
Kita mestinya hanya percaya pada orang yang punya kompetensi atau latar belakangnya emang sesuai dengan bidang-bidang bersangkutan.
Misalnya masalah pandemi COVID-19, kita seharusnya lebih memercayai perkataan dari para ahli virologi (cabang biologi yang mempelajari virus), ahli epidemiologi (ilmu yang mempelajari pola penyebaran penyakit), dan dokter yang punya kredibilitas tinggi ketimbang opini dari para seleb.
Lebih lagi, kalau kamu udah punya kemampuan literasi media yang baik, kamu bisa banget ajari orang-orang terdekat kamu untuk melek literasi media juga.
Peter Leonaldy ND
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @peterleonaldy
Lihat Juga: Rahasia Sukses Kampanye Kreatif: Tips Konten Efektif ala Hanssen Benjamin, Kreator TikTok
(it)