Virtue-Signaling: Cara Canggih Tingkatkan Citra Diri di Media Sosial

Rabu, 16 Juni 2021 - 22:14 WIB
Cara virtue signaling sering dipakai figur publik atau influencer untuk tetap terlihat di tengah isu yang sedang berkembang. Foto/Getty Images
JAKARTA - Media sosial (medsos) adalah tempat untuk mengekspresikan diri. Selain itu, citra diri seseorang pun juga bisa dibangun di medsos. Oleh karena itu, tak jarang medsos pun dipakai sebagai ajang "menjual" diri.

Semua orang tentu ingin terlihat baik dalam medsos , dan tanpa disadari, terkadang kita menjadi seorang hipokrit karena kebutuhan untuk terus menampilkan citra diri yang baik. Sering kali, yang lebih kita inginkan adalah agar orang lain tahu seberapa baik kita.

Apalagi pada masa pandemi ini, medsos juga digunakan untuk berkomunikasi dengan banyak orang. Untuk menjalin relasi, tentu diperlukan citra diri yang dilihat masyarakat sebagai hal yang "sempurna".

Dalam keriuhan medsos, umumnya isu-isu sensitif ikut juga bermunculan. Medsos pun jadi sarana untuk meningkatkan perhatian atau kepedulian terkait hal tersebut. Namun ternyata ada beberapa orang yang menggunakan kesempatan itu untuk berpura-pura simpati dan hanya ikut-ikutan.

Berkaitan dengan itu, terdapat salah satu teori baru yang membahas masalah ini, yaitu virtue signaling. Istilah ini dipakai untuk menggambarkankeadaan saat seseorang menampilkan citra diri yang baik dengan maksud tertentu. Istilah ini menyiratkan bahwa orang tersebut melakukan itu hanya untuk menarik rasa hormat publik padanya, agar namanya dipandang baik.



BIASA TERJADI PADA ORANG TERKENAL



Foto:Akbar Nugroho Gumay/ANTARA

Tuntutan akan citra diri baik pun sangat dirasakan oleh figur publik atau tokoh terkenal, baik itu artis, selebritas (influencer), pemerintah, dan lainnya. Kalau mereka mengutarakan opini yang kontroversial, tentu publik akan langsung bereaksi. Oleh karena itu, mereka sering menjadi orang baik demi mendapatkan simpati dari masyarakat.

Situasi saat kampanye adalah yang paling terlihat. Para calon pejabat yang sedang berkampanye biasanya mengusung citra “baik” dirinya sebagai sosok yang peduli kepada masyarakat.

Padahal saat ia telah menduduki jabatannya, tak jarang justru berbuat sebaliknya. Hal itu tentu dilakukan oleh mereka untuk mendapatkan suara dari rakyat sehingga tujuan pribadinya tercapai.

Baca Juga: Mengulik Makna Bucin alias Budak Cinta dari Perspektif Sains

SELALU BERORIENTASI KEPADA ORANG LAIN



Foto:Shutterstock

Pengakuan dari orang lain akan menimbulkan kebahagiaan bagi orang yang mengidap virtue signaling. Bagi mereka, respons positif dari publiklah yang dapat menentukan kunci kesuksesan mereka.

Oleh karena itu, orientasi mereka akan selalu mengarah kepada orang lain, sampai lupa pada dirinya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan fear of missing out (FOMO), yaitu kecemasan saat tidak mengikuti tren yang sedang berlangsung.

Saat suatu isu sedang marak dibicarakan sementara mereka tidak ikut membahas isu tersebut, maka mereka akan berpikir bahwa citra mereka tidak tampil dengan baik. Terkadang, publik pun juga menuntut mereka ikut bersuara atas isu yang sedang ramai dibicarakan.

DUA KUNCI PENYEBAB VIRTUE SIGNALING
Halaman :
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.