5 Filsuf Perempuan yang Jarang Diketahui, dari Eropa hingga Asia

Selasa, 15 Juni 2021 - 21:12 WIB
Bukunya ia tulis berdasarkan pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, salah satu topik yang paling penting adalah soal hubungan suami dan istri. Menurutnya, suami dan istri harus saling menghormati satu sama lain. Keduanya juga bagaikan yin dan yang yang saling melengkapi.

Selain itu, pemikirannya untuk membangun hubungan dalam keluarga adalah tidak ada yang tidak salah. Menurutnya, semua orang dapat melakukan kesalahan dan harus mengakuinya. Apabila semua anggota keluarga menerapkan prinsip ini, secara otomatis akan terjalin hubungan yang harmonis.

Baca Juga: Bukan cuma Laki-laki dan Perempuan, Ini Lima Gender dalam Budaya Bugis

3. LALLESHWARI



Foto:Jammu Kashmir Now

Filsuf perempuan satu ini dikenal sebagai Lal Ded. Ia adalah seorang penyair yang hidup di Kashmir, India pada abad ke-14. Figurnya sangat universal dan diakui oleh sejarah agama Hindu dan Muslim. Dia dipanggil Lalleshwari oleh orang-orang Hindu dan Lalla Arifa oleh muslim.

Lalla dikenal sebagai seorang sufi yang memberikan dampak terhadap hukum pluralisme di Kashmir dari segi agama dan budaya. Selain itu, syairnya juga berisi soal kebebasan. Poin utamanya adalah kebebasan bagi tubuh dan pikiran tanpa memandang kasta, keyakinan, atau jenis kelamin.

Ia menggunakan beberapa istilah baru—diambil dari Buddha—untuk realisasi diri yang dalam syair lisannya disebut Vakh. Istilah-istilah tersebut adalah siva (realitas tertinggi sebagai ketenangan kesadaran), sakti (vitalitas atau energi kesadaran), dan sunyata (kekosongan).

Lalla juga mengombinasikan philosophical yoga dengan ajaran agama dan tradisi budaya, seperti turut menjauhi minuman beralkohol. Menurutnya, untuk mencari sebuah kebenaran dan kebebasan membutuhkan tubuh, pikiran, dan kesadaran. Selain itu, ia berkata kebebasan adalah kesadaran diri.

4. SOPHIE BOSEDE OLUWOLE



Foto:iNigerian

Sophie adalah seorang filsuf asal Nigeria. Ia menjadi perempuan pertama yang mendapatkan gelar doktor dalam bidang filsafat di Nigeria. Keahliannya adalah Filsafat Yoruba yang merupakan kelompok etnis terbesar di Nigeria. Sophie juga sangat vokal dalam menyuarakan peran perempuan dalam filsafat dan mengkritik para pemikir Afrika yang masih bias dalam dunia pendidikan.

Pemikiran filsafatnya didorong oleh pelatihan dan pengalamannya terhadap filsafat Barat. Ia diajarkan bahwa orang Afrika tidak pernah memulai tradisi filsafat yang meyakinkan. Oleh karena itu, ia ingin membuktikan bahwa Afrika juga memiliki pengetahuan asli.

Ia berpendapat bahwa filsafat Afrika dapat ditemukan melalui pendekatan hermeneutika, yaitu teori atau metode interpretasi. Ia berargumen bahwa interpretasi dari “Corpus Ifá” yang ditulis oleh Orunmila juga memiliki tema-tema filsafat, seperti kebijaksanaan, keadilan, waktu, takdir, dan demokrasi.

Dalam buku terakhirnya "Socrates and Orunmila: The Two Patrons of Classical Philosophy", ia membandingkan Socrates dengan Orunmila. Menurutnya, Socrates dapat dikatakan sebagai bapak filsafat Barat meskipun tidak meninggalkan karya tulis sendiri. Namun, mengapa Orunmila yang diyakini sudah ada sebelum Socrates dan menghasilkan suatu karya tidak dianggap sebagai bapak filsafat Afrika.

Baca Juga: Sejarah Korupsi Di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan

5. AZIZAH Y. AL-HIBRI

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More