6 Fakta Asli Gerakan PARAKU yang Ada dalam Film Kabut Berduri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kabut Berduri adalah film kriminal thriller karya Edwin berlatar di perbatasan Indonesia-Malaysia. Ceritanya menyinggung gerakan komunis PARAKU atau Pasukan Rakyat Kalimantan Utara.
Film yang dibintangi oleh Putri Marino inimencampurkan elementeka-teki pembunuhan, isu sosial politik, takhayul, hingga tragedi masa lalu Ceritanya tentang seorang polisi perempuan dari Jakarta yang dikirim ke Kalimantan untuk membantu polisi lokal menangani serangkaian kasus pembunuhan.
Dalam film diceritakan tentang adanya PARAKU dan anggotanya Ambong, yang diyakini masih hidup di hutan dalam wujud siluman. PARAKU juga digambarkan sebagai gerakan komunis yang beroperasi pada 1967 hingga 1990 yang berusaha ditumpas olehtentara Indonesia dan Malaysia serta komunitas lokal.
Buat kamu yang sudah menonton film Bukit Berduri dan penasaran dengan PARAKU, berikut adalah fakta asli mengenai gerakan tersebut.
1. Mengenal PARAKU
Para petinggi PARAKU. Foto: Dok.Sindonews
Partai Komunis Kalimantan Utara ( PKKU), atau sering disebut dengan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) bekerja sama dengan Pasukan Geriliya Rakyat Serawak (PGRS). Mereka adalah pergerakan komunis yang beroperasi di Sarawak.
PARAKU dibentuk pada 19 September 1971 di bawah pimpinan Wen Min Chyuan dari Organisasi Komunis Sarawak (OKS). Wen Min Chyuan pernah menjadi anggota Partai Sarawak Bersatu pada 1960-1964. Mayoritas anggota dari PARAKU adalah masyarakat etnis Tionghoa.
PARAKU/PGRS terbentuk karena adanya gerakan yang menolak untuk pembentukan negara Federasi Malaysia. Hal ini dikarenakan ketika Negara Federasi Malaysia terbentuk, hak-hak masyarakat etnis Tionghoa akan terganggu.
Pembentukan gerakan PARAKU juga sangat erat hubungannya dengan penolakan dari Pemerintah Indonesia terkait Federasi Malaysia yang didukung oleh Inggris.
2. Kronologi dan Latar Belakang Gerakan PARAKU
Para anggotaPGRS/PARAKU. Foto: Wikimedia Commons
Ide penggabungan berbagai wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara dan Persekutuan Tanah Melayu (PTM) dimulai semenjak tahun 1960. Pada 27 Mei 1961, Perdana Menteri PTM Tunku Abdul Rahman mengungkapkan gagasan mengenai Negara Malaysia meliputi PTM, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah di hadapan Foreign Correspondent Association di Singapura.
Setelahnya pada 13 Oktober 1961 di London, dibuatlah sebuah organisasi untuk mengumpulkan seluruh jawaban dari negara-negara yang hadir. Faktanya, dua pertiga dari negara yang hadir menyetujui akan penggabungan wilayah tersebut.
Lain halnya dengan kelompok oposisi atau sayap kiri, yang sudah terbentuk sejak 1950-an dengan anggota Suku Iban (Dayak Iban) dan Tionghoa. Mereka akhirnya menjadi inti pasukan PARAKU dalam rangka gerakan Ganyang Malaysia (Dwikora) oleh presiden Indonesia saat itu, yaitu Soekarno.
Partai NKCP mempropagandakan penyatuan seluruh wilayah Kalimantan yang berada di bawah kekuasaan Inggris untuk membentuk negara merdeka Kalimantan Utara.
Selanjutnya, Presiden Soekarno juga memiliki peran penting dalam menolak aksi terbentuknya Federasi malaysia, yang biasanya lebih dikenal sebagai Ganyang Malaysia.
Presiden Soekarno kemudian mengirimkan salah seorang Menteri Negara di Kabinet Dwikora I, Oei Tjoe Tat, ke perbatasan utara Kalimantan untuk menggalang kekuatan dalam rangka kampanye Ganyang Malaysia. Oei Tjoe Tat yang kebetulan juga keturunan China memperoleh sambutan meriah dari masyarakat setempat.
Dikirimnya Oei Tjoe Tat, berbuah manis, karena banyak masyarakat yang mau dan sukarela untuk tergabung dalam kelompok tersebut. Tak hanya masyarakat Kalimantan Utara yang tergabung tetapi beberapa pemuda dari Singapura, Brunei Darussalam, bahkan dari Malaysia yang tidak setuju dengan rencana pembentukan Federasi Malaysia.
Dalam sejarah mencatat bahwa, anggota relawan yang berhasil dikumpulkan adalah kurang lebih 900 relawan.
3. Pro dan Kontra PARAKU
Foto: Wikimedia Commons
Film yang dibintangi oleh Putri Marino inimencampurkan elementeka-teki pembunuhan, isu sosial politik, takhayul, hingga tragedi masa lalu Ceritanya tentang seorang polisi perempuan dari Jakarta yang dikirim ke Kalimantan untuk membantu polisi lokal menangani serangkaian kasus pembunuhan.
Dalam film diceritakan tentang adanya PARAKU dan anggotanya Ambong, yang diyakini masih hidup di hutan dalam wujud siluman. PARAKU juga digambarkan sebagai gerakan komunis yang beroperasi pada 1967 hingga 1990 yang berusaha ditumpas olehtentara Indonesia dan Malaysia serta komunitas lokal.
Buat kamu yang sudah menonton film Bukit Berduri dan penasaran dengan PARAKU, berikut adalah fakta asli mengenai gerakan tersebut.
6 Fakta Asli PARAKU yang Ada dalam Film Bukit Berduri
1. Mengenal PARAKU
Para petinggi PARAKU. Foto: Dok.Sindonews
Partai Komunis Kalimantan Utara ( PKKU), atau sering disebut dengan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) bekerja sama dengan Pasukan Geriliya Rakyat Serawak (PGRS). Mereka adalah pergerakan komunis yang beroperasi di Sarawak.
PARAKU dibentuk pada 19 September 1971 di bawah pimpinan Wen Min Chyuan dari Organisasi Komunis Sarawak (OKS). Wen Min Chyuan pernah menjadi anggota Partai Sarawak Bersatu pada 1960-1964. Mayoritas anggota dari PARAKU adalah masyarakat etnis Tionghoa.
PARAKU/PGRS terbentuk karena adanya gerakan yang menolak untuk pembentukan negara Federasi Malaysia. Hal ini dikarenakan ketika Negara Federasi Malaysia terbentuk, hak-hak masyarakat etnis Tionghoa akan terganggu.
Pembentukan gerakan PARAKU juga sangat erat hubungannya dengan penolakan dari Pemerintah Indonesia terkait Federasi Malaysia yang didukung oleh Inggris.
2. Kronologi dan Latar Belakang Gerakan PARAKU
Para anggotaPGRS/PARAKU. Foto: Wikimedia Commons
Ide penggabungan berbagai wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara dan Persekutuan Tanah Melayu (PTM) dimulai semenjak tahun 1960. Pada 27 Mei 1961, Perdana Menteri PTM Tunku Abdul Rahman mengungkapkan gagasan mengenai Negara Malaysia meliputi PTM, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah di hadapan Foreign Correspondent Association di Singapura.
Setelahnya pada 13 Oktober 1961 di London, dibuatlah sebuah organisasi untuk mengumpulkan seluruh jawaban dari negara-negara yang hadir. Faktanya, dua pertiga dari negara yang hadir menyetujui akan penggabungan wilayah tersebut.
Lain halnya dengan kelompok oposisi atau sayap kiri, yang sudah terbentuk sejak 1950-an dengan anggota Suku Iban (Dayak Iban) dan Tionghoa. Mereka akhirnya menjadi inti pasukan PARAKU dalam rangka gerakan Ganyang Malaysia (Dwikora) oleh presiden Indonesia saat itu, yaitu Soekarno.
Partai NKCP mempropagandakan penyatuan seluruh wilayah Kalimantan yang berada di bawah kekuasaan Inggris untuk membentuk negara merdeka Kalimantan Utara.
Selanjutnya, Presiden Soekarno juga memiliki peran penting dalam menolak aksi terbentuknya Federasi malaysia, yang biasanya lebih dikenal sebagai Ganyang Malaysia.
Presiden Soekarno kemudian mengirimkan salah seorang Menteri Negara di Kabinet Dwikora I, Oei Tjoe Tat, ke perbatasan utara Kalimantan untuk menggalang kekuatan dalam rangka kampanye Ganyang Malaysia. Oei Tjoe Tat yang kebetulan juga keturunan China memperoleh sambutan meriah dari masyarakat setempat.
Dikirimnya Oei Tjoe Tat, berbuah manis, karena banyak masyarakat yang mau dan sukarela untuk tergabung dalam kelompok tersebut. Tak hanya masyarakat Kalimantan Utara yang tergabung tetapi beberapa pemuda dari Singapura, Brunei Darussalam, bahkan dari Malaysia yang tidak setuju dengan rencana pembentukan Federasi Malaysia.
Dalam sejarah mencatat bahwa, anggota relawan yang berhasil dikumpulkan adalah kurang lebih 900 relawan.
3. Pro dan Kontra PARAKU
Foto: Wikimedia Commons