10 Tren Fesyen dari Era Victoria hingga Modern: Cerminan Sejarah dan Fenomena Sosial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tren fesyen telah menjadi bagian integral dari budaya manusia selama berabad-abad. Tren ini pula yang menjadi cerminan sejarah dan fenomena sosial pada masa itu.
Tren fesyen memang tak bisa lepas dari budaya dan norma sosial yang dianut masyarakat pada masa itu. Bahkan kondisi ekonomi pun turut memengaruhi cara masyarakatnya dalam berbusana.
Berikut ini 10 tren fesyen sejak abad ke-19 hingga abad ke-21, mengutip dari buku Fashion History: From the 18th to the 20th Century (2011), Hemlines, Fashion, and the Economy (2020), dan Life during World War II (2016).
1. Tren Fesyen 1830-an: Era Victoria
Foto: The Westline School
Era Victoria berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901, di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Era ini ditandai dengan perubahan sosial dan ekonomi yang pesat, dipicu oleh revolusi industri. Ini memungkinkan pakaian yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh kaum aristokrat, menjadi lebih terjangkau bagi kaum pekerja.
Penemuan pewarna sintetis oleh William Henry Perkin juga membawa warna-warna baru ke dalam dunia fesyen, menjadikan pakaian lebih beragam dan menarik. Pada era Victoria, penggunaan korset, sarung tangan, dan pakaian yang dibuat dari bahan-bahan yang sebelumnya eksklusif menjadi umum.
Produksi massal memungkinkan semua lapisan masyarakat untuk mengikuti tren fesyen yang ada, mengurangi kesenjangan visual antara kaum pekerja dan aristokrat.
2. Tren Fesyen 1920-an: Flapper Era
Foto: Fashion-era
Setelah Perang Dunia II pada 1920-an lahirlah Flapper Era, yang identik dengan pakaian glamor dan berani, potongan rambut pendek, serta riasan mencolok seperti lipstik merah dan mata gelap.
Tren ini tidak hanya mencerminkan mode, tetapi juga simbol kebebasan dan perayaan bagi perempuan yang mulai bekerja dlam industri selama perang dan memperoleh penghasilan sendiri. Film seperti The Great Gatsby (2013) memberikan gambaran jelas tentang tren fesyen pada era ini.
3. Tren Fesyen 1930-an: Keanggunan yang Sederhana
Foto: via Medium
Padatahun 1930-an, tren fesyen bergeser menuju gaya yang lebih feminin dan kasual. Penurunan ekonomi global menyebabkan paraperempuan memilih pakaian yang tidak terlalu mencolok sebagai cara untuk menghadapi masa-masa sulit.
4. Tren Fesyen 1940-an: Gaya Maskulin di Masa Perang
Foto: Eaton
Pecahnya Perang Dunia II pada 1940-an mempengaruhi tren fesyen dengan gaya yang lebih maskulin. Para perempuan dipaksa untuk menggantikan peran pria dalam berbagai pekerjaan, dan ini tercermin dalam pakaian mereka.
Keterbatasan sumber daya juga membuat fesyen menjadi lebih monoton, dengan blazer dan pakaian yang terinspirasi dari seragam militer menjadi populer.
5. Tren Fesyen 1950-an: Kembali ke Feminin
Foto: Bellatory
Setelah perang, tahun 1950-an menandai kembalinya gaya feminin dengan rok mengembang atau rok poodle sebagai salah satu item paling populer.
Warna-warna cerah dan siluet yang dramatis menjadi ciri khas era ini, sebagai bentuk ‘balas dendam’ para perempuan setelah harus mengenakan pakaian monoton selama perang.
6. Tren Fesyen 1960-an: Inspirasi dari Figur Publik
Foto: Getty Images
Tahun 1960-an masih mempertahankan beberapa elemen dari era sebelumnya, tetapi mulai melihat inspirasi dari figur publik, terutama Jacqueline ‘Jackie’ Kennedy.
Tren fesyen memang tak bisa lepas dari budaya dan norma sosial yang dianut masyarakat pada masa itu. Bahkan kondisi ekonomi pun turut memengaruhi cara masyarakatnya dalam berbusana.
Berikut ini 10 tren fesyen sejak abad ke-19 hingga abad ke-21, mengutip dari buku Fashion History: From the 18th to the 20th Century (2011), Hemlines, Fashion, and the Economy (2020), dan Life during World War II (2016).
Tren Fesyen sejak Era Victoria hingga Modern
1. Tren Fesyen 1830-an: Era Victoria
Foto: The Westline School
Era Victoria berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901, di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Era ini ditandai dengan perubahan sosial dan ekonomi yang pesat, dipicu oleh revolusi industri. Ini memungkinkan pakaian yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh kaum aristokrat, menjadi lebih terjangkau bagi kaum pekerja.
Penemuan pewarna sintetis oleh William Henry Perkin juga membawa warna-warna baru ke dalam dunia fesyen, menjadikan pakaian lebih beragam dan menarik. Pada era Victoria, penggunaan korset, sarung tangan, dan pakaian yang dibuat dari bahan-bahan yang sebelumnya eksklusif menjadi umum.
Produksi massal memungkinkan semua lapisan masyarakat untuk mengikuti tren fesyen yang ada, mengurangi kesenjangan visual antara kaum pekerja dan aristokrat.
2. Tren Fesyen 1920-an: Flapper Era
Foto: Fashion-era
Setelah Perang Dunia II pada 1920-an lahirlah Flapper Era, yang identik dengan pakaian glamor dan berani, potongan rambut pendek, serta riasan mencolok seperti lipstik merah dan mata gelap.
Tren ini tidak hanya mencerminkan mode, tetapi juga simbol kebebasan dan perayaan bagi perempuan yang mulai bekerja dlam industri selama perang dan memperoleh penghasilan sendiri. Film seperti The Great Gatsby (2013) memberikan gambaran jelas tentang tren fesyen pada era ini.
3. Tren Fesyen 1930-an: Keanggunan yang Sederhana
Foto: via Medium
Padatahun 1930-an, tren fesyen bergeser menuju gaya yang lebih feminin dan kasual. Penurunan ekonomi global menyebabkan paraperempuan memilih pakaian yang tidak terlalu mencolok sebagai cara untuk menghadapi masa-masa sulit.
4. Tren Fesyen 1940-an: Gaya Maskulin di Masa Perang
Foto: Eaton
Pecahnya Perang Dunia II pada 1940-an mempengaruhi tren fesyen dengan gaya yang lebih maskulin. Para perempuan dipaksa untuk menggantikan peran pria dalam berbagai pekerjaan, dan ini tercermin dalam pakaian mereka.
Keterbatasan sumber daya juga membuat fesyen menjadi lebih monoton, dengan blazer dan pakaian yang terinspirasi dari seragam militer menjadi populer.
5. Tren Fesyen 1950-an: Kembali ke Feminin
Foto: Bellatory
Setelah perang, tahun 1950-an menandai kembalinya gaya feminin dengan rok mengembang atau rok poodle sebagai salah satu item paling populer.
Warna-warna cerah dan siluet yang dramatis menjadi ciri khas era ini, sebagai bentuk ‘balas dendam’ para perempuan setelah harus mengenakan pakaian monoton selama perang.
6. Tren Fesyen 1960-an: Inspirasi dari Figur Publik
Foto: Getty Images
Tahun 1960-an masih mempertahankan beberapa elemen dari era sebelumnya, tetapi mulai melihat inspirasi dari figur publik, terutama Jacqueline ‘Jackie’ Kennedy.