Mengenal Impostor Syndrome, Rasa Ragu pada Diri dan Kesuksesan Sendiri
Selasa, 30 Maret 2021 - 21:01 WIB
JAKARTA - Bagi kamu yang mengikuti tren permainan Among Us, pasti tidak asing lagi dengan istilah impostor. Ini adalah karakter penipu yang bertugas untuk menyabotase peta dan membunuh Crewmates.
Crewmates adalah orang-orang yang memainkan Among Us. Misi mereka adalah menyelesikan tugas-tugas dengan berpedoman pada peta yang diberikan.
Nah, dalam istilah psikologi , ada pula istilah impostor syndrome (kadang juga disebut imposter syndrome).Mengutip Harvard Business Review , seseorang yang mengidap impostor syndrome sering memiliki keraguan diri kronis walaupun sebenarnya sudah punya banyak pencapaian.
Mereka mengesampingkan perasaan sukses atau bukti eksternal dari kekuatan mereka. Beberapa peneliti telah mengaitkannya dengan perfeksionisme, terutama pada perempuan dan kalangan akademisi.
Beberapa pikiran dan perasaan umum yang terkait dengan impostor syndrome, di antaranya:
1. "Saya tidak boleh gagal"
Paradoksnya, kesuksesan juga menjadi masalah karena memberikan tekanan tambahan pada tanggung jawab dan visibilitas. Ini mengarah pada ketidakmampuan untuk menikmati kesuksesan.
Foto: Shutterstock
2. "Saya merasa palsu"
Para impostorpercaya bahwa mereka tidak pantas mendapatkan kesuksesan atau penghargaan profesional dan merasa bahwa entah bagaimana orang lain telah tertipu untuk berpikir sebaliknya. Hal ini sejalan dengan rasa takut ketahuan gagal atau ditemukan kesalahannya.
Mereka percaya bahwa mereka telah memberi kesan diri mereka lebih kompeten daripada orang lain dan memiliki perasaan yang dalam bahwa mereka kurang pengetahuan atau keahlian. Seringkali mereka percaya bahwa mereka tidak pantas mendapatkan posisi atau promosi.
3. “Semuanya karena keberuntungan”
Kecenderungan untuk menghubungkan kesuksesan dengan keberuntungan atau alasan eksternal lainnya dan bukan kemampuan mereka adalah indikator yang jelas dari orang yang memiliki impostor syndrome. Mereka biasanya mengatakan atau berpikir, "Saya baru saja beruntung" atau "Itu kebetulan". Seringkali hal ini menutupi ketakutan bahwa mereka tidak akan berhasil pada lain waktu.
Foto: Shutterstock
4. "Sukses bukanlah hal besar"
Kecenderungan untuk meremehkan kesuksesan, sehingga mengaitkan kesuksesan mereka dengan tugas yang mudah. Mereka juga sering kali sulit menerima pujian. Sekali lagi, mereka berpikir kesuksesan mereka adalah karena keberuntungan, waktu yang tepat, atau karena telah membodohi orang lain.
Baca Juga: 6 Alasan Kamu Kena Ghosting, Menurut Para Cowok
Crewmates adalah orang-orang yang memainkan Among Us. Misi mereka adalah menyelesikan tugas-tugas dengan berpedoman pada peta yang diberikan.
Nah, dalam istilah psikologi , ada pula istilah impostor syndrome (kadang juga disebut imposter syndrome).Mengutip Harvard Business Review , seseorang yang mengidap impostor syndrome sering memiliki keraguan diri kronis walaupun sebenarnya sudah punya banyak pencapaian.
Mereka mengesampingkan perasaan sukses atau bukti eksternal dari kekuatan mereka. Beberapa peneliti telah mengaitkannya dengan perfeksionisme, terutama pada perempuan dan kalangan akademisi.
Beberapa pikiran dan perasaan umum yang terkait dengan impostor syndrome, di antaranya:
1. "Saya tidak boleh gagal"
Paradoksnya, kesuksesan juga menjadi masalah karena memberikan tekanan tambahan pada tanggung jawab dan visibilitas. Ini mengarah pada ketidakmampuan untuk menikmati kesuksesan.
Foto: Shutterstock
2. "Saya merasa palsu"
Para impostorpercaya bahwa mereka tidak pantas mendapatkan kesuksesan atau penghargaan profesional dan merasa bahwa entah bagaimana orang lain telah tertipu untuk berpikir sebaliknya. Hal ini sejalan dengan rasa takut ketahuan gagal atau ditemukan kesalahannya.
Mereka percaya bahwa mereka telah memberi kesan diri mereka lebih kompeten daripada orang lain dan memiliki perasaan yang dalam bahwa mereka kurang pengetahuan atau keahlian. Seringkali mereka percaya bahwa mereka tidak pantas mendapatkan posisi atau promosi.
3. “Semuanya karena keberuntungan”
Kecenderungan untuk menghubungkan kesuksesan dengan keberuntungan atau alasan eksternal lainnya dan bukan kemampuan mereka adalah indikator yang jelas dari orang yang memiliki impostor syndrome. Mereka biasanya mengatakan atau berpikir, "Saya baru saja beruntung" atau "Itu kebetulan". Seringkali hal ini menutupi ketakutan bahwa mereka tidak akan berhasil pada lain waktu.
Foto: Shutterstock
4. "Sukses bukanlah hal besar"
Kecenderungan untuk meremehkan kesuksesan, sehingga mengaitkan kesuksesan mereka dengan tugas yang mudah. Mereka juga sering kali sulit menerima pujian. Sekali lagi, mereka berpikir kesuksesan mereka adalah karena keberuntungan, waktu yang tepat, atau karena telah membodohi orang lain.
Baca Juga: 6 Alasan Kamu Kena Ghosting, Menurut Para Cowok
tulis komentar anda