Alasan Kepribadian di Dunia Maya Bisa Berbeda dengan Dunia Nyata
Selasa, 19 Mei 2020 - 19:55 WIB
4. INTROJEKSI SOLIPSISME
Foto:quickmeme.com
“Kok dia bales-nya gak pake emoji dan singkat banget, ya? Biasanya gak gini,deh.” “Jutek banget bales-nya, fix banget lagi marah.”
Pasti kamu pernah ngalamin hal tadi, kan? Kejadian-kejadian ini dikenal dengan istilah faktor solipsistic introjection
Ketika membaca pesan, seseorang biasanya seolah-olah “mendengar” intonasi lawan bicara secara langsung, dan akhirnya menginterpretasikan pesan tersebut. Padahal terkadang interpretasi tersebut gak selalu benar dan cuma ada di kepala si penerima pesan aja.
5. IMAJINASI DISOSIATIF
Foto:giphy.com/@abcnetwork
Sadar gak sadar, seseorang terkadang memisahkan hal yang terjadi di dunia nyata dengan di dunia maya. Seperti saat sedang main gim, orang akan membangun karakter tertentu yang sesuai dengan keinginannya. Tapi, belum tentu karakter tersebut sama dengan kepribadiannya di dunia nyata.
Dunia maya memberikan ruang untuk berekspresi secara leluasa dengan fantasi yang gak terbatas dan gak diatur oleh norma-norma tertentu.
6. MEMINIMALISASI STATUS DAN KEKUASAAN
Banyak orang punya kesempatan mengakses internet yang sama dan punya akun media sosial. Walau begitu, orang cenderung gak peduli dengan status tertentu.
Dengan demikian, orang cenderung bebas dalam mengemukakan pendapat atau mengkritik suatu hal tanpa melihat status orang yang sedang dikritik. Seperti di Twitter, sering kali pejabat-pejabat publik mendapatkan kritik pedas dan juga berbagai saran dari warganet.
Fathimah Waqaarah Siregar
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @wforwoodley
Lihat Juga: Australia Nekad Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Langkah Positif atau Salah Arah?
Foto:quickmeme.com
“Kok dia bales-nya gak pake emoji dan singkat banget, ya? Biasanya gak gini,deh.” “Jutek banget bales-nya, fix banget lagi marah.”
Pasti kamu pernah ngalamin hal tadi, kan? Kejadian-kejadian ini dikenal dengan istilah faktor solipsistic introjection
Ketika membaca pesan, seseorang biasanya seolah-olah “mendengar” intonasi lawan bicara secara langsung, dan akhirnya menginterpretasikan pesan tersebut. Padahal terkadang interpretasi tersebut gak selalu benar dan cuma ada di kepala si penerima pesan aja.
5. IMAJINASI DISOSIATIF
Foto:giphy.com/@abcnetwork
Sadar gak sadar, seseorang terkadang memisahkan hal yang terjadi di dunia nyata dengan di dunia maya. Seperti saat sedang main gim, orang akan membangun karakter tertentu yang sesuai dengan keinginannya. Tapi, belum tentu karakter tersebut sama dengan kepribadiannya di dunia nyata.
Dunia maya memberikan ruang untuk berekspresi secara leluasa dengan fantasi yang gak terbatas dan gak diatur oleh norma-norma tertentu.
6. MEMINIMALISASI STATUS DAN KEKUASAAN
Banyak orang punya kesempatan mengakses internet yang sama dan punya akun media sosial. Walau begitu, orang cenderung gak peduli dengan status tertentu.
Dengan demikian, orang cenderung bebas dalam mengemukakan pendapat atau mengkritik suatu hal tanpa melihat status orang yang sedang dikritik. Seperti di Twitter, sering kali pejabat-pejabat publik mendapatkan kritik pedas dan juga berbagai saran dari warganet.
Fathimah Waqaarah Siregar
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @wforwoodley
Lihat Juga: Australia Nekad Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Langkah Positif atau Salah Arah?
(it)
tulis komentar anda