5 Fakta Unorthodox, Serial tentang Pelarian Perempuan Yahudi dari Komunitasnya
Senin, 04 Mei 2020 - 18:00 WIB
LOS ANGELES - Serial pendek Netflix, "Unorthodox" diangkat dari kisah nyata perempuan berusia 19 tahun yang melarikan diri dari komunitas Yahudi Hasidic konservatif di Brooklyn, Amerika Serikat.
Pernah ngebayangin gak, seumur hidup tinggal di lingkungan komunitas yang sama, gak pernah keluar dari lingkungannya dan gak pernah pacaran, lalu tiba-tiba dijodohkan keluarga pas kamu baru berumur 17-18 tahun?
Foto:Simon & Schuster Publisher
Begitulah yang dirasakan Esther “Esty” Shapiro, perempuan muda yang hidup sebagai anggota komunitas Yahudi Hasidic, sebuah komunitas Yahudi ultra-ortodoks.
Selain teguh mempertahankan kepercayaan dan tradisi, mereka menolak sekularisme dan gaya hidup modern pada umumnya. Jangankan asik main medsos dan YouTube-an, bahkan punya ponsel pun dilarang.
Selain antimainstream, "Unorthodox" jadi film kedua Israel yang sekaligus film pertama berbahasa Yiddish di Netflix. Serial empat episode ini juga berhasil meraih skor tinggi 95% dari Rotten Tomatoes.
Penasaran, kan, seperti apa, sih, filmnya? Sebelum itu, yuk, simak fakta-fakta menarik seputar "Unorthodox".
1. MEMOTRET PRAKTIK BUDAYA KONSERVATIF
Foto: Anika Molnar/Netflix
Saat menikah dengan Yanky, pria kikuk yang hidupnya selalu diatur ibunya, Esty gak bahagia. Sebagai istri, dia hanya dilihat sebagai mesin reproduksi yang nilainya ditentukan hanya dari bisa hamil atau gak. Gara-gara udah setahun gak hamil, Esty pun dituntut cerai oleh Yanky, tepat ketika Esty baru aja menyadari bahwa dia ternyata hamil.
Gak terima dan mau bebas, Esty lalu nekat kabur ke Berlin, Jerman. Sementara di Brooklyn, Yanky akhirnya tahu bahwa istrinya hamil. Dia bersama sepupunya yang urakan lalu berangkat mencari Esty ke Berlin dengan niat membawanya kembali ke komunitas.
Dalam film ini, kamu akan menyaksikan betapa Esty mau pun Yanky gak punya kuasa atas hidupnya sendiri. Semua tindakan mereka diatur oleh orang tua dan komunitas, gak peduli bahwa mereka udah menikah. Siapa pun yang membantah sedikit aja, bakal langsung kena penghakiman. Akibatnya, saat berhadapan dengan dunia luar, mereka pun langsung gagap.
Kalau menonton film ini, kamu juga bisa belajar memahami ritual komunitas Yahudi Hasidic dan cara mereka memandang dunia. Meski digambarkan mengekang dan konservatif, tapi ada anggapan bahwa komunitas ini juga mengajarkan nilai-nilai kasih sayang dan kelompok yang sebenarnya membahagiakan.
2. DIADAPTASI DARI KISAH NYATA
Deborah Feldman dan foto anak serta mantan suaminya. Foto: Eilon Pazz/New York Post/Dok. Deborah Feldman
Pernah ngebayangin gak, seumur hidup tinggal di lingkungan komunitas yang sama, gak pernah keluar dari lingkungannya dan gak pernah pacaran, lalu tiba-tiba dijodohkan keluarga pas kamu baru berumur 17-18 tahun?
Foto:Simon & Schuster Publisher
Begitulah yang dirasakan Esther “Esty” Shapiro, perempuan muda yang hidup sebagai anggota komunitas Yahudi Hasidic, sebuah komunitas Yahudi ultra-ortodoks.
Selain teguh mempertahankan kepercayaan dan tradisi, mereka menolak sekularisme dan gaya hidup modern pada umumnya. Jangankan asik main medsos dan YouTube-an, bahkan punya ponsel pun dilarang.
Selain antimainstream, "Unorthodox" jadi film kedua Israel yang sekaligus film pertama berbahasa Yiddish di Netflix. Serial empat episode ini juga berhasil meraih skor tinggi 95% dari Rotten Tomatoes.
Penasaran, kan, seperti apa, sih, filmnya? Sebelum itu, yuk, simak fakta-fakta menarik seputar "Unorthodox".
1. MEMOTRET PRAKTIK BUDAYA KONSERVATIF
Foto: Anika Molnar/Netflix
Saat menikah dengan Yanky, pria kikuk yang hidupnya selalu diatur ibunya, Esty gak bahagia. Sebagai istri, dia hanya dilihat sebagai mesin reproduksi yang nilainya ditentukan hanya dari bisa hamil atau gak. Gara-gara udah setahun gak hamil, Esty pun dituntut cerai oleh Yanky, tepat ketika Esty baru aja menyadari bahwa dia ternyata hamil.
Gak terima dan mau bebas, Esty lalu nekat kabur ke Berlin, Jerman. Sementara di Brooklyn, Yanky akhirnya tahu bahwa istrinya hamil. Dia bersama sepupunya yang urakan lalu berangkat mencari Esty ke Berlin dengan niat membawanya kembali ke komunitas.
Dalam film ini, kamu akan menyaksikan betapa Esty mau pun Yanky gak punya kuasa atas hidupnya sendiri. Semua tindakan mereka diatur oleh orang tua dan komunitas, gak peduli bahwa mereka udah menikah. Siapa pun yang membantah sedikit aja, bakal langsung kena penghakiman. Akibatnya, saat berhadapan dengan dunia luar, mereka pun langsung gagap.
Kalau menonton film ini, kamu juga bisa belajar memahami ritual komunitas Yahudi Hasidic dan cara mereka memandang dunia. Meski digambarkan mengekang dan konservatif, tapi ada anggapan bahwa komunitas ini juga mengajarkan nilai-nilai kasih sayang dan kelompok yang sebenarnya membahagiakan.
2. DIADAPTASI DARI KISAH NYATA
Deborah Feldman dan foto anak serta mantan suaminya. Foto: Eilon Pazz/New York Post/Dok. Deborah Feldman
tulis komentar anda