Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Sabtu, 04 Januari 2020 - 09:00 WIB
Perjuangan Tim Pemburu...
Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang
A A A
Kalo kamu takjub dengan tempat atau lokasi yang muncul dalam sebuah film, itu berarti kamu mesti kagum dengan kerja keras tim produksi film tersebut.

Soalnya, merekalah yang kerja keras untuk menemukan lokasi yang tepat sekaligus membuat lokasi itu bisa dipake buat syuting film.

Seperti yang diceritakan oleh Wiwid Setya, line producer film-film beken, di antaranya "Habibie & Ainun", "Critical Eleven", "Denias", dan "The Mirror Never Lies".

Buat kamu yang belum tau, line producer adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengelola anggaran dan operasional, termasuk mensupervisi pencarian lokasi dan perizinan lokasi.

Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Foto: Dok. Wiwid Setya

Saat jadi line producer film "Denias", lokasi yang dipilih adalah Papua dan Kabupaten Timika Karena ceritanya tentang seorang anak yang harus melintasi pegunungan supaya bisa ikut belajar. Waktu itu, lokasi yang dipilih adalah di Kampung Suku Yali di Wamena dan sekolah di Freeport, Timika.

“Tahun 2005, perjalanan ke Wamena hanya bisa diakses dengan pesawat terbang yang terbatas dua hari sekali dari bandara Sentani, dengan kapasitas seat yang sangat terbatas, kalau tidak salah 48 seat,” kata Wiwid.

Menariknya, sudah kapasitasnya terbatas, yang diangkut ke dalam pesawat bukan cuma manusia, tapi juga bahan baku makanan.

“Masih teringat, dalam penerbangan saya ke Wamena, beberapa penduduk lokal memangku ayam dalam penerbangannya,” cerita Wiwid yang juga mesti cermat menakar bahan bakar karena bensin di Wamena dibatasi, padahal mereka syuting mesti pakai genset.

Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Foto: Dok. Wiwid Setya

Syuting di kawasan terpencil lainnya juga pernah dirasakan Wiwid saat syuting "The Mirror Never Lies" garapan Kamila Andini. Lokasinya di Kampung Sampela, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang sering disinggahi Suku Bajo.

Nah, seperti kita tahu, Suku Bajo gak punya rumah permanen. Mereka tinggal di laut. Jadi rumah sementara mereka cuma bertumpu pada tiang penyangga yang menancap di dasar laut. Teras rumahnya, ya, langsung laut.

“Kalau laut surut, sampan dan boat tidak bisa merapat ke dermaga. Kru harus berjalan berbasah basah di dasar laut sambil menghindar dari bulu babi dan lion fish yang berbahaya kalau kena kaki,” ucap Wiwid.

Masalah lainnya, akses jalan ke rumah set di Sampela cuma 1-2 buah bambu yang diikat, dan itu sangat licin.

Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Foto: Dok. Wiwid Setya

“Bayangkan bagaimana nanti kru kamera membawa alat-alat elektroniknya? Mau gak mau kami harus membuat jalan yang lebih proper, dengan memasang papan-papan kayu dan memperlebar ukuran jalannya,” ujarnya.

Yang bikin jadi rumit adalah, kayu- kayu itu cuma bisa didapat di Bau-Bau, kecamatan terdekat dari pulau ini. Jadi kebayang, kan, betapa rumitnya proses persiapan syutingnya.

“Jadi kami harus pesan semuanya dua bulan sebelum jadwal syuting, lalu dikirim bertahap ke Sampela,” tambahnya.

Ada satu cerita lucu saat Wiwid harus hunting lokasi untuk film ini. Ceritanya, timnya sudah memilih satu rumah buat lokasi syuting. Uang panjar pun sudah diberikan.

Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Foto: Dok. Wiwid Setya

Tapi sebulan kemudian, saat tim artistik datang lagi, rumah itu udah gak ada. Saat itulah, Wiwid baru sadar bahwa Suku Bajo memang selalu berpindah dari pulau satu ke pulau lain.

“(Jadi) pengetahuan tentang budaya setempat sangat diperlukan saat kita syuting di daerah. (Ini) Pengalaman yang sangat berharga untuk saya,” katanya tertawa.


Syuting di Luar Negeri Mesti Pakai Deposit

Kalau syuting di dalam negeri aja udah rumit, apalagi di luar negeri. Kata Wiwid Setya, line producer film "Habibie & Ainun" dan "Critical Eleven", tiap syuting di area publik di luar negeri mesti menyerahkan deposit atau uang jaminan.

Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Foto: MD Pictures

“Contohnya "Habibie & Ainun", saat syuting di taman, adegan dansa, harus ada depositnya. Untuk waktu pengembalian deposit juga bermacam-macam, ada yang 40 hari, dua bulan, dan lain-lain,” kata Wiwid yang pernah syuting di Bangkok, Prancis, Australia, Jerman, Belanda, dan Amerika.

Saat syuting Critical Eleven di sebuah rumah, tim Wiwid juga sempat merugi gara-gara merusak rumput gajah di bagian belakang rumah.

“Saat mau mengganti tanamannya, ternyata tanaman rumput gajah itu hanya tumbuh di bulan Desember. Kami juga mesti mengganti engsel di dapur dan mencat ulang tembok rumah tersebut,” kata Wiwid yang gara-gara itu, deposit senilai Rp10 juta pun melayang.

Perjuangan Tim Pemburu Lokasi Film, Dari Sepesawat dengan Ayam Sampai Rumah Syuting yang Hilang

Foto: Starvision Plus

Sementara menurut produser "La Tahzan", Ichwan Persada, keuntungan syuting di luar negeri adalah harga untuk penyewaan lokasi sudah jelas.

“Berbeda dengan di Indonesia, ada beberapa lokasi di public area yang memang harganya belum diatur lebih lanjut sehingga tidak ada patokan harganya,” kata Ichwan.

GenSINDO
Rhintany Alexandra
Institut Kesenian Jakarta
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1037 seconds (0.1#10.140)