Bahaya Child Grooming, Saat Orang Dewasa Pacaran dengan Remaja di Bawah Umur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mayoritas orang masih salah kaprah dalam memahami child grooming yang akhir-akhir ini viral. Diduga, seorang selebritas berusia 30-an tahun melakukan child groomingdengan memacari seorang remaja berusia 14 tahun.
Lantas, apa itu child grooming? Mudahnya child grooming layaknya upaya pendekatan (PDKT) pada umumnya, tapi sasaran yang dituju bukan orang dewasa, tapi anak-anak atau remaja di bawah umur. Nah, orang-orang yang melakukan tindakan ini disebut sebagai groomer.
Tujuan dari child groomingadalah untuk memanipulasi, hingga melakukan tindakan-tindakan dewasa yang tidak menyenangkan terhadap para korbannya. Tindakan-tindakan tersebut tentunya akan berdampak pada psikologis, emosional, bahkan kesehatan fisik korban.
Mengutip The Conversation, mantan agen FBI Ken Lanning mengatakan istilah groomingsudah muncul sejak tahun 1980-an selama kegiatan investigasi kejahatan seksual terhadap anak-anak di Amerika Serkat.
Jenis Child Grooming
Fenomena child grooming tidak hanya terjadi secara langsung tapi juga bisa melalui platform media sosial. Child grooming yang dilakukan secara langsung, pelakunya biasanya berasal dari orang-orang terdekat, seperti tetangga, guru, pekerja di rumah, hingga kerabat. Meski demikian, orang asing pun tidak menutup kemungkinan berpotensi menjadi pelaku child grooming.
Foto: Odonata Wellnesscenter/Pexels
Kalau lewat platform media sosial, para pelaku umumnya akan melakukan pendekatan hingga membangun citra yang baik di mata korbannya terlebih dulu. Jika korban dirasa sudah mulai terpikat dengan pesonanya, si groomer kemudian bakal menjalankan aksinya baik secara bertahap ataupun sekaligus.
Karakteristik Pelaku Child Grooming (Groomer)
Mengutip gerashsteiner.net, terdapat sejumlah karakteristik yang bisa menjadi penilaian awal apakah orang-orang di sekitar termasuk groomer atau tidak. Karakteristik tersebut di antaranya sering memberikan hadiah, suka menghabiskan waktu bersama, dan hobi mengambil foto atau video remaja di bawah umur yang sedang memakai pakaian minim.
Foto: Victor/Pexels
Selain itu, para groomer juga senang kontak fisik dengan remaja di bawah umur lewat modus permainan, seperti masak-masakan, dokter-dokteran, dan sejenisnya.
Tahapan Seseorang Melakukan Child Grooming
Setidaknya ada lima tahapan saat seorang groomermenjalankan aksinya terhadap korban. Mengutip sejumlah sumber, kelima tahapan tersebut dimulai dari selecting, accesing, trust building, relationship building, dan silenting.
Baca Juga: 4 Drama Korea dengan Hubungan Cinta yang Menyeramkan
Selecting adalah cara pelaku dalam menyeleksi korban berdasarkan daya tarik fisik hingga kemudahan akses untuk melakukan tindakan. Setelahnya, pelaku akan mencari akses utama yang akan memudahkannya dalam melakukan pendekatan dengan korban (accesing).
Lalu, pelaku akan membangun kepercayaan dan ikatan emosional dengan korbannya, tahap ini disebut trust building. Bisa dibilang, pelaku akan membangun citra yang baik di mata korbannya, seperti melakukan obrolan intens, sering memberikan pujian, hingga membelikan hadiah.
Foto: Ron Lach/Pexels
Setelah mulai terpikat, pelaku akan membawa korban menuju hubungan percintaan ataupun persahabatan palsu (relationship building). Pada tahap ini, korban biasanya akan dimanfaatkan untuk melakukan hubungan badan ataupun sejenisnya. Di sini, pelaku sudah memiliki kendali penuh dan bisa melakukan tindakan sesuka hatinya terhadap korban.
Tahap terakhir yaitu silenting, pada kondisi ini pelaku akan meminta korban untuk merahasiakan seluruh kejahatannya dari publik. Apabila tidak menurutinya, korban akan menerima rangkaian ancaman dari pelaku.
Ciri-Ciri Korban Child Grooming
Mengutip Victoria State Government, anak atau remaja yang menjadi korban child grooming dapat terlihat lewat sejumlah tanda, di antaranya sering bolos sekolah, mendadak jadi sangat tertutup, sering kedapatan mengobrol dengan orang asing, dan perubahan cara berbicara.
Foto: Diva Plavalaguna/Pexels
Korban juga seringkali berbohong tentang posisi mereka berada, kedapatan menggunakan barang-barang baru ataupun punya uang yang sangat banyak, hingga menunjukkan perubahan diri (hiperakif, agresif, mudah cemas, tidak sabaran, dan depresi).
Baca Juga: 5 Drama Korea yang Dikira Bakal Flop tapi Malah Sukses Besar
Peran Anak Muda dalam Mencegah Child Grooming
Lalu, apa yang harus dilakukan agar child grooming bisa diantisipasi sehingga tidak ada lagi remaja atau anak di bawah umur yang menjadi korban? Sebagai seorang anak muda, kamu bisa ambil andil untuk menekan jumlah korban child grooming.
Kamu bisa memulai upaya pencegahan dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Cobalah untuk memberikan edukasi tentang child grooming kepada seluruh anggota keluarga, terutama adik-adikmu yang belum mencapai masa pubertas. Selain itu, kamu juga bisa melakukan pengawasan terhadap adikmu, baik secara langsung ataupun lewat platform media sosial. Hal yang sama juga berlaku untuk teman-temanmu.
Fazjri Abdillah
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @rana.warta
Lantas, apa itu child grooming? Mudahnya child grooming layaknya upaya pendekatan (PDKT) pada umumnya, tapi sasaran yang dituju bukan orang dewasa, tapi anak-anak atau remaja di bawah umur. Nah, orang-orang yang melakukan tindakan ini disebut sebagai groomer.
Tujuan dari child groomingadalah untuk memanipulasi, hingga melakukan tindakan-tindakan dewasa yang tidak menyenangkan terhadap para korbannya. Tindakan-tindakan tersebut tentunya akan berdampak pada psikologis, emosional, bahkan kesehatan fisik korban.
Mengutip The Conversation, mantan agen FBI Ken Lanning mengatakan istilah groomingsudah muncul sejak tahun 1980-an selama kegiatan investigasi kejahatan seksual terhadap anak-anak di Amerika Serkat.
Jenis Child Grooming
Fenomena child grooming tidak hanya terjadi secara langsung tapi juga bisa melalui platform media sosial. Child grooming yang dilakukan secara langsung, pelakunya biasanya berasal dari orang-orang terdekat, seperti tetangga, guru, pekerja di rumah, hingga kerabat. Meski demikian, orang asing pun tidak menutup kemungkinan berpotensi menjadi pelaku child grooming.
Foto: Odonata Wellnesscenter/Pexels
Kalau lewat platform media sosial, para pelaku umumnya akan melakukan pendekatan hingga membangun citra yang baik di mata korbannya terlebih dulu. Jika korban dirasa sudah mulai terpikat dengan pesonanya, si groomer kemudian bakal menjalankan aksinya baik secara bertahap ataupun sekaligus.
Karakteristik Pelaku Child Grooming (Groomer)
Mengutip gerashsteiner.net, terdapat sejumlah karakteristik yang bisa menjadi penilaian awal apakah orang-orang di sekitar termasuk groomer atau tidak. Karakteristik tersebut di antaranya sering memberikan hadiah, suka menghabiskan waktu bersama, dan hobi mengambil foto atau video remaja di bawah umur yang sedang memakai pakaian minim.
Foto: Victor/Pexels
Selain itu, para groomer juga senang kontak fisik dengan remaja di bawah umur lewat modus permainan, seperti masak-masakan, dokter-dokteran, dan sejenisnya.
Tahapan Seseorang Melakukan Child Grooming
Setidaknya ada lima tahapan saat seorang groomermenjalankan aksinya terhadap korban. Mengutip sejumlah sumber, kelima tahapan tersebut dimulai dari selecting, accesing, trust building, relationship building, dan silenting.
Baca Juga: 4 Drama Korea dengan Hubungan Cinta yang Menyeramkan
Selecting adalah cara pelaku dalam menyeleksi korban berdasarkan daya tarik fisik hingga kemudahan akses untuk melakukan tindakan. Setelahnya, pelaku akan mencari akses utama yang akan memudahkannya dalam melakukan pendekatan dengan korban (accesing).
Lalu, pelaku akan membangun kepercayaan dan ikatan emosional dengan korbannya, tahap ini disebut trust building. Bisa dibilang, pelaku akan membangun citra yang baik di mata korbannya, seperti melakukan obrolan intens, sering memberikan pujian, hingga membelikan hadiah.
Foto: Ron Lach/Pexels
Setelah mulai terpikat, pelaku akan membawa korban menuju hubungan percintaan ataupun persahabatan palsu (relationship building). Pada tahap ini, korban biasanya akan dimanfaatkan untuk melakukan hubungan badan ataupun sejenisnya. Di sini, pelaku sudah memiliki kendali penuh dan bisa melakukan tindakan sesuka hatinya terhadap korban.
Tahap terakhir yaitu silenting, pada kondisi ini pelaku akan meminta korban untuk merahasiakan seluruh kejahatannya dari publik. Apabila tidak menurutinya, korban akan menerima rangkaian ancaman dari pelaku.
Ciri-Ciri Korban Child Grooming
Mengutip Victoria State Government, anak atau remaja yang menjadi korban child grooming dapat terlihat lewat sejumlah tanda, di antaranya sering bolos sekolah, mendadak jadi sangat tertutup, sering kedapatan mengobrol dengan orang asing, dan perubahan cara berbicara.
Foto: Diva Plavalaguna/Pexels
Korban juga seringkali berbohong tentang posisi mereka berada, kedapatan menggunakan barang-barang baru ataupun punya uang yang sangat banyak, hingga menunjukkan perubahan diri (hiperakif, agresif, mudah cemas, tidak sabaran, dan depresi).
Baca Juga: 5 Drama Korea yang Dikira Bakal Flop tapi Malah Sukses Besar
Peran Anak Muda dalam Mencegah Child Grooming
Lalu, apa yang harus dilakukan agar child grooming bisa diantisipasi sehingga tidak ada lagi remaja atau anak di bawah umur yang menjadi korban? Sebagai seorang anak muda, kamu bisa ambil andil untuk menekan jumlah korban child grooming.
Kamu bisa memulai upaya pencegahan dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Cobalah untuk memberikan edukasi tentang child grooming kepada seluruh anggota keluarga, terutama adik-adikmu yang belum mencapai masa pubertas. Selain itu, kamu juga bisa melakukan pengawasan terhadap adikmu, baik secara langsung ataupun lewat platform media sosial. Hal yang sama juga berlaku untuk teman-temanmu.
Fazjri Abdillah
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @rana.warta
(ita)