5 Hal yang Identik dengan Malas, Tapi Justru Mendukung Produktivitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kamu sering dicap malas karena hobi bangun siang? Tenang aja, kebiasaan ini bisa jadi malah bikin kamu lebih produktif dibanding yang bangun pagi.
Koala yang dinobatkan sebagai hewan termalas di dunia punya kebiasaan tidur sampai sekitar 18 – 22 jam per hari.
Belum lagi, predikat ini diperkuat oleh kebiasaan tidurnya yang dimulai setelah memakan daun eucalyptus, makanan favoritnya. Hmm, terkesan serupa dengan gaya hidup kita sebagai anak muda zaman sekarang?
Saat ini, kita sebagai Generasi Z dan milenial sering banget dicap sebagai kaum rebahan karena kebiasaan kita beraktivitas di kasur seharian.
Berteman camilan favorit, kita cuma butuh kuota internet dan kasur untuk mengisi hari. Namun, apakah hal tersebut adalah hal yang buruk? Mari kita teliti lagi, yuk, mengutip dari Medium.
1. BANGUN SIANG
Foto: User18526052/Freepik
Wake up earlier guarantee your success, they said. Kita selalu diajari leluhur terdahulu untuk bangun pagi supaya rezeki gak keburu dipatok ayam. Ada betulnya juga, sih, tapi gimana dengan mereka yang punya pola tidur berbeda? Gak bisa dimungkiri bahwa gak semua orang bisa tidur tepat waktu, terutama bagi mereka yang punya gangguan tidur.
Perlu kita ingat bahwa tidur yang cukup lebih penting dibandingkan bangun pagi. Mengutip dari dr. Kevin Adrian dari Alodokter.com, tidur cukup bisa mempertajam ingatan, membuat tubuh lebih sehat, meningkatkan suasana hati, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Untuk kita yang masuk masa produktif, tidur selama 7-9 jam per hari adalah durasi tidur yang ideal.
2. MAIN GAWAI BERJAM-JAM
Foto: allure.com
Media sosial yang dikuasai anak muda memberi kesan bahwa kita cuma memakai medsos untuk senang-senang aja. Padahal, banyak platform bermanfaat yang tersedia di gawai yang bikin kita hobi menghabiskan waktu menggunakannya. Lewat YouTube misalnya, kita bukan cuma bisa nonton video prank, tapi juga bisa nonton konten-konten edukasi.
Kita juga bisa mengakses koran daring, membuka jurnal-jurnal ilmiah, bermain gim edukasi, dan lainnya. Bahkan, di medsos pun kita bisa mengeksplorasi akun-akun yang memberikan edukasi pada bidang tertentu. Namun, kita juga perlu sadar bahwa tubuh dan pikiran kita punya batas untuk mampu menatap layar gawai, jadi tetap jangan berlebihan, ya!
3. MENOLAK PEKERJAAN
Foto: Kues/Freepik
Seringkali kita menganggap bahwa orang yang sibuk adalah orang yang produktif, sedangkan orang yang gak sibuk bukanlah orang yang produktif. Menolak pekerjaan pun sering dinilai sebagai refleksi dari kemalasan oleh sebagian orang. Padahal, menolak pekerjaan bisa menandakan bahwa kita udah mengenali kebutuhan diri kita sendiri.
Selain itu, menolak pekerjaan juga bisa berarti kita menghindari beban kerja yang terlalu banyak supaya kita bisa lebih fokus melakukan kewajiban-kewajiban kita dengan maksimal. Memperhatikan kualitas dibanding kuantitas bisa menjadi prinsip yang baik. Hal yang perlu kita ingat adalah, menjadi produktif bukan berarti melakukan banyak pekerjaan, melainkan mendapatkan banyak hasil dari yang kita kerjakan.
4. BERHENTI MELAKUKAN HAL YANG GAK DISUKAI
Foto: Freepik
Terkadang, supaya gak dianggap gabut, kita jadi rela untuk melakukan hal-hal yang kita gak suka. Lagi pengen menikmati liburan, tapi terdorong 'kewajiban' buat ikut kegiatan lain supaya terlihat produktif selama liburan. Padahal, beristirahat dan menjauhi beban kerja memberi manfaat yang besar buat kualitas diri.
Kita perlu mendengar apa yang tubuh dan pikiran kita butuhkan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental kita. Selain itu, mengerjakan hal yang gak kita suka juga akan berdampak pada produktivitas. Alih-alih produktif, kita justru bisa menciptakan masalah baru kalau memaksakan diri
5. NONTON FILM SECARA MARATON
Foto: strends.com
Siapa yang gak suka nonton film? "Netflix and chill” jadi gambaran kita saat lagi libur. Namun, apakah dengan menonton film artinya kita betul-betul chill? Disadari atau gak, banyak manfaat bagi kualitas diri kita dengan menonton film. Kita bisa belajar bahasa asing kalau nontonfilm luar negeri.
Dengan melihat berbagai sikap tokoh, kita juga bisa membiasakan diri melihat suatu masalah dari berbagai perspektif. Kita bisa mengambil pesan moral dari sebuah film. Yang terakhir, kita juga bisa mendapatkan ilmu dari film-film yang mengimplementasikan prinsip-prinsip dalam bidang ilmu tertentu.
Nah, ternyata gak semua hal yang kelihatannya negatif betul-betul cuma memberi sisi negatif, kan. Jadi, kamu tipe yang mana nih? Produktif berkedok malas atau malas berkedok produktif?
Rizka Nadhirasari Hermawan Putri
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @dhirsss
Koala yang dinobatkan sebagai hewan termalas di dunia punya kebiasaan tidur sampai sekitar 18 – 22 jam per hari.
Belum lagi, predikat ini diperkuat oleh kebiasaan tidurnya yang dimulai setelah memakan daun eucalyptus, makanan favoritnya. Hmm, terkesan serupa dengan gaya hidup kita sebagai anak muda zaman sekarang?
Saat ini, kita sebagai Generasi Z dan milenial sering banget dicap sebagai kaum rebahan karena kebiasaan kita beraktivitas di kasur seharian.
Berteman camilan favorit, kita cuma butuh kuota internet dan kasur untuk mengisi hari. Namun, apakah hal tersebut adalah hal yang buruk? Mari kita teliti lagi, yuk, mengutip dari Medium.
1. BANGUN SIANG
Foto: User18526052/Freepik
Wake up earlier guarantee your success, they said. Kita selalu diajari leluhur terdahulu untuk bangun pagi supaya rezeki gak keburu dipatok ayam. Ada betulnya juga, sih, tapi gimana dengan mereka yang punya pola tidur berbeda? Gak bisa dimungkiri bahwa gak semua orang bisa tidur tepat waktu, terutama bagi mereka yang punya gangguan tidur.
Perlu kita ingat bahwa tidur yang cukup lebih penting dibandingkan bangun pagi. Mengutip dari dr. Kevin Adrian dari Alodokter.com, tidur cukup bisa mempertajam ingatan, membuat tubuh lebih sehat, meningkatkan suasana hati, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Untuk kita yang masuk masa produktif, tidur selama 7-9 jam per hari adalah durasi tidur yang ideal.
2. MAIN GAWAI BERJAM-JAM
Foto: allure.com
Media sosial yang dikuasai anak muda memberi kesan bahwa kita cuma memakai medsos untuk senang-senang aja. Padahal, banyak platform bermanfaat yang tersedia di gawai yang bikin kita hobi menghabiskan waktu menggunakannya. Lewat YouTube misalnya, kita bukan cuma bisa nonton video prank, tapi juga bisa nonton konten-konten edukasi.
Kita juga bisa mengakses koran daring, membuka jurnal-jurnal ilmiah, bermain gim edukasi, dan lainnya. Bahkan, di medsos pun kita bisa mengeksplorasi akun-akun yang memberikan edukasi pada bidang tertentu. Namun, kita juga perlu sadar bahwa tubuh dan pikiran kita punya batas untuk mampu menatap layar gawai, jadi tetap jangan berlebihan, ya!
3. MENOLAK PEKERJAAN
Foto: Kues/Freepik
Seringkali kita menganggap bahwa orang yang sibuk adalah orang yang produktif, sedangkan orang yang gak sibuk bukanlah orang yang produktif. Menolak pekerjaan pun sering dinilai sebagai refleksi dari kemalasan oleh sebagian orang. Padahal, menolak pekerjaan bisa menandakan bahwa kita udah mengenali kebutuhan diri kita sendiri.
Selain itu, menolak pekerjaan juga bisa berarti kita menghindari beban kerja yang terlalu banyak supaya kita bisa lebih fokus melakukan kewajiban-kewajiban kita dengan maksimal. Memperhatikan kualitas dibanding kuantitas bisa menjadi prinsip yang baik. Hal yang perlu kita ingat adalah, menjadi produktif bukan berarti melakukan banyak pekerjaan, melainkan mendapatkan banyak hasil dari yang kita kerjakan.
4. BERHENTI MELAKUKAN HAL YANG GAK DISUKAI
Foto: Freepik
Terkadang, supaya gak dianggap gabut, kita jadi rela untuk melakukan hal-hal yang kita gak suka. Lagi pengen menikmati liburan, tapi terdorong 'kewajiban' buat ikut kegiatan lain supaya terlihat produktif selama liburan. Padahal, beristirahat dan menjauhi beban kerja memberi manfaat yang besar buat kualitas diri.
Kita perlu mendengar apa yang tubuh dan pikiran kita butuhkan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental kita. Selain itu, mengerjakan hal yang gak kita suka juga akan berdampak pada produktivitas. Alih-alih produktif, kita justru bisa menciptakan masalah baru kalau memaksakan diri
5. NONTON FILM SECARA MARATON
Foto: strends.com
Siapa yang gak suka nonton film? "Netflix and chill” jadi gambaran kita saat lagi libur. Namun, apakah dengan menonton film artinya kita betul-betul chill? Disadari atau gak, banyak manfaat bagi kualitas diri kita dengan menonton film. Kita bisa belajar bahasa asing kalau nontonfilm luar negeri.
Dengan melihat berbagai sikap tokoh, kita juga bisa membiasakan diri melihat suatu masalah dari berbagai perspektif. Kita bisa mengambil pesan moral dari sebuah film. Yang terakhir, kita juga bisa mendapatkan ilmu dari film-film yang mengimplementasikan prinsip-prinsip dalam bidang ilmu tertentu.
Nah, ternyata gak semua hal yang kelihatannya negatif betul-betul cuma memberi sisi negatif, kan. Jadi, kamu tipe yang mana nih? Produktif berkedok malas atau malas berkedok produktif?
Rizka Nadhirasari Hermawan Putri
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @dhirsss
(it)