5 Mitos Mengenai EQ atau Kecerdasaan Emosional yang Perlu Diketahui
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penulis buku laris Emotional Intelligence sekaligus psikolog dan jurnalis sains Daniel Coleman mengungkapkan lima mitos terkait EQ.
Mitos-mitos soal EQ atau kecerdasan buatan yang diungkapnya ini adalah yang terkait dengan buku yang ditulisnya tersebut, yang sebagiannya disalahpersepsikan oleh masyarakat.
1. Kecerdasan Emosinal Selalu Lebih Penting Dibanding IQ
Foto: Geralt/Pixabay
Ini adalah mitos yang banyak diyakini. Dalam beberapa hal, EQ memang lebih penting daripada IQ, misalnya dalam hal percintaan, hubungan dengan orang lain, dan kepemimpinan. Namun hal ini tidak berlaku dalam hal prestasi akademik.
2. Kecerdasan Emosional Menyumbang 80% Kesuksesan Karier
Foto: Geralt/Pixabay
Daniel Coleman mengatakan bahwa IQ menyumbang 20% dalam hal kesuksesan karier. Namun bukan berarti 80%-nya berkat EQ, melainkan gabungan berbagai faktor seperti kekayaan keluarga, keberuntungan, koneksi, dan kekuatan lainnya.
3. Orang yang EQ-nya Tinggi Berarti Orang yang Menyenangkan
Foto:Yan Krukov/Pexels
Ini adalah pandangan yang salah. Ini karena orang yang cerdas secara emosional artinya ia tidak mengonfrontir seseorang dengan kemarahan atau amarah, melainkan dengan ketenangan, tapi juga tetap tegas.
Baca Juga: 7 Mitos tentang IQ, Kamu Perlu Tahu Biar Tidak Sesat!
4. Daniel Goleman Menemukan Istilah Kecerdasan Emosional
Foto:PepNews.com
Faktanya, Daniel menemukan istilah tersebut sebagai judul di jurnal akademis yang ditulis oleh Peter Salovey dan John (Jack) Mayer. Namun, memang ia yang memopulerkannya.
Baca Juga: 5 Idol K-Pop yang Dianggap Tidak Sopan, Dua Orang Sampai Hiatus
5. Ada Lima Bagian Kecerdasan Emosional
Foto:Pixabay/Pexels
Masyarakat mempercayai bahwa Daniel membuat lima unsur EQ, yaitu mengenali emosi diri (self-awareness), mengelola emosi (self-regulation), motivasi diri (motivation), empati (empathy), dan keterampilan sosial (social skills). Namun yang benar, motivasi diri dan mengelola emosi tergabung menjadi satu dan dinamakan manajemen diri.
GenSINDO
Wulan Sari
Universitas Pendidikan Indonesia
Mitos-mitos soal EQ atau kecerdasan buatan yang diungkapnya ini adalah yang terkait dengan buku yang ditulisnya tersebut, yang sebagiannya disalahpersepsikan oleh masyarakat.
1. Kecerdasan Emosinal Selalu Lebih Penting Dibanding IQ
Foto: Geralt/Pixabay
Ini adalah mitos yang banyak diyakini. Dalam beberapa hal, EQ memang lebih penting daripada IQ, misalnya dalam hal percintaan, hubungan dengan orang lain, dan kepemimpinan. Namun hal ini tidak berlaku dalam hal prestasi akademik.
2. Kecerdasan Emosional Menyumbang 80% Kesuksesan Karier
Foto: Geralt/Pixabay
Daniel Coleman mengatakan bahwa IQ menyumbang 20% dalam hal kesuksesan karier. Namun bukan berarti 80%-nya berkat EQ, melainkan gabungan berbagai faktor seperti kekayaan keluarga, keberuntungan, koneksi, dan kekuatan lainnya.
3. Orang yang EQ-nya Tinggi Berarti Orang yang Menyenangkan
Foto:Yan Krukov/Pexels
Ini adalah pandangan yang salah. Ini karena orang yang cerdas secara emosional artinya ia tidak mengonfrontir seseorang dengan kemarahan atau amarah, melainkan dengan ketenangan, tapi juga tetap tegas.
Baca Juga: 7 Mitos tentang IQ, Kamu Perlu Tahu Biar Tidak Sesat!
4. Daniel Goleman Menemukan Istilah Kecerdasan Emosional
Foto:PepNews.com
Faktanya, Daniel menemukan istilah tersebut sebagai judul di jurnal akademis yang ditulis oleh Peter Salovey dan John (Jack) Mayer. Namun, memang ia yang memopulerkannya.
Baca Juga: 5 Idol K-Pop yang Dianggap Tidak Sopan, Dua Orang Sampai Hiatus
5. Ada Lima Bagian Kecerdasan Emosional
Foto:Pixabay/Pexels
Masyarakat mempercayai bahwa Daniel membuat lima unsur EQ, yaitu mengenali emosi diri (self-awareness), mengelola emosi (self-regulation), motivasi diri (motivation), empati (empathy), dan keterampilan sosial (social skills). Namun yang benar, motivasi diri dan mengelola emosi tergabung menjadi satu dan dinamakan manajemen diri.
GenSINDO
Wulan Sari
Universitas Pendidikan Indonesia
(ita)