Suka Mimpi? Ini Alasan-alasan di Balik Kebiasaan Tersebut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mimpi dikenal sebagai bunga tidur. Walaupun begitu, ada teori yang mengatakan bahwa mimpi sebenarnya membawa arti khusus.
Pada milenium ketiga Sebelum Masehi, raja-raja Mesopotamia mencatat dan menerjemahkan mimpi di atas tablet lilin. Seribu tahun kemudian, kaum Mesir Kuno menulis buku mimpi yang terdiri dari ratusan mimpi umum beserta artinya.
Bertahun-tahun kemudian, kita masih mencari tahu alasan kita bermimpi. Bahkan setelah beberapa riset ilmiah, perkembangan teknologi, dan kerja keras, kita masih belum punya jawaban pasti.
Tapi, kita punya beberapa teori menarik, berikut rangkumannya dari Tedx.
1. MIMPI ADALAH HARAPAN YANG TERSEMBUNYI
Foto: Freepik
Pada awal 1900-an, Sigmund Freud mengatakan mimpi (termasuk mimpi buruk) adalah gambaran kehidupan sehari-hari. Mimpi juga punya arti simbolis yang terkait dengan hasrat pemenuhan keinginan bawah sadar kita.
Freud berkata, apa pun yang kita ingat saat bangun dari mimpi adalah gambaran simbolis dari pikiran primitif, dorongan, dan keinginan bawah sadar. Freud percaya, dengan menganalisis elemen mimpi yang teringat, muatan bawah sadar mimpi itu akan terungkap ke pikiran sadar. Dengan itu, isu psikologis yang berakar dari represi bisa diatasi.
2. KITA BERMIMPI UNTUK MENGINGAT
Foto: Freepik
Untuk memecahkan tugas mental tertentu, tidur jadi hal yang sangat kita butuhkan. Tapi kalau bisa sampai bermimpi, itu malah lebih baik lagi. Pada 2010, ilmuwan menemukan bahwa “subjek” mampu melewati labirin 3D rumit dengan lebih baik kalau mereka tidur sebentar, dan memimpikan labirin itu sebelum mencoba kedua kalinya.
Kemampuan mereka meningkat sepuluh kali lebih baik dibanding mereka yang sama sekali gak tidur atau mereka yang tidur, tapi gak memimpikan labirin itu. Periset menyebutkan bahwa memori tertentu cuma bisa terjadi saat kita tidur dan mimpi kita adalah pertanda berjalannya proses tersebut.
3. KITA BERMIMPI UNTUK MELUPAKAN
Foto: Freepik
Ada sekitar 10 ribu triliun koneksi saraf dalam otak yang tercipta dari apa pun yang kita lakukan dan pikirkan. Pada 1983, Teori Neurobiologi Mimpi yang disebut “Reverse Learning" atau Pembelajaran Terbalik menyebutkan bahwa saat tidur, terutama dalam siklus Rapid Eye Movement Sleep atau tidur REM (tidur dengan gerak mata cepat), Neocortex meninjau koneksi saraf-saraf dan membuang koneksi yang gak diperlukan.
Proses ini membuat kita bermimpi, dan inilah yang bikin otak kita gak dipenuhi koneksi-koneksi yang gak penting. Pemikiran yang merusak pun bisa mengganggu proses berpikir yang kita perlukan saat kita bangun.
4. KITA BERMIMPI AGAR OTAK TETAP BEKERJA
Foto: Freepik
Teori Aktivasi Berkelanjutan menyebutkan bahwa mimpi berasal dari kebutuhan otak untuk memperkuat dan membuat ingatan jangka panjang, supaya bisa berfungsi dengan baik.
Saat input dari luar jatuh ke level tertentu, misalnya saat kita tidur, maka otak kita otomatis memicu pengumpulan data dari tempat penyimpanan memori. Inilah yang kita lihat dalam bentuk pikiran dan perasaan kita saat bermimpi.
Dengan kata lain, mimpi kita seperti screen saver yang diaktifkan oleh otak sehingga otak kita gak sepenuhnya non-aktif saat kita tidur.
5. KITA BERMIMPI UNTUK LATIHAN
Foto: Freepik
Mimpi tentang situasi berbahaya atau mengancam sangatlah wajar. Menurut Teori Latihan Insting Primitif, muatan dari sebuah mimpi penting dilihat dari tujuannya. Misalnya mimpi dikejar beruang keliling hutan atau berduel dengan ninja di gang yang gelap.
Mimpi-mimpi seperti ini melatih insting primitif (lawan atau lari aja?) kita dan bikin otak kita tetap terasah kalau sekiranya nanti diperlukan. Kita juga bisa bermimpi sesuatu yang membahagiakan untuk ‘latihan’.
6. KITA BERMIMPI UNTUK PULIH
Foto: Freepik
Aktivitas Neurotransmitter Stres berkurang selama tahap tidur REM, bahkan saat bermimpi pengalaman yang traumatis. Periset berteori bahwa salah satu tujuan mimpi adalah mengurangi beban pengalaman menyakitkan, supaya kita bisa menyembuhkan luka psikologis.
Melihat pengalaman traumatis dengan tingkat stres lebih rendah bikin kita bisa memahami dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan lebih sehat. Penderita Mood Disorder dan PTSD seringkali susah tidur, dan ilmuwan yakin bahwa kurangnya bermimpi bisa menjadi faktor penyebab gangguan tersebut.
7. KITA BERMIMPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH
Foto: Freepik
Dalam mimpi, kita bisa membuat beragam skenario dan mencari solusi yang gak kita tahu kalau kita sadar. John Steinbeik menyebutkan hal ini sebagai “committee of sleep" atau komite tidur. Itulah terkadang masalah bisa diselesaikan dengan tidur.
Teori-teori di atas cuma sebagian kecil dari teori mimpi. Perkembangan teknologi memungkinkan kita memahami otak.
Jadi bukan gak mungkin suatu hari nanti kita benar-benar bisa tahu alasan kita bermimpi.
Poppy Fadhilah
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @poppyfad
Pada milenium ketiga Sebelum Masehi, raja-raja Mesopotamia mencatat dan menerjemahkan mimpi di atas tablet lilin. Seribu tahun kemudian, kaum Mesir Kuno menulis buku mimpi yang terdiri dari ratusan mimpi umum beserta artinya.
Bertahun-tahun kemudian, kita masih mencari tahu alasan kita bermimpi. Bahkan setelah beberapa riset ilmiah, perkembangan teknologi, dan kerja keras, kita masih belum punya jawaban pasti.
Tapi, kita punya beberapa teori menarik, berikut rangkumannya dari Tedx.
1. MIMPI ADALAH HARAPAN YANG TERSEMBUNYI
Foto: Freepik
Pada awal 1900-an, Sigmund Freud mengatakan mimpi (termasuk mimpi buruk) adalah gambaran kehidupan sehari-hari. Mimpi juga punya arti simbolis yang terkait dengan hasrat pemenuhan keinginan bawah sadar kita.
Freud berkata, apa pun yang kita ingat saat bangun dari mimpi adalah gambaran simbolis dari pikiran primitif, dorongan, dan keinginan bawah sadar. Freud percaya, dengan menganalisis elemen mimpi yang teringat, muatan bawah sadar mimpi itu akan terungkap ke pikiran sadar. Dengan itu, isu psikologis yang berakar dari represi bisa diatasi.
2. KITA BERMIMPI UNTUK MENGINGAT
Foto: Freepik
Untuk memecahkan tugas mental tertentu, tidur jadi hal yang sangat kita butuhkan. Tapi kalau bisa sampai bermimpi, itu malah lebih baik lagi. Pada 2010, ilmuwan menemukan bahwa “subjek” mampu melewati labirin 3D rumit dengan lebih baik kalau mereka tidur sebentar, dan memimpikan labirin itu sebelum mencoba kedua kalinya.
Kemampuan mereka meningkat sepuluh kali lebih baik dibanding mereka yang sama sekali gak tidur atau mereka yang tidur, tapi gak memimpikan labirin itu. Periset menyebutkan bahwa memori tertentu cuma bisa terjadi saat kita tidur dan mimpi kita adalah pertanda berjalannya proses tersebut.
3. KITA BERMIMPI UNTUK MELUPAKAN
Foto: Freepik
Ada sekitar 10 ribu triliun koneksi saraf dalam otak yang tercipta dari apa pun yang kita lakukan dan pikirkan. Pada 1983, Teori Neurobiologi Mimpi yang disebut “Reverse Learning" atau Pembelajaran Terbalik menyebutkan bahwa saat tidur, terutama dalam siklus Rapid Eye Movement Sleep atau tidur REM (tidur dengan gerak mata cepat), Neocortex meninjau koneksi saraf-saraf dan membuang koneksi yang gak diperlukan.
Proses ini membuat kita bermimpi, dan inilah yang bikin otak kita gak dipenuhi koneksi-koneksi yang gak penting. Pemikiran yang merusak pun bisa mengganggu proses berpikir yang kita perlukan saat kita bangun.
4. KITA BERMIMPI AGAR OTAK TETAP BEKERJA
Foto: Freepik
Teori Aktivasi Berkelanjutan menyebutkan bahwa mimpi berasal dari kebutuhan otak untuk memperkuat dan membuat ingatan jangka panjang, supaya bisa berfungsi dengan baik.
Saat input dari luar jatuh ke level tertentu, misalnya saat kita tidur, maka otak kita otomatis memicu pengumpulan data dari tempat penyimpanan memori. Inilah yang kita lihat dalam bentuk pikiran dan perasaan kita saat bermimpi.
Dengan kata lain, mimpi kita seperti screen saver yang diaktifkan oleh otak sehingga otak kita gak sepenuhnya non-aktif saat kita tidur.
5. KITA BERMIMPI UNTUK LATIHAN
Foto: Freepik
Mimpi tentang situasi berbahaya atau mengancam sangatlah wajar. Menurut Teori Latihan Insting Primitif, muatan dari sebuah mimpi penting dilihat dari tujuannya. Misalnya mimpi dikejar beruang keliling hutan atau berduel dengan ninja di gang yang gelap.
Mimpi-mimpi seperti ini melatih insting primitif (lawan atau lari aja?) kita dan bikin otak kita tetap terasah kalau sekiranya nanti diperlukan. Kita juga bisa bermimpi sesuatu yang membahagiakan untuk ‘latihan’.
6. KITA BERMIMPI UNTUK PULIH
Foto: Freepik
Aktivitas Neurotransmitter Stres berkurang selama tahap tidur REM, bahkan saat bermimpi pengalaman yang traumatis. Periset berteori bahwa salah satu tujuan mimpi adalah mengurangi beban pengalaman menyakitkan, supaya kita bisa menyembuhkan luka psikologis.
Melihat pengalaman traumatis dengan tingkat stres lebih rendah bikin kita bisa memahami dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan lebih sehat. Penderita Mood Disorder dan PTSD seringkali susah tidur, dan ilmuwan yakin bahwa kurangnya bermimpi bisa menjadi faktor penyebab gangguan tersebut.
7. KITA BERMIMPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH
Foto: Freepik
Dalam mimpi, kita bisa membuat beragam skenario dan mencari solusi yang gak kita tahu kalau kita sadar. John Steinbeik menyebutkan hal ini sebagai “committee of sleep" atau komite tidur. Itulah terkadang masalah bisa diselesaikan dengan tidur.
Teori-teori di atas cuma sebagian kecil dari teori mimpi. Perkembangan teknologi memungkinkan kita memahami otak.
Jadi bukan gak mungkin suatu hari nanti kita benar-benar bisa tahu alasan kita bermimpi.
Poppy Fadhilah
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @poppyfad
(it)