3 Cara untuk Mengetes Apakah Kamu sedang Dibohongi atau Tidak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setiap orang pasti pernah berbohong setidaknya sekali selama hidupnya. Ada yang berbohong dengan menghilangkan informasi, mengurangi atau melebih-lebihkan fakta, atau memberikan jawaban yang samar.
Alasan setiap orang berbohong juga bervariasi. Ada yang berbohong untuk menyelamatkan reputasi, menyembunyikan perasaan dari orang lain, mendapatkan apa yang diinginkan, menghindari konsekuensi yang memberatkan, atau sekadar ingin menarik perhatian dan hobi seperti yang dialami penderita mythomania.
Meskipun semua orang pasti pernah berbohong, nyatanya kejujuran tetap dipandang sebagai sesuatu yang bernilai. Orang-orang menginginkan sesamanya berkata dan bertindak jujur di hadapan mereka. Orang-orang juga menunjukkan kekecewaan apabila pacar , orang tua, teman, rekan kerja, atau orang yang mempunyai relasi dengannya mengatakan ketidakjujuran.
Berdasarkan penelitian, ditemukan fakta bahwa ketidakjujuran sangat sulit untuk dideteksi. Tidak ada cara yang benar-benar ampuh untuk langsung mengetahui seseorang sedang berbohong atau tidak. Sayangnya, di dunia nyata, tidak ada efek hidung yang tiba-tiba menjadi panjang ketika berbohong seperti yang dialami Pinokio.
Mengingat sulitnya mengatakan seseorang berbohong atau tidak, muncul pertanyaan baru. Apakah ada cara untuk meningkatkan pendeteksian kebohongan? Mengutip Psychology Today , rupanya ada tiga cara untuk mendeteksi kebohongan melalui pendekatan kognitif. Yuk, simak!
1. BERIKAN MEREKA BEBAN KOGNITIF YANG BERAT
Foto: Shutterstock
Kemampuan kognitif berkaitan dengan hal-hal seperti perhatian dan memori, dan ini bisa dipakai untuk mendeteksi kebohongan seseorang. Dengan menambahkan beban secara kognitif, menurut penelitian, seseorang akan merasa lebih kesulitan ketika ingin berbohong.
Hal-hal yang bisa dilakukan, misalnya, meminta orang tersebut untuk menceritakan kisahnya secara terbalik secara kronologis, yaitu dari akhir ke awal; sambil melakukan sesuatu (misalnya menyeduh teh, merapikan buku, atau kegiatan lainnya sambil bercerita atau memberikan pernyataan) atau memastikan kontak mata intens selama orang tersebut berbicara.
Teknik ini bisa diterapkan dengan meminta orang tersebut secara tidak langsung supaya dia tidak terlalu curiga dan terlampau hati-hati dalam bertindak atau berbicara.
Baca Juga: 15 Pertanyaan Seru 'Truth or Dare' untuk Kamu Mainkan Secara Daring Bareng Teman
2. MENDORONG ORANG TERSEBUT UNTUK BICARA LEBIH BANYAK
Foto: Shutterstock
Secara umum, orang yang tidak berbohong bisa lebih cepat menyatakan informasi yang relevan ketika ditanya. Sedangkan orang yang sedang berbohong butuh waktu untuk berbohong tentang beberapa detail tambahan. Karena itu, orang yang sedang berbohong lebih mungkin melakukan kesalahan dalam menyebutkan detail, dan memberikan informasi yang tidak konsisten.
Salah satu teknik yang bisa dilakukan adalah bercerita atau menggambarkan suatu peristiwa atau objek secara detail untuk memicu orang tersebut berbicara sedetail mungkin. Setelah itu, minta orang tersebut untuk mengingat apa pun yang disimpan dalam memorinya atau menggambar sketsa sedetail mungkin.
Kalau ada kejanggalan atau ketidakcocokan dengan kesaksian atau cerita dari pihak lain, bisa diasumsikan ada yang berbohong dengan ceritanya.
3. MEMBERIKAN PERTANYAAN YANG TIDAK TERDUGA
Foto: Shutterstock
Orang yang sedang berbohong, terlebih yang sering melakukannya, biasanya punya daftar kemungkinan pertanyaan dan menyiapkan dirinya dengan baik. Kebohongan yang sudah disiapkan jauh lebih sulit untuk dideteksi daripada kebohongan yang diucapkan secara instan.
Jadi, untuk bisa mendeteksi kebohongan, tanyakan hal-hal yang tidak terduga. Kalau bisa, jangan tanyakan yang berkaitan langsung dengan peristiwa penyebabnya berbohong, seperti dia ada di mana sewaktu kejadian, bersama siapa, apa alibinya, dan sebagainya. Jika dibandingkan, orang yang berkata jujur bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tidak terduga dengan lebih cepat dan konsisten daripada orang yang sedang berbohong.
Baca Juga: 8 Drama Korea Genre Komedi Romantis Terbaik 2019-2020
Memang tidak mudah menyimpulkan seseorang berbohong atau tidak terlebih jika orang tersebut adalah pembohong ulung dan tidak dekat secara pribadi dengan kita. Untuk bisa melihat kebohongan, orang-orang terbiasa melihat tanda-tanda penipuan. Tanda-tanda penipuan tersebut meliputi ekspresi nonverbal, seperti gerak-gerik dan bahasa tubuh, dan verbal, seperti bicara terlalu cepat atau terlalu berhati-hati.
Oleh karena berbohong memakai banyak kemampuan kognitif, seperti perhatian dan memori, pendekatan secara kognitif untuk mendeteksi kebohongan sangat dianjurkan.
Hasil meta-analisis yang ditinjau yang melibatkan 16.000 penilaian kejujuran menemukan bahwa wawancara dengan tiga cara tadi cukup akurat untuk mendeteksi kebohongan. Namun, untuk hasil maksimal, orang yang ingin mengetahui kebenaran benar-benar harus fokus supaya tidak ada detail yang terlewat.
Yohanna Valerie Immanuella
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @yohannavalerie18
Alasan setiap orang berbohong juga bervariasi. Ada yang berbohong untuk menyelamatkan reputasi, menyembunyikan perasaan dari orang lain, mendapatkan apa yang diinginkan, menghindari konsekuensi yang memberatkan, atau sekadar ingin menarik perhatian dan hobi seperti yang dialami penderita mythomania.
Meskipun semua orang pasti pernah berbohong, nyatanya kejujuran tetap dipandang sebagai sesuatu yang bernilai. Orang-orang menginginkan sesamanya berkata dan bertindak jujur di hadapan mereka. Orang-orang juga menunjukkan kekecewaan apabila pacar , orang tua, teman, rekan kerja, atau orang yang mempunyai relasi dengannya mengatakan ketidakjujuran.
Berdasarkan penelitian, ditemukan fakta bahwa ketidakjujuran sangat sulit untuk dideteksi. Tidak ada cara yang benar-benar ampuh untuk langsung mengetahui seseorang sedang berbohong atau tidak. Sayangnya, di dunia nyata, tidak ada efek hidung yang tiba-tiba menjadi panjang ketika berbohong seperti yang dialami Pinokio.
Mengingat sulitnya mengatakan seseorang berbohong atau tidak, muncul pertanyaan baru. Apakah ada cara untuk meningkatkan pendeteksian kebohongan? Mengutip Psychology Today , rupanya ada tiga cara untuk mendeteksi kebohongan melalui pendekatan kognitif. Yuk, simak!
1. BERIKAN MEREKA BEBAN KOGNITIF YANG BERAT
Foto: Shutterstock
Kemampuan kognitif berkaitan dengan hal-hal seperti perhatian dan memori, dan ini bisa dipakai untuk mendeteksi kebohongan seseorang. Dengan menambahkan beban secara kognitif, menurut penelitian, seseorang akan merasa lebih kesulitan ketika ingin berbohong.
Hal-hal yang bisa dilakukan, misalnya, meminta orang tersebut untuk menceritakan kisahnya secara terbalik secara kronologis, yaitu dari akhir ke awal; sambil melakukan sesuatu (misalnya menyeduh teh, merapikan buku, atau kegiatan lainnya sambil bercerita atau memberikan pernyataan) atau memastikan kontak mata intens selama orang tersebut berbicara.
Teknik ini bisa diterapkan dengan meminta orang tersebut secara tidak langsung supaya dia tidak terlalu curiga dan terlampau hati-hati dalam bertindak atau berbicara.
Baca Juga: 15 Pertanyaan Seru 'Truth or Dare' untuk Kamu Mainkan Secara Daring Bareng Teman
2. MENDORONG ORANG TERSEBUT UNTUK BICARA LEBIH BANYAK
Foto: Shutterstock
Secara umum, orang yang tidak berbohong bisa lebih cepat menyatakan informasi yang relevan ketika ditanya. Sedangkan orang yang sedang berbohong butuh waktu untuk berbohong tentang beberapa detail tambahan. Karena itu, orang yang sedang berbohong lebih mungkin melakukan kesalahan dalam menyebutkan detail, dan memberikan informasi yang tidak konsisten.
Salah satu teknik yang bisa dilakukan adalah bercerita atau menggambarkan suatu peristiwa atau objek secara detail untuk memicu orang tersebut berbicara sedetail mungkin. Setelah itu, minta orang tersebut untuk mengingat apa pun yang disimpan dalam memorinya atau menggambar sketsa sedetail mungkin.
Kalau ada kejanggalan atau ketidakcocokan dengan kesaksian atau cerita dari pihak lain, bisa diasumsikan ada yang berbohong dengan ceritanya.
3. MEMBERIKAN PERTANYAAN YANG TIDAK TERDUGA
Foto: Shutterstock
Orang yang sedang berbohong, terlebih yang sering melakukannya, biasanya punya daftar kemungkinan pertanyaan dan menyiapkan dirinya dengan baik. Kebohongan yang sudah disiapkan jauh lebih sulit untuk dideteksi daripada kebohongan yang diucapkan secara instan.
Jadi, untuk bisa mendeteksi kebohongan, tanyakan hal-hal yang tidak terduga. Kalau bisa, jangan tanyakan yang berkaitan langsung dengan peristiwa penyebabnya berbohong, seperti dia ada di mana sewaktu kejadian, bersama siapa, apa alibinya, dan sebagainya. Jika dibandingkan, orang yang berkata jujur bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tidak terduga dengan lebih cepat dan konsisten daripada orang yang sedang berbohong.
Baca Juga: 8 Drama Korea Genre Komedi Romantis Terbaik 2019-2020
Memang tidak mudah menyimpulkan seseorang berbohong atau tidak terlebih jika orang tersebut adalah pembohong ulung dan tidak dekat secara pribadi dengan kita. Untuk bisa melihat kebohongan, orang-orang terbiasa melihat tanda-tanda penipuan. Tanda-tanda penipuan tersebut meliputi ekspresi nonverbal, seperti gerak-gerik dan bahasa tubuh, dan verbal, seperti bicara terlalu cepat atau terlalu berhati-hati.
Oleh karena berbohong memakai banyak kemampuan kognitif, seperti perhatian dan memori, pendekatan secara kognitif untuk mendeteksi kebohongan sangat dianjurkan.
Hasil meta-analisis yang ditinjau yang melibatkan 16.000 penilaian kejujuran menemukan bahwa wawancara dengan tiga cara tadi cukup akurat untuk mendeteksi kebohongan. Namun, untuk hasil maksimal, orang yang ingin mengetahui kebenaran benar-benar harus fokus supaya tidak ada detail yang terlewat.
Yohanna Valerie Immanuella
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @yohannavalerie18
(ita)