Alasan di Balik Orang Suka Tantangan dan Bahaya, Bisa Terkait Trauma Masa Lalu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam hidup, terkadang kita ingin mencoba hal-hal yang sama sekali tak menggambarkan keseharian kita. Hal itu bisa saja sesuatu yang penuh tantangan atau dekat dengan bahaya,
Keinginan ini biasanya muncul kalau kamu merasa rutinitasmu terlalu monoton. Jadilah, kamu misalnya ingin menjajal mendaki gunung yang jalurnya berat, menjajal ngebut naik motor, atau mencoba wahana yang bikin adrenalin melonjak drastis. Bahkan orang yang punya hobi berolahraga tinju pun bisa jadi bagian dari hal-hal ini.
Melansir dari Psychology Today , manusia memang punya dorongan yang saling bertentangan dalam diri. Berikut penjelasannya.
Dua Sisi yang Saling Mendesak
Manusia punya dua sisi yang saling bertentangan. Di satu sisi, kita menyukai hal-hal yang stabil, seperti pekerjaan kantoran . Kita bakal menghindar dari segala sesuatu yang menyulitkan, tidak stabil, dan membahayakan. Dalam hal ini, manusia menginginkan pekerjaan yang tetap, aman, serta dapat menghidupi dirinya secara stabil tanpa punya risiko apa pun.
Akan tetapi, kita juga punya sisi lain yang cukup memberontak, melawan dan memberi dorongan ke arah yang berbeda. Sisi ini sangat menyukai tantangan dan segala hal yang tidak pasti. Kita bakal mencari petualangan yang bisa saja menyulitkan.
Contohnya, berlatih olahraga ekstrem seperti paralayang, maraton, mendaki gunung, atau melakukanbungee jumping.
Sisi ini juga bisa membuat kita melepaskan pekerjaan dengan gaji tinggi demi menjadi sukarelawan atau pergi berkeliling dunia. Rupanya, sisi ini lebih penting untuk membuat kita merasa “hidup” daripada merasa “aman”.
Kita menjadi orang yang haus akan tantangan dan nekat mendekati bahaya karena sisi ini. Bagian diri yang membuat kita terus terjaga dan merasa tertantang serta menghindari hal-hal statis, seperti cuma duduk di kursi kantor atau bergelut dengan tugas-tugas kuliah di rumah.
Foto:Karolina Grabowska/Pexels
Kita bakal merasa kosong, mirip seperti “berjalan dalam tidur” kalau tak melakukan hal-hal yang didorong oleh desakan untuk tantangan dan bahaya ini.
Baca Juga: 10 Film Laga Thriller Korea yang Mesti Kamu Tonton
Nah, menariknya, sisi inilah yang bisa membentuk karakter dan ketahanan diri kita. Kalau kita hidup dengan menyeimbangkan dua sisi (stabil dan penuh tantangan) ini, kepercayaan diri kita bakal terbentuk dan kita bisa menyadari banyak potensi dalam diri. Kita juga dapat menjadi orang yang lebih kreatif.
Pertumbuhan Pascatrauma yang Tidak Disengaja
Pengalaman traumatis pada masa lalu juga bisa membentuk dorongan untuk menerima tantangan. Kalau kita punya pengalaman traumatis, sebenarnya, secara positif itu dapat membawa kita pada kepercayaan diri, kompetensi yang lebih tinggi, pandangan yang lebih luas, punya tujuan yang lebih kuat, dan masih banyak lagi.
Dosen senior Jurusan Psikologi di Universitas Leeds Becket Steve Taylor menerangkan, kita akan secara tidak sengaja mendapatkan manfaat dari kejadian traumatis penuh tantangan yang berhasil kita lewati. Seseorang akan jadi lebih kompeten dan menghargai hidup mereka.
Dalam beberapa kasus, bahkan seseorang bisa saja bertindak dengan dorongan bawah sadar untuk mendekati bahaya (bahkan kematian) untuk mendapatkan manfaat-manfaat psikologis dari bahaya besar tersebut. Sebenarnya, cara kerja yang ekstrem ini serupa dengan pertumbuhan pascatrauma pada umumnya, hanya saja lebih kuat.
Contohnya, seorang pekerja kantoran yang juga merupakan pembalap motor amatir. Setiap tahun, pria ini pergi ke suatu pulau untuk ambil bagian dalam ajang olahraga motor paling berbahaya di dunia. Ketika ditanya alasannya menyukai olahraga berbahaya itu, jawabannya sederhana.
“Karena itu berbahaya! (Olahraga) itu kebalikan dari segalanya tentang pekerjaan kantorku,” katanya. Pria itu juga bilang, dunia tampak seperti tempat yang berbeda setelah ia melewati tantangan yang berbahaya. Ia merasa bisa melakukan banyak hal.
Baca Juga: Mengenal 9 Jenis Olahraga Dirgantara, Mana yang Paling Menantang?
Yang pasti, voluntary post-traumatic growth (pertumbuhan pascatrauma tak disengaja) bukanlah satu-satunya alasan seseorang melakukan olahraga ekstrem. Sebab, pada dasarnya, olahraga ekstrem juga memiliki berbagai manfaat.
Jenis olahraga ini bisa meningkatkan adrenalin dan melepaskan endorfin untuk membuat kita merasa senang. Lagi pula, mengatasi tantangan dalam olahraga itu juga bisa meningkatkan pencapaian kita.
Meskipun pada dasarnya hidup memberikan kita berbagai tantangan yang teratur, tapi kita bisa saja merasa terdorong untuk memberi tantangan khusus pada diri sendiri agar dapat terus berkembang. Terutama jika hidup kita jadi terasa terlalu mudah dan aman.
Sevilla Nouval Evanda
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @vandailla
Keinginan ini biasanya muncul kalau kamu merasa rutinitasmu terlalu monoton. Jadilah, kamu misalnya ingin menjajal mendaki gunung yang jalurnya berat, menjajal ngebut naik motor, atau mencoba wahana yang bikin adrenalin melonjak drastis. Bahkan orang yang punya hobi berolahraga tinju pun bisa jadi bagian dari hal-hal ini.
Melansir dari Psychology Today , manusia memang punya dorongan yang saling bertentangan dalam diri. Berikut penjelasannya.
Dua Sisi yang Saling Mendesak
Manusia punya dua sisi yang saling bertentangan. Di satu sisi, kita menyukai hal-hal yang stabil, seperti pekerjaan kantoran . Kita bakal menghindar dari segala sesuatu yang menyulitkan, tidak stabil, dan membahayakan. Dalam hal ini, manusia menginginkan pekerjaan yang tetap, aman, serta dapat menghidupi dirinya secara stabil tanpa punya risiko apa pun.
Akan tetapi, kita juga punya sisi lain yang cukup memberontak, melawan dan memberi dorongan ke arah yang berbeda. Sisi ini sangat menyukai tantangan dan segala hal yang tidak pasti. Kita bakal mencari petualangan yang bisa saja menyulitkan.
Contohnya, berlatih olahraga ekstrem seperti paralayang, maraton, mendaki gunung, atau melakukanbungee jumping.
Sisi ini juga bisa membuat kita melepaskan pekerjaan dengan gaji tinggi demi menjadi sukarelawan atau pergi berkeliling dunia. Rupanya, sisi ini lebih penting untuk membuat kita merasa “hidup” daripada merasa “aman”.
Kita menjadi orang yang haus akan tantangan dan nekat mendekati bahaya karena sisi ini. Bagian diri yang membuat kita terus terjaga dan merasa tertantang serta menghindari hal-hal statis, seperti cuma duduk di kursi kantor atau bergelut dengan tugas-tugas kuliah di rumah.
Foto:Karolina Grabowska/Pexels
Kita bakal merasa kosong, mirip seperti “berjalan dalam tidur” kalau tak melakukan hal-hal yang didorong oleh desakan untuk tantangan dan bahaya ini.
Baca Juga: 10 Film Laga Thriller Korea yang Mesti Kamu Tonton
Nah, menariknya, sisi inilah yang bisa membentuk karakter dan ketahanan diri kita. Kalau kita hidup dengan menyeimbangkan dua sisi (stabil dan penuh tantangan) ini, kepercayaan diri kita bakal terbentuk dan kita bisa menyadari banyak potensi dalam diri. Kita juga dapat menjadi orang yang lebih kreatif.
Pertumbuhan Pascatrauma yang Tidak Disengaja
Pengalaman traumatis pada masa lalu juga bisa membentuk dorongan untuk menerima tantangan. Kalau kita punya pengalaman traumatis, sebenarnya, secara positif itu dapat membawa kita pada kepercayaan diri, kompetensi yang lebih tinggi, pandangan yang lebih luas, punya tujuan yang lebih kuat, dan masih banyak lagi.
Dosen senior Jurusan Psikologi di Universitas Leeds Becket Steve Taylor menerangkan, kita akan secara tidak sengaja mendapatkan manfaat dari kejadian traumatis penuh tantangan yang berhasil kita lewati. Seseorang akan jadi lebih kompeten dan menghargai hidup mereka.
Dalam beberapa kasus, bahkan seseorang bisa saja bertindak dengan dorongan bawah sadar untuk mendekati bahaya (bahkan kematian) untuk mendapatkan manfaat-manfaat psikologis dari bahaya besar tersebut. Sebenarnya, cara kerja yang ekstrem ini serupa dengan pertumbuhan pascatrauma pada umumnya, hanya saja lebih kuat.
Contohnya, seorang pekerja kantoran yang juga merupakan pembalap motor amatir. Setiap tahun, pria ini pergi ke suatu pulau untuk ambil bagian dalam ajang olahraga motor paling berbahaya di dunia. Ketika ditanya alasannya menyukai olahraga berbahaya itu, jawabannya sederhana.
“Karena itu berbahaya! (Olahraga) itu kebalikan dari segalanya tentang pekerjaan kantorku,” katanya. Pria itu juga bilang, dunia tampak seperti tempat yang berbeda setelah ia melewati tantangan yang berbahaya. Ia merasa bisa melakukan banyak hal.
Baca Juga: Mengenal 9 Jenis Olahraga Dirgantara, Mana yang Paling Menantang?
Yang pasti, voluntary post-traumatic growth (pertumbuhan pascatrauma tak disengaja) bukanlah satu-satunya alasan seseorang melakukan olahraga ekstrem. Sebab, pada dasarnya, olahraga ekstrem juga memiliki berbagai manfaat.
Jenis olahraga ini bisa meningkatkan adrenalin dan melepaskan endorfin untuk membuat kita merasa senang. Lagi pula, mengatasi tantangan dalam olahraga itu juga bisa meningkatkan pencapaian kita.
Meskipun pada dasarnya hidup memberikan kita berbagai tantangan yang teratur, tapi kita bisa saja merasa terdorong untuk memberi tantangan khusus pada diri sendiri agar dapat terus berkembang. Terutama jika hidup kita jadi terasa terlalu mudah dan aman.
Sevilla Nouval Evanda
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @vandailla
(ita)