#Serunya17an Bareng TikTok: Cerita 3 Kreator Indonesia Dapat Manfaat dari Konten Budaya Daerah

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 09:02 WIB
loading...
#Serunya17an Bareng...
TikTok merayakan HUT RI ke-79 dengan mengundang tiga konten kreator yang mengenalkan budaya daerah. Foto/screenshot webinar
A A A
JAKARTA - Dalam merayakan dan meramaikan HUT RI yang ke-79, TikTok menyelenggarakan sebuah acara bincang-bincang #Serunya17an Bareng TikTok: Cerita Kreator Indonesia Rayakan Budaya Daerah Lewat Konten Kreatif di TikTok. Dalam acara ini, ada tiga bintang tamu, yaitu Kiki Nasution, Ayuan Prawida, dan Kadek Astini.

Kiki Nasution adalah seorang fotografer dan pembuat film yang menyoroti nilai-nilai dan keunikan tradisi dari suku-suku pedalaman dan budaya masyarakat adat di Indonesia. Kiki Nasution atau yang dikenal dengan akun TikTok @sabda.bumi menceritakan bahwa ternyata masih banyak orang yang mau bertukar informasi mengenai budaya-budaya dari daerah mereka sendiri.

Selain itu, menurut Kiki, melalui kolom komentar dan berinteraksi dengan para pengikutnya di TikTok, hal ini malah memperkaya ilmunya. Para pengikutnya juga sering kali berbagi pengalaman tentang tradisi di daerah mereka, dan ternyata beberapa suku di Indonesia ini memiliki beberapa kesamaan.



"Misalnya, ada salah satu konten yang cukup engaging, yaitu proses menuangkan tuak ke tanah. Beberapa warga Bali yang melihat konten tersebut menyampaikan bahwa tradisi itu mirip dengan tradisi mereka. Dari sini, aku melihat ada benang merah dari akar kita, termasuk cara kita menghormati alam dan sistem sosial," ungkap Kiki saat acara bincang yang diadakan secara daring pada Rabu (14/08).

Selain menyorot pelestarian lingkungan, melalui konten-konten Sabda Bumi, Kiki juga ingin menghilangkan stigma seputar ritual adat yang kerap dianggap primitif. Ia percaya bahwa tradisi-tradisi tersebut merupakan warisan leluhur yang memiliki peran penting dalam masyarakat adat yang patut dihormati.

Membahas mengenai platform TikTok, Kiki menyampaikan bahwa TikTok adalah salah satu platform yang berperan penting dalam membantunya meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan. Ia mengapresiasi sistem rekomendasi konten di TikTok yang mampu mempertemukan kontennya dengan khalayak yang tepat, yaitu orang-orang yang terinspirasi oleh kehidupan masyarakat adat yang ramah lingkungan.

Bintang tamu kedua adalah Ayuan Prawida, yaitu seorang musisi dan kreator siaran langsung di TikTok LIVE asal Pontianak, Kalimantan Barat. Ia giat memopulerkan instrumen musik tradisional khas Dayak, Sape, dengan memainkan lagu-lagu modern yang familier di kalangan anak muda.

"Awalnya coba (TikTok) LIVE untuk iseng-iseng saja. Lalu, aku mulai mencoba membangun kepercayaan diri, karena dulu agak kurang percaya diri untuk tampil. Antusiasme dan apresiasi dari para penonton ternyata sangat positif," ujarnya.

"Mereka antusias dengan hal-hal berbau tradisional, yang menunjukkan rasa cinta komunitas TikTok terhadap budaya itu besar," imbuh Ayuan.

Ia juga mengatakan bahwa melalui siaran Live yang sering ia lakukan di TikTok, namanya semakin dikenal hingga diundang ke berbagai macam acara. Ayuan sempat diundang dan menjadi pengisi acara Gala Dinner World Water Forum di Bali.

Bintang tamu terakhir adalah Kadek Astini. Kadek adalah pengajar dan pemilik Sanggar Pradnya Swari yang mendorong inklusivitas dengan membuka kelas tari tradisional Bali untuk anak dengan disabilitas.

Kadek Astini menjelaskan, awalnya ia membuka kelas untuk memfasilitasi anak dengan disabilitas yang sering dipandang sebelah mata. Iabercerita bahwa dirinya pertama kali mengunggah video tari tradisional Bali bersama suaminya di akun TikTok @sanggar_pradnya_swari.

"Nah, kebetulan setelah upload video pendek di TikTok, jangkauannya menjadi sangat luas. Bahkan, banyak sekali warga lokal dari luar Bali dan mancanegara yang ingin tahu tentang budaya kita (Bali). (Penonton) dari luar negeri pun bisa melihat apa yang kita ajarkan, apa yang kita sampaikan, sehingga mereka jadi ingin tahu," jelas Kadek.



Berkat popularitasnya melalui platform TikTok, jumlah siswa di sanggar milik Kadek pun meningkat. Selain itu, Kadek untuk pertama kalinya menerima permintaan untuk memberikan pelatihan privat secara daring untuk murid-murid di luar Bali, seperti Jerman, Australia, Malaysia, Jakarta, Surabaya, Kalimantan, dan Sulawesi.

Tak berhenti sampai di situ, para wisatawan mancanegara pun kerap menghubungi Kadek untuk mengunjungi sanggarnya.

"Banyak sekali orang dari luar negeri yang sengaja datang ke Bali untuk mencari sanggar kami. Padahal tempatnya lumayan jauh, yaitu di Bali Barat. Mereka rela menempuh perjalanan 4-5 jam ke lokasi sanggar kami," ucap Kadek.

MG/ Priscilla Waworuntu
(ita)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2578 seconds (0.1#10.140)