10 Fakta J. Robert Oppenheimer, Pengembang Bom Atom yang Menyesali Penemuannya
loading...
A
A
A
J. Robert Oppenheimer adalah seorang fisikawan terkemuka yang dikenal dengan kontribusinya pada pembuatan bom atom Amerika Serikat. Baru-baru ini, sosoknya menjadi referensi film terbaru garapan Christopher Nolan, yakni Oppenheimer. Film itu diangkat dari buku American Prometheus karya Kai Bird dan Martin J Sherwin.
Di Indonesia, Oppenheimer mulai tayang hari ini, Rabu (19/7). Memulai produksi pada 2022 lalu, film ini dikatakan menelan biaya hingga USD100 juta (Rp1,4 triliun). Tidak heran kalau film ini menela biaya besar karena menghadirkan sederet bintang kenamaan.
Film ini berpusat pada sosok fisikawan bernama J. Robert Oppenheimer. Dia adalah manajer Laboratorium Los Alamos yang turut berkontribusi pada penciptaan bom atom Amerika Serikat. Untuk diketahui, karakter tersebut didasarkan pada tokoh asli dengan nama yang sama. Menjadi referensi dari film terbaru garapan Christopher Nolan, siapakah sebenarnya sosok Julius Robert Oppenheimer ini? Untuk lebih jelasnya, simak sejumlah faktanya berikut ini!
Foto: Boss Hunting
Julius Robert Oppenheimer lahir di New York, Amerika Serikat pada 22 April 1904. Dia berasal dari keluarga imigran Yahudi Jerman. Dia sempat kuliah di Harvard University untuk belajar Kimia pada tahun 1922.
Meski demikian, kecintaan Oppenheimer kepada fisika membuatnya beralih ke jalur ilmiah yang berbeda. Tak lama setelahnya, dia pergi ke Jerman dan masuk Universitas Gottingen, salah satu pusat fisika teoritis terkemuka di dunia. Selama berada di sana, dia banyak menerbitkan makalah yang berkontribusi pada pengembangan teori kuantum.
Pada 1927, Oppenheimer telah menerima gelar doktor dan menjabat sebagai guru besar di Universitas California, Berkeley, serta Institut Teknologi California. Selama belasan tahun, dia menghabiskan waktu untuk kedua instansi pendidikan itu. Dia juga terus melakukan penelitian penting di bidang ilmiah, termasuk fisika nuklir, teori medan kuantum, hingga astrofisika.
Foto: Listening to America
Awalnya, Oppenheimer tidak terlalu tertarik untuk mengikuti perkembangan politik dunia. Namun, matanya mulai terbuka ketika melihat keberadaan Nazi Jerman yang dipandang dengan ketakutan oleh banyak orang. Salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan menyumbangkan sejumlah gajinya untuk para fisikawan Jerman.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Oppenheimer berasal dari keluarga Yahudi Jerman yang pindah ke Amerika Serikat. Sebagai bentuk solidaritasnya untuk para fisikawan Jerman yang lari dari kejaran Nazi, dia menyumbangkan 3% gajinya selama beberapa tahun.
Foto: Atomic Archive
Dalam perjalanan kariernya, Oppenheimer pernah menjadi kepala laboratorium di Los Alamos yang bertugas merancang senjata nuklir. Pada akhirnya, laboratorium itu jatuh di bawah Proyek Manhattan yang didasari panggilan mendesak Presiden AS Roosevelt untuk mengembangkan bom atom secepat mungkin.
Saat itu, Oppenheimer menjadi kepala tim yang menghitung ambang reaksi berantai untuk bom atom. Dia bahkan menghadiri uji coba peledakan yang sempat dilakukan di New Mexico pada 1945. Untuk diketahui, proyek inilah yang menjadi cikal bakal bom atom yang nantinya dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
Foto: Wikipedia
Julukan Bapak Bom Atom disematkan kepada Oppenheimer bukan tanpa alasan. Hal ini tentu berkaitan dengan kontribusi besar Oppenheimer pada perancangan bom atom untuk Proyek Manhattan. Pada Agustus 1945, bom atom rancangannya dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Menurut catatan laman History, bom atom tersebut menewaskan sekitar 100.000-200.000 orang di kedua kota yang berada di Jepang itu. Pada akhirnya, serangan pembunuh tersebut memang membuat Jepang menyerah dan mengakhiri perang yang berlangsung.
Foto: NPR
Penyesalan selalu datang di akhir mungkin menjadi kalimat yang cocok untuk menggambarkan J. Robert Oppenheimer. Kontribusinya terhadap pembuatan bom atom pertama memang membuat negaranya menang perang. Namun, di sisi lain, dia juga merasa bersalah dengan tindakannya yang membuat ratusan ribu nyawa melayang.
Nasi sudah menjadi bubur. Setelah peristiwa bersejarah itu, Oppenheimer menentang pengembangan lebih lanjut tentang bom atom. Tak hanya itu, dia juga menyatakan mundur dari jabatannya di Laboratorium Los Alamos.
Kekecewaan Oppenheimer bersama para staf lain adalah menganggap pengeboman Hiroshima dan Nagasaki sejatinya tidak diperlukan dari sudut pandang militer. Meski demikian, keputusan tetap pada penjatuhan bom dan membunuh ratusan ribu nyawa. Saat bertemu Presiden Harry S Truman, dia mengatakan, “blood on my hands” (ada darah di tangan saya).
Foto: Los Alamos National Laboratory
Punya prestasi luar biasa dalam kontribusi perancangan bom atom, nama Oppenheimer telah dikenal luas sebagai sosok fisikawan yang jenius. Beberapa kali, namanya bahkan dinominasikan pada Penghargaan Nobel Fisika. Dia pernah masuk nominasi pada 1945, 1951, serta 1967. Sayang, Oppenheimer tidak pernah pernah sekalipun memenangkannya.
Foto: NPR
Oppenheimer punya minat pribadi untuk belajar bahasa Sansekerta. Sambil bekerja, dia terus belajar termasuk ketika membaca Bhagavad Gita dalam bahasa kitab suci umat Hindu tersebut. Dia bahkan punya kutipan terkenal menggunakan bahasa Sansekerta yang ditampilkan pada sejumlah film dokumenter. Kutipan itu terkait kali pertama dia melihat uji coba bom atom perdana pada 16 Juli 1945. Ketika diterjemahkan, bunyi kutipannya adalah “Kami tahu dunia tidak akan sama. Beberapa orang tertawa, beberapa orang menangis, kebanyakan orang diam”.
Foto: Live Science
Pada 1946, Amerika Serikat membentuk Komisi Energi Atom untuk mengawasi jalannya pengembangan senjata nuklir negaranya. Saat itu, Oppenheimer menggunakan posisinya yang masih berpengaruh untuk menentang pengembangan bom hidrogen yang sedang diuji. Adapun alasannya karena kekuatan bom itu diyakini 1.000 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Menyikapi penentangan, pengusaha Lewis Strauss yang saat itu menjadi ketua Komisi Energi Atom mengadakan sidang keamanan untuk menyelidiki potensi pembangkangan kesetiaan Oppenheimer. Pada akhirnya, ilmuwan itu dituduh punya hubungan dengan komunis yang bisa mengancam negara. Pada 1954, pemerintah AS mencabut izin keamanannya dan menjadikannya salah satu dari banyak orang yang masuk daftar hitam.
Foto: dtnext
Menjelang akhir hayatnya, Oppenheimer mendapat diagnosis kanker tenggorokan. Kondisinya ini disebabkan karena statusnya yang diketahui sebagai perokok berat. Setelahnya, dia sempat menjalani operasi hingga kemoterapi, namun sia-sia. Oppenheimer meninggal dunia pada 1967. Pada saat kremasi dilakukan, lebih dari 600 orang ternama turut hadir untuk memberi penghormatan terakhir.
Foto: IndieWire
Kisah Oppenheimer yang dijuluki Bapak Bom Atom telah banyak difilmkan. Terbaru, muncul sebuah film garapan Christopher Nolan dengan judul Oppenheimer. Mengusung tema sejarah, film ini dibintangi Cillian Murphy.
Bagi yang tampak asing, Cillian Murphy ini adalah pemeran Thomas Shelby di serial Peaky Blinders. Di film itu, Cillian memerankan karakter J. Robert Oppenheimer, ahli fisika teoritis Amerika yang menajdi tokoh kunci dalam pengembangan bom atom Manhattan Project.
Tak hanya Cillian, film ini juga menampilkan sederet aktor kondang kenamaan. Sebut saja seperti Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr, Florence Pugh, dan lain sebagainya.
Di Indonesia, Oppenheimer mulai tayang hari ini, Rabu (19/7). Memulai produksi pada 2022 lalu, film ini dikatakan menelan biaya hingga USD100 juta (Rp1,4 triliun). Tidak heran kalau film ini menela biaya besar karena menghadirkan sederet bintang kenamaan.
Film ini berpusat pada sosok fisikawan bernama J. Robert Oppenheimer. Dia adalah manajer Laboratorium Los Alamos yang turut berkontribusi pada penciptaan bom atom Amerika Serikat. Untuk diketahui, karakter tersebut didasarkan pada tokoh asli dengan nama yang sama. Menjadi referensi dari film terbaru garapan Christopher Nolan, siapakah sebenarnya sosok Julius Robert Oppenheimer ini? Untuk lebih jelasnya, simak sejumlah faktanya berikut ini!
1. Latar Belakang
Foto: Boss Hunting
Julius Robert Oppenheimer lahir di New York, Amerika Serikat pada 22 April 1904. Dia berasal dari keluarga imigran Yahudi Jerman. Dia sempat kuliah di Harvard University untuk belajar Kimia pada tahun 1922.
Meski demikian, kecintaan Oppenheimer kepada fisika membuatnya beralih ke jalur ilmiah yang berbeda. Tak lama setelahnya, dia pergi ke Jerman dan masuk Universitas Gottingen, salah satu pusat fisika teoritis terkemuka di dunia. Selama berada di sana, dia banyak menerbitkan makalah yang berkontribusi pada pengembangan teori kuantum.
Pada 1927, Oppenheimer telah menerima gelar doktor dan menjabat sebagai guru besar di Universitas California, Berkeley, serta Institut Teknologi California. Selama belasan tahun, dia menghabiskan waktu untuk kedua instansi pendidikan itu. Dia juga terus melakukan penelitian penting di bidang ilmiah, termasuk fisika nuklir, teori medan kuantum, hingga astrofisika.
2. Pernah Menyumbangkan 3% Gajinya untuk Fisikawan Jerman
Foto: Listening to America
Awalnya, Oppenheimer tidak terlalu tertarik untuk mengikuti perkembangan politik dunia. Namun, matanya mulai terbuka ketika melihat keberadaan Nazi Jerman yang dipandang dengan ketakutan oleh banyak orang. Salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan menyumbangkan sejumlah gajinya untuk para fisikawan Jerman.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Oppenheimer berasal dari keluarga Yahudi Jerman yang pindah ke Amerika Serikat. Sebagai bentuk solidaritasnya untuk para fisikawan Jerman yang lari dari kejaran Nazi, dia menyumbangkan 3% gajinya selama beberapa tahun.
3. Kepala Laboratorium Los Alamos
Foto: Atomic Archive
Dalam perjalanan kariernya, Oppenheimer pernah menjadi kepala laboratorium di Los Alamos yang bertugas merancang senjata nuklir. Pada akhirnya, laboratorium itu jatuh di bawah Proyek Manhattan yang didasari panggilan mendesak Presiden AS Roosevelt untuk mengembangkan bom atom secepat mungkin.
Saat itu, Oppenheimer menjadi kepala tim yang menghitung ambang reaksi berantai untuk bom atom. Dia bahkan menghadiri uji coba peledakan yang sempat dilakukan di New Mexico pada 1945. Untuk diketahui, proyek inilah yang menjadi cikal bakal bom atom yang nantinya dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
4. Dikenal sebagai Bapak Bom Atom
Foto: Wikipedia
Julukan Bapak Bom Atom disematkan kepada Oppenheimer bukan tanpa alasan. Hal ini tentu berkaitan dengan kontribusi besar Oppenheimer pada perancangan bom atom untuk Proyek Manhattan. Pada Agustus 1945, bom atom rancangannya dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Menurut catatan laman History, bom atom tersebut menewaskan sekitar 100.000-200.000 orang di kedua kota yang berada di Jepang itu. Pada akhirnya, serangan pembunuh tersebut memang membuat Jepang menyerah dan mengakhiri perang yang berlangsung.
5. Menyesali Pengembangan Bom Atom
Foto: NPR
Penyesalan selalu datang di akhir mungkin menjadi kalimat yang cocok untuk menggambarkan J. Robert Oppenheimer. Kontribusinya terhadap pembuatan bom atom pertama memang membuat negaranya menang perang. Namun, di sisi lain, dia juga merasa bersalah dengan tindakannya yang membuat ratusan ribu nyawa melayang.
Nasi sudah menjadi bubur. Setelah peristiwa bersejarah itu, Oppenheimer menentang pengembangan lebih lanjut tentang bom atom. Tak hanya itu, dia juga menyatakan mundur dari jabatannya di Laboratorium Los Alamos.
Kekecewaan Oppenheimer bersama para staf lain adalah menganggap pengeboman Hiroshima dan Nagasaki sejatinya tidak diperlukan dari sudut pandang militer. Meski demikian, keputusan tetap pada penjatuhan bom dan membunuh ratusan ribu nyawa. Saat bertemu Presiden Harry S Truman, dia mengatakan, “blood on my hands” (ada darah di tangan saya).
6. Mendapat Nominasi Nobel Fisika
Foto: Los Alamos National Laboratory
Punya prestasi luar biasa dalam kontribusi perancangan bom atom, nama Oppenheimer telah dikenal luas sebagai sosok fisikawan yang jenius. Beberapa kali, namanya bahkan dinominasikan pada Penghargaan Nobel Fisika. Dia pernah masuk nominasi pada 1945, 1951, serta 1967. Sayang, Oppenheimer tidak pernah pernah sekalipun memenangkannya.
7. Pernah Belajar Bahasa Sansekerta
Foto: NPR
Oppenheimer punya minat pribadi untuk belajar bahasa Sansekerta. Sambil bekerja, dia terus belajar termasuk ketika membaca Bhagavad Gita dalam bahasa kitab suci umat Hindu tersebut. Dia bahkan punya kutipan terkenal menggunakan bahasa Sansekerta yang ditampilkan pada sejumlah film dokumenter. Kutipan itu terkait kali pertama dia melihat uji coba bom atom perdana pada 16 Juli 1945. Ketika diterjemahkan, bunyi kutipannya adalah “Kami tahu dunia tidak akan sama. Beberapa orang tertawa, beberapa orang menangis, kebanyakan orang diam”.
8. Diasingkan karena Menentang Pengembangan Senjata Nuklir
Foto: Live Science
Pada 1946, Amerika Serikat membentuk Komisi Energi Atom untuk mengawasi jalannya pengembangan senjata nuklir negaranya. Saat itu, Oppenheimer menggunakan posisinya yang masih berpengaruh untuk menentang pengembangan bom hidrogen yang sedang diuji. Adapun alasannya karena kekuatan bom itu diyakini 1.000 kali lebih kuat dari bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Menyikapi penentangan, pengusaha Lewis Strauss yang saat itu menjadi ketua Komisi Energi Atom mengadakan sidang keamanan untuk menyelidiki potensi pembangkangan kesetiaan Oppenheimer. Pada akhirnya, ilmuwan itu dituduh punya hubungan dengan komunis yang bisa mengancam negara. Pada 1954, pemerintah AS mencabut izin keamanannya dan menjadikannya salah satu dari banyak orang yang masuk daftar hitam.
9. Meninggal karena Kanker
Foto: dtnext
Menjelang akhir hayatnya, Oppenheimer mendapat diagnosis kanker tenggorokan. Kondisinya ini disebabkan karena statusnya yang diketahui sebagai perokok berat. Setelahnya, dia sempat menjalani operasi hingga kemoterapi, namun sia-sia. Oppenheimer meninggal dunia pada 1967. Pada saat kremasi dilakukan, lebih dari 600 orang ternama turut hadir untuk memberi penghormatan terakhir.
10. Kisahnya Banyak Dijadikan Film Sejarah
Foto: IndieWire
Kisah Oppenheimer yang dijuluki Bapak Bom Atom telah banyak difilmkan. Terbaru, muncul sebuah film garapan Christopher Nolan dengan judul Oppenheimer. Mengusung tema sejarah, film ini dibintangi Cillian Murphy.
Bagi yang tampak asing, Cillian Murphy ini adalah pemeran Thomas Shelby di serial Peaky Blinders. Di film itu, Cillian memerankan karakter J. Robert Oppenheimer, ahli fisika teoritis Amerika yang menajdi tokoh kunci dalam pengembangan bom atom Manhattan Project.
Tak hanya Cillian, film ini juga menampilkan sederet aktor kondang kenamaan. Sebut saja seperti Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr, Florence Pugh, dan lain sebagainya.
(alv)