Belajar dari Filosofi Kintsugi: Tetap Percaya Diri dan Say No To Insecure

Rabu, 29 April 2020 - 16:01 WIB
loading...
Belajar dari Filosofi Kintsugi: Tetap Percaya Diri dan Say No To Insecure
Seni Kintsugi yang membuat barang pecah menjadi lebih indah bisa kita ambil filosofinya dalam melihat diri kita sendiri. Foto/Artstation
A A A
JAKARTA - Seringkali, kita selalu merasa tidak percaya diri dan merasa tidak aman dengan diri sendiri. Perasaan inilah yang identik disebut sebagai insecure.

Menurut psikolog klinis Melanie Greenberg dalam tulisannya di Psychology Today, "The 3 Most Common Causes of Insecurity and How to Beat Them", ada beberapa hal yang membuat seseorang merasa insecure alias merasa tak nyaman dengan diri sendiri.

Belajar dari Filosofi Kintsugi: Tetap Percaya Diri dan Say No To Insecure

Foto: larsons.blog

"Kondisi masa kecil, trauma masa lalu, pengalaman gagal dan ditolak, kesepian, kecemasan, memandang negatif diri sendiri, sifat perfeksionis, dan punya orang tua yang selalu mengkritik, bisa membuat seseorang merasa insecure," kata Melanie yang menulis buku "The Stress-Proof Brain".

Terinspirasi dari kalimat yang diungkapkan oleh Jane Lee Logan yang mengatakan bahwa, “We can all feel a little damaged sometimes. But remember a broken crayon can draw just a colourfully as a whole crayon”. Lewat kalimat ini, kita bisa mengulik lagi sebuah filosofi yang dinamakan filosofi kintsugi.

Filosofi Kintsugi: Seni Merangkai Kembali Barang Pecah Belah

Belajar dari Filosofi Kintsugi: Tetap Percaya Diri dan Say No To Insecure

Foto: Saatchi Art

Di Jepang, ada sebuah seni turun temurun yang berusaha untuk menyatukan kembali barang yang sudah terpecah belah dan mungkin dianggap sudah tidak berguna. Seni ini diberi nama kintsugi (kintsukuroi) atau golden repair.

Dalam tradisi Jepang, karya seni yang luar biasa ini berawal dari kisah seorang militer Jepang bernama Shogun Ahikasa Yoshimasa. Dia memecahkan cangkir teh kesayangan miliknya. Karena benda tersebut adalah benda kesayangannya, maka ia berusaha untuk memperbaikinya dengan pergi ke seorang ahli seni China.

Sayangnya, cangkir itu hanya bisa diperbaiki dengan diberikan staples dan logam. Kemudian Shogun masih berusaha untuk memperbaikinya agar kelihatan lebih indah dan elegan. Akhirnya ia bertemu dengan seorang pengrajin Jepang.

Rupanya, sang pengrajin tersebut mampu menyenangkan hati Shogun karena cangkir teh kesayangannya itu justru tampak lebih indah. Rupanya, sang pengrajin memberikan cairan emas pada bagian tambalan-tambalan cangkir tersebut sehingga membuatnya lebih indah dan memiliki nilai kembali.

Belajar dari Filosofi Kintsugi: Tetap Percaya Diri dan Say No To Insecure

Foto: The Vintage News

Seni Kintsugi akhirnya menjadi populer dan banyak orang yang terinspirasi untuk menerapkan pada barang-barang miliknya yang sudah hancur. Bahkan banyak orang yang dengan sengaja menghancurkan barang miliknya untuk diberi sentuhan kintsugi supaya punya nilai keindahan yang lebih baik.

Ketidaksempurnaan Punya Kehebatannya Sendiri

Belajar dari Filosofi Kintsugi: Tetap Percaya Diri dan Say No To Insecure

Foto: IamExpat

Dari filosofi kintsugi, kita bisa memetik sebuah pembelajaran kehidupan bahwasanya sesuatu yang sudah hancur dapat diberi nilai kembali agar menjadi satu kekuatan yang dapat membangkitkan nilai positif diri seseorang.

Filosofi kintsugi mengarah kepada filosofi estetika Jepang yang lebih meluas, yakni Wabi Sabi, yaitu bahwa untuk melihat keindahan, tidaklah seperti idealisme budaya Barat akan kesimetrian dan geometris. Akan tetapi, dari Buddhisme, yakni sebuah konsep akan ketidaksempurnaan.


Foto: Theleaders

Termasuk dalam hal ini adalah ketidaksempurnaan yang memicu rasa insecure. Bahwa ketidaksempurnaan tidak perlu disembunyikan, tapi harus ditunjukkan karena punya kehebatannya sendiri. Oleh karenanya, cara untuk menghindari insecure adalah dengan mengubah cara pandang kita. Kita harus yakin bahwa cinta dapat tumbuh dari adanya sebuah penerimaan.

Untuk merealisasikannya, kita perlu sebuah komitmen dalam diri. Cara sederhana yang bisa ditempuh adalah dengan mengucapkan terima kasih kepada diri kita sendiri. Berhentilah membenci diri sendiri, dan mulai berdamai dengan menerima ketidaksempurnaan kita.

Sofia Hanifah
Kontributor GenSINDO
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram: @sofiahnfh
(it)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1365 seconds (0.1#10.140)