Review Film Turning Red: Rumitnya Hubungan Ibu dan Anak ABG
Jum'at, 11 Maret 2022 - 07:07 WIB
Tidak semua orang suka perubahan. Terutama, ketika perubahan itu terjadi pada fisik dan hubungan mereka dengan orang sekitar. Perubahan itu juga terkadang sulit diterima. Tidak hanya pada orang yang berubah, tapi juga orang di sekitar mereka. Inilah salah satu pesan film terbaru Pixar , Turning Red.
Turning Red mengisahkan tentang Meilin, seorang ABG cewek berusia 13 tahun yang mengalami gejala pubertas. Dia punya teman satu geng, yaitu Priya, Miriam, dan Stacy. Mereka sangat nge-fans dengan boyband bernama 4 Town. Geng ini sangat kompak dan mendukung satu sama lain.
Suatu hari, ibu Meilin menemukan buku Meilin yang berisi gambar Meilin dengan seorang kasir minimarket. Ibu Meilin murka dan melabrak kasir yang tidak tahu apa-apa itu. Meilin sangat malu dengan kejadian tersebut. Keesokan harinya, Meilin bangun tidur dengan kondisi tubuhnya telah membesar, berbulu, dan berwarna merah. Ya, Meilin berubah menjadi panda merah.
Meilin pun panik. Dia berusaha bersembunyi di kamar mandi. Ibunya menyangka kalau Meilin mendapatkan haid pertamanya dan berusaha mendampingi putrinya tersebut. Tapi, Meilin terus menolak kehadiran ibunya itu. Dia bukannya malu dengan haid pertamanya, tapi kondisinya yang berubah menjadi panda merah.
Untungnya, Meilin bisa menguasai dirinya. Dia pun akhirnya tahu kalau dia akan berubah menjadi panda merah kalau dia terlalu marah, ketakutan, atau senang. Jadi, dia pun harus mengolah emosinya dengan benar. Tapi, itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Ibu Meilin, Ming, sangat protektif terhadap putri tunggalnya itu. Dia melakukan apa pun demi melindungi putrinya tersebut. Memang, sekilas, hal itu baik. Tapi, untuk jangka panjang, ini hanya akan memicu konflik antara ibu dan anaknya.
Mei yang telah beranjak dewasa ingin punya sedikit ruang untuk dirinya sendiri. Dia juga ingin merasakan sedikit kebebasan dan menikmati masa remaja seperti orang lain. Namun, ibunya sepertinya tidak memahami ini dan dia—awalnya—tidak berani memberontak.
Konflik yang tidak terungkap ini akhirnya menjalar ke hubungan antara Meilin dengan tiga sahabatnya. Ming tidak suka teman-teman Meilin ini. Sementara, bagi Meilin, ketiga cewek itu sudah seperti soulmate-nya. Apalagi, mereka selalu mendukung satu sama lain. Ketiga cewek itu juga ada di sana ketika Meilin berubah menjadi panda merah.
Turning Red mengemukakan konflik yang sering terjadi antara ibu dengan anaknya yang beranjak remaja atau mengalami pubertas. Meski tidak semua orang mengalami ini, tapi perubahan itu bisa berdampak pada hubungan ibu dan anaknya. Film ini dengan baik mempresentasikan hal itu dengan cara yang khas Pixar.
Keteguhan Ming sebagai seorang ibu yang ingin agar anaknya selalu aman akhirnya bertabrakan dengan keinginan Meilin untuk privasi dan sedikit kebebasan. Meilin pun berharap ibunya bisa memahaminya. Apalagi selama ini, Meilin merasa telah berusaha memenuhi harapan ibunya untuk menjadi anak baik-baik, berprestasi, dan ikut les sana sini.
Pubertas sering menjadi bahasan yang sulit antara orangtua dengan anaknya. Di masa itu, si anak biasanya sudah mulai sadar kalau dia punya pilihan yang bisa berbeda dengan orangtuanya. Dia akan lebih emosional dan ingin mengekspresikan dirinya. Di sisi lain, orangtua biasanya akan lebih waspada dengan perubahan tersebut. Ada kekhawatiran si anak terjerumus ke hal-hal yang salah.
Turning Red menunjukkan kalau komunikasi adalah hal penting di dalam keluarga. Selain itu rasa saling memahami dan terbuka satu sama lain juga penting dalam hubungan tersebut. Orangtua pun tak harus selalu mempertahankan ego untuk selalu melindungi anaknya. Karena, bagaimana pun, suatu hari, si anak dituntut untuk bisa hidup mandiri.
Turning Red mengangkat tema pubertas dan rumitnya hubungan ibu dan putrinya ini dengan pemaparan yang ringan. Film ini memberikan gambaran tentang kehidupan warga keturunan Asia di Toronto, Kanada. Selain itu, mitologi China tentang panda merah juga dijabarkan di sini.
Turning Red itu kocak, sarat makna, dan menyentuh. Apa yang diungkapkan di film ini sangat relate dengan kejadian sehari-hari yang ada di sekitar kita. Turning Red mulai tayang di Disney+ Hotstar pada hari ini, Jumat (11/3).
Turning Red mengisahkan tentang Meilin, seorang ABG cewek berusia 13 tahun yang mengalami gejala pubertas. Dia punya teman satu geng, yaitu Priya, Miriam, dan Stacy. Mereka sangat nge-fans dengan boyband bernama 4 Town. Geng ini sangat kompak dan mendukung satu sama lain.
Suatu hari, ibu Meilin menemukan buku Meilin yang berisi gambar Meilin dengan seorang kasir minimarket. Ibu Meilin murka dan melabrak kasir yang tidak tahu apa-apa itu. Meilin sangat malu dengan kejadian tersebut. Keesokan harinya, Meilin bangun tidur dengan kondisi tubuhnya telah membesar, berbulu, dan berwarna merah. Ya, Meilin berubah menjadi panda merah.
Meilin pun panik. Dia berusaha bersembunyi di kamar mandi. Ibunya menyangka kalau Meilin mendapatkan haid pertamanya dan berusaha mendampingi putrinya tersebut. Tapi, Meilin terus menolak kehadiran ibunya itu. Dia bukannya malu dengan haid pertamanya, tapi kondisinya yang berubah menjadi panda merah.
Untungnya, Meilin bisa menguasai dirinya. Dia pun akhirnya tahu kalau dia akan berubah menjadi panda merah kalau dia terlalu marah, ketakutan, atau senang. Jadi, dia pun harus mengolah emosinya dengan benar. Tapi, itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Ibu Meilin, Ming, sangat protektif terhadap putri tunggalnya itu. Dia melakukan apa pun demi melindungi putrinya tersebut. Memang, sekilas, hal itu baik. Tapi, untuk jangka panjang, ini hanya akan memicu konflik antara ibu dan anaknya.
Mei yang telah beranjak dewasa ingin punya sedikit ruang untuk dirinya sendiri. Dia juga ingin merasakan sedikit kebebasan dan menikmati masa remaja seperti orang lain. Namun, ibunya sepertinya tidak memahami ini dan dia—awalnya—tidak berani memberontak.
Konflik yang tidak terungkap ini akhirnya menjalar ke hubungan antara Meilin dengan tiga sahabatnya. Ming tidak suka teman-teman Meilin ini. Sementara, bagi Meilin, ketiga cewek itu sudah seperti soulmate-nya. Apalagi, mereka selalu mendukung satu sama lain. Ketiga cewek itu juga ada di sana ketika Meilin berubah menjadi panda merah.
Turning Red mengemukakan konflik yang sering terjadi antara ibu dengan anaknya yang beranjak remaja atau mengalami pubertas. Meski tidak semua orang mengalami ini, tapi perubahan itu bisa berdampak pada hubungan ibu dan anaknya. Film ini dengan baik mempresentasikan hal itu dengan cara yang khas Pixar.
Keteguhan Ming sebagai seorang ibu yang ingin agar anaknya selalu aman akhirnya bertabrakan dengan keinginan Meilin untuk privasi dan sedikit kebebasan. Meilin pun berharap ibunya bisa memahaminya. Apalagi selama ini, Meilin merasa telah berusaha memenuhi harapan ibunya untuk menjadi anak baik-baik, berprestasi, dan ikut les sana sini.
Pubertas sering menjadi bahasan yang sulit antara orangtua dengan anaknya. Di masa itu, si anak biasanya sudah mulai sadar kalau dia punya pilihan yang bisa berbeda dengan orangtuanya. Dia akan lebih emosional dan ingin mengekspresikan dirinya. Di sisi lain, orangtua biasanya akan lebih waspada dengan perubahan tersebut. Ada kekhawatiran si anak terjerumus ke hal-hal yang salah.
Turning Red menunjukkan kalau komunikasi adalah hal penting di dalam keluarga. Selain itu rasa saling memahami dan terbuka satu sama lain juga penting dalam hubungan tersebut. Orangtua pun tak harus selalu mempertahankan ego untuk selalu melindungi anaknya. Karena, bagaimana pun, suatu hari, si anak dituntut untuk bisa hidup mandiri.
Turning Red mengangkat tema pubertas dan rumitnya hubungan ibu dan putrinya ini dengan pemaparan yang ringan. Film ini memberikan gambaran tentang kehidupan warga keturunan Asia di Toronto, Kanada. Selain itu, mitologi China tentang panda merah juga dijabarkan di sini.
Turning Red itu kocak, sarat makna, dan menyentuh. Apa yang diungkapkan di film ini sangat relate dengan kejadian sehari-hari yang ada di sekitar kita. Turning Red mulai tayang di Disney+ Hotstar pada hari ini, Jumat (11/3).
(alv)
tulis komentar anda