Mengapa Pemain EURO 2020 Tetap Curang Meski Ada VAR? Ini Jawabnya Menurut Psikolog

Jum'at, 02 Juli 2021 - 13:19 WIB
Matthijs de Ligt (seragam oranye) dari Belanda termasuk yang melakukan kecurangan besar dalam EURO 2020. Foto/AFP, Emmanuel Dunand
JAKARTA - Untuk pertama kalinya pada tahun ini, kompetisi akbar sepak bola tingkat Eropa atau EURO 2020 menggunakan teknologi Video Assistant Referee (VAR) pada seluruh pertandingannya.

Dengan teknologi ini, wasit yang bertugas di lapangan akan dibantu oleh wasit yang berada di depan layar VAR untuk membantu memberikan keputusan yang tepat dalam pertandingan.

Penggunaan VAR bukan cuma ditujukan untuk para wasit saja, hasil rekaman juga bisa ditonton di TV oleh para penonton pertandingan tersebut.



Jadi tiap kali ada peristiwa pemain jatuh, pemain kesakitan, pemain yang melakukan protes, termasuk bola yang masuk ke gawang, wasit bisa meninjau ulang penyebab peristiwa itu, atau apakah golnya sah dan bukan karena perbuatan curang pemain.

Kecanggihan alat tersebut membuat wasit bisa melihat rekaman peristiwa yang dipermasalahkan itu dari berbagai sudut pengambilan gambar. Singkatnya, penggunaan VAR tak lagi membuat para wasit bisa tertipu dengan insiden-insiden di lapangan.



Foto: Getty Images

Yang menarik, dengan bukti rekaman valid, nyatanya para pemain masih saja melakukan aksi dramatis yang konyol. Misalnya adalah saat Matthijs de Ligt dari Belanda melakukan handball saat berduel dengan Patrik Scihck dari Republik Ceska dalam pertandingan babak 16 besar.

Tadinya, Ligt hanya diberi kartu kuning, tapi setelah wasit mengecek VAR, dia akhirnya diberi kartu merah. Aksi handball Light pun sempat jadi bahan olok-olokan netizen karena aksi curangnya sangat jelas terlihat.

Kasus lainnya adalah pada pertandingan antara Swedia dan Ukraina. Marcus Danielsson dari Swedia melakukan tekel keras terhadap Artem Basedin, yang akhirnya membuat dia bernasib sama dengan Ligt. Hingga 30 Juni, ESPN mencatat sudah ada 17 keputusan yang diambil dengan bantuan VAR.

Baca Juga: Ini Asal-Usul Pengendara Vespa Suka Diberi Hormat Anak Kecil

Nah, pertanyaannya, mengapa para pemain melakukan tindakan irasional yang membuat mereka tersingkir dari lapangan, padahal mereka tahu gerak-gerik mereka terekam kamera?

Bence Nanay, profesor filsafat dari University of California, Berkeley, yang juga profesor peneliti untuk studi psikologi filsafat di University of Antwerp, sekaligus pemegang Hibah European Research Council (ERC) untuk mengintegrasikan filsafat, psikologi, dan ilmu saraf, menyebut ada tiga alasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Berikut jawaban yang diberikannya, mengutip dari Psychology Today .

1. TERBIASA MELAKUKANNYA



Foto: Getty Images

Melakukan kecurangan 'kecil' adalah hal yang lazim dilakukan para pemain. Karena itulah, perilaku ini sudah menjadi kebiasaan mereka selama bertahun-tahun. Jadi, tidak gampang untuk berhenti begitu saja melakukannya.

Para pemain telah terbiasa untuk melakukan dan mengulang insiden pura-pura cedera atau melakukan tindakan kejam menyakiti pemain lawan untuk menyelamatkan gawang timnya.

2. DEMI MENYELAMATKAN HARGA DIRI
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!