Alasan di Balik Orang Suka Tantangan dan Bahaya, Bisa Terkait Trauma Masa Lalu
Rabu, 03 Maret 2021 - 21:00 WIB
JAKARTA - Dalam hidup, terkadang kita ingin mencoba hal-hal yang sama sekali tak menggambarkan keseharian kita. Hal itu bisa saja sesuatu yang penuh tantangan atau dekat dengan bahaya,
Keinginan ini biasanya muncul kalau kamu merasa rutinitasmu terlalu monoton. Jadilah, kamu misalnya ingin menjajal mendaki gunung yang jalurnya berat, menjajal ngebut naik motor, atau mencoba wahana yang bikin adrenalin melonjak drastis. Bahkan orang yang punya hobi berolahraga tinju pun bisa jadi bagian dari hal-hal ini.
Melansir dari Psychology Today , manusia memang punya dorongan yang saling bertentangan dalam diri. Berikut penjelasannya.
Dua Sisi yang Saling Mendesak
Manusia punya dua sisi yang saling bertentangan. Di satu sisi, kita menyukai hal-hal yang stabil, seperti pekerjaan kantoran . Kita bakal menghindar dari segala sesuatu yang menyulitkan, tidak stabil, dan membahayakan. Dalam hal ini, manusia menginginkan pekerjaan yang tetap, aman, serta dapat menghidupi dirinya secara stabil tanpa punya risiko apa pun.
Akan tetapi, kita juga punya sisi lain yang cukup memberontak, melawan dan memberi dorongan ke arah yang berbeda. Sisi ini sangat menyukai tantangan dan segala hal yang tidak pasti. Kita bakal mencari petualangan yang bisa saja menyulitkan.
Contohnya, berlatih olahraga ekstrem seperti paralayang, maraton, mendaki gunung, atau melakukanbungee jumping.
Sisi ini juga bisa membuat kita melepaskan pekerjaan dengan gaji tinggi demi menjadi sukarelawan atau pergi berkeliling dunia. Rupanya, sisi ini lebih penting untuk membuat kita merasa “hidup” daripada merasa “aman”.
Kita menjadi orang yang haus akan tantangan dan nekat mendekati bahaya karena sisi ini. Bagian diri yang membuat kita terus terjaga dan merasa tertantang serta menghindari hal-hal statis, seperti cuma duduk di kursi kantor atau bergelut dengan tugas-tugas kuliah di rumah.
Foto:Karolina Grabowska/Pexels
Kita bakal merasa kosong, mirip seperti “berjalan dalam tidur” kalau tak melakukan hal-hal yang didorong oleh desakan untuk tantangan dan bahaya ini.
Baca Juga: 10 Film Laga Thriller Korea yang Mesti Kamu Tonton
Nah, menariknya, sisi inilah yang bisa membentuk karakter dan ketahanan diri kita. Kalau kita hidup dengan menyeimbangkan dua sisi (stabil dan penuh tantangan) ini, kepercayaan diri kita bakal terbentuk dan kita bisa menyadari banyak potensi dalam diri. Kita juga dapat menjadi orang yang lebih kreatif.
Pertumbuhan Pascatrauma yang Tidak Disengaja
Pengalaman traumatis pada masa lalu juga bisa membentuk dorongan untuk menerima tantangan. Kalau kita punya pengalaman traumatis, sebenarnya, secara positif itu dapat membawa kita pada kepercayaan diri, kompetensi yang lebih tinggi, pandangan yang lebih luas, punya tujuan yang lebih kuat, dan masih banyak lagi.
Dosen senior Jurusan Psikologi di Universitas Leeds Becket Steve Taylor menerangkan, kita akan secara tidak sengaja mendapatkan manfaat dari kejadian traumatis penuh tantangan yang berhasil kita lewati. Seseorang akan jadi lebih kompeten dan menghargai hidup mereka.
Dalam beberapa kasus, bahkan seseorang bisa saja bertindak dengan dorongan bawah sadar untuk mendekati bahaya (bahkan kematian) untuk mendapatkan manfaat-manfaat psikologis dari bahaya besar tersebut. Sebenarnya, cara kerja yang ekstrem ini serupa dengan pertumbuhan pascatrauma pada umumnya, hanya saja lebih kuat.
Contohnya, seorang pekerja kantoran yang juga merupakan pembalap motor amatir. Setiap tahun, pria ini pergi ke suatu pulau untuk ambil bagian dalam ajang olahraga motor paling berbahaya di dunia. Ketika ditanya alasannya menyukai olahraga berbahaya itu, jawabannya sederhana.
Keinginan ini biasanya muncul kalau kamu merasa rutinitasmu terlalu monoton. Jadilah, kamu misalnya ingin menjajal mendaki gunung yang jalurnya berat, menjajal ngebut naik motor, atau mencoba wahana yang bikin adrenalin melonjak drastis. Bahkan orang yang punya hobi berolahraga tinju pun bisa jadi bagian dari hal-hal ini.
Melansir dari Psychology Today , manusia memang punya dorongan yang saling bertentangan dalam diri. Berikut penjelasannya.
Dua Sisi yang Saling Mendesak
Manusia punya dua sisi yang saling bertentangan. Di satu sisi, kita menyukai hal-hal yang stabil, seperti pekerjaan kantoran . Kita bakal menghindar dari segala sesuatu yang menyulitkan, tidak stabil, dan membahayakan. Dalam hal ini, manusia menginginkan pekerjaan yang tetap, aman, serta dapat menghidupi dirinya secara stabil tanpa punya risiko apa pun.
Akan tetapi, kita juga punya sisi lain yang cukup memberontak, melawan dan memberi dorongan ke arah yang berbeda. Sisi ini sangat menyukai tantangan dan segala hal yang tidak pasti. Kita bakal mencari petualangan yang bisa saja menyulitkan.
Contohnya, berlatih olahraga ekstrem seperti paralayang, maraton, mendaki gunung, atau melakukanbungee jumping.
Sisi ini juga bisa membuat kita melepaskan pekerjaan dengan gaji tinggi demi menjadi sukarelawan atau pergi berkeliling dunia. Rupanya, sisi ini lebih penting untuk membuat kita merasa “hidup” daripada merasa “aman”.
Kita menjadi orang yang haus akan tantangan dan nekat mendekati bahaya karena sisi ini. Bagian diri yang membuat kita terus terjaga dan merasa tertantang serta menghindari hal-hal statis, seperti cuma duduk di kursi kantor atau bergelut dengan tugas-tugas kuliah di rumah.
Foto:Karolina Grabowska/Pexels
Kita bakal merasa kosong, mirip seperti “berjalan dalam tidur” kalau tak melakukan hal-hal yang didorong oleh desakan untuk tantangan dan bahaya ini.
Baca Juga: 10 Film Laga Thriller Korea yang Mesti Kamu Tonton
Nah, menariknya, sisi inilah yang bisa membentuk karakter dan ketahanan diri kita. Kalau kita hidup dengan menyeimbangkan dua sisi (stabil dan penuh tantangan) ini, kepercayaan diri kita bakal terbentuk dan kita bisa menyadari banyak potensi dalam diri. Kita juga dapat menjadi orang yang lebih kreatif.
Pertumbuhan Pascatrauma yang Tidak Disengaja
Pengalaman traumatis pada masa lalu juga bisa membentuk dorongan untuk menerima tantangan. Kalau kita punya pengalaman traumatis, sebenarnya, secara positif itu dapat membawa kita pada kepercayaan diri, kompetensi yang lebih tinggi, pandangan yang lebih luas, punya tujuan yang lebih kuat, dan masih banyak lagi.
Dosen senior Jurusan Psikologi di Universitas Leeds Becket Steve Taylor menerangkan, kita akan secara tidak sengaja mendapatkan manfaat dari kejadian traumatis penuh tantangan yang berhasil kita lewati. Seseorang akan jadi lebih kompeten dan menghargai hidup mereka.
Dalam beberapa kasus, bahkan seseorang bisa saja bertindak dengan dorongan bawah sadar untuk mendekati bahaya (bahkan kematian) untuk mendapatkan manfaat-manfaat psikologis dari bahaya besar tersebut. Sebenarnya, cara kerja yang ekstrem ini serupa dengan pertumbuhan pascatrauma pada umumnya, hanya saja lebih kuat.
Contohnya, seorang pekerja kantoran yang juga merupakan pembalap motor amatir. Setiap tahun, pria ini pergi ke suatu pulau untuk ambil bagian dalam ajang olahraga motor paling berbahaya di dunia. Ketika ditanya alasannya menyukai olahraga berbahaya itu, jawabannya sederhana.
tulis komentar anda