Mengenal Depresi Tersenyum, Bisa Serang Orang yang Perfeksionis dan Ambisius

Selasa, 22 Desember 2020 - 19:11 WIB
Depresi tersenyum sulit dikenali karena orang yang mengalaminya berusaha menutupi atau malah tidak menyadarinya. Foto/Sydney Sims, Unsplash
JAKARTA - Depresi tersenyum (smiling depression) adalah istilah untuk menggambarkan orang yang menutupi gejala depresi yang ia rasakan dengan cara tersenyum dan menyakinkan orang lain bahwa ia bahagia.

Secara resmi, memang tidak ada istilah atau diagnosis depresi tersenyum dalam daftar gangguan kesehatan mental . Tapi kondisi tersebut sangat nyata.

Mengutip webmd.com , orang yang mengalami depresi tersenyum cenderung ingin memberi tahu orang lain bahwa mereka merasa baik dan kuat dengan cara melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Jadi keluarga atau orang lain mungkin tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan bantuan.

Disebutkan, bahwa orang yang lebih berisiko mengalami situasi ini ialah mereka yang bersifat perfeksionis atau ambisius.

Untuk orang-orang seperti ini, menjaga penampilan lebih utama meski mereka harus berpura-pura merasa baik.





Foto: Redbubble

Satu hal yang membedakan depresi tersenyum dari jenis depresi lainnya adalah bahwa hal tersebut sering tidak terlihat dari luar. Orang lain mungkin tidak menyadari bahwa mereka depresi, dan bisa jadi, mereka pun tidak menyadarinya.

Itulah salah satu alasan mengapa depresi tersenyum terkadang bisa lebih berbahaya daripada bentuk depresi 'klasik'. Bunuh diri menjadi risiko terbesar dari depresi tersenyum.

Orang mungkin tidak tahu mereka membutuhkan bantuan tanpa tanda-tanda umum depresi seperti menarik diri, energi yang minim, atau kurang antusias. ( )

Orang dengan depresi tersenyum menutupi semua perasaan itu dengan baik. Mereka juga punya energi untuk merencanakan dan menindaklanjuti rencana untuk mati bunuh diri.

Depresi tersenyum punya beberapa ciri khas, di antaranya perasaan sedih atau sedih kehilangan kenikmatan, dan kesulitan berkonsentrasi.



Foto: Shutterstock

Orang dengan depresi tersenyum juga bisa mengalami gejala seperti sakit punggung atau sakit kepala. Mereka bisa jadi juga kurang banyak teman atau punya masalah kepercayaan, dan cenderung beralih ke alkohol atau obat-obatan.

Tentunya, kondisi ini bisa diatasi dengan upaya diri sendiri atau menemui psikiater atau ahli kesehatan mental lainnya. Yang pasti, syaratnya harus terbuka dan jujur membagikan perasaannya.

Selain itu, depresi tersenyum juga bisa dicoba diatasi dengan mencoba bercerita ke sahabat atau orang yang dicintai, menghabiskan waktu di alam, olahraga rutin, mendengarkan musik, atau membuat karya seni atau aktivitas lain yang disukai.

Merenung juga bisa membantu mengatasi masalah ini. Namun yang terpenting adalah berani menerima kondisi diri apa adanya. ( )

Nyayu Bela Aldia

Kontributor GenSINDO

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Instagram: @nyayu_bela_aldia
(ita)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More