Review Film ‘Laskar Pelangi’: Tagore, Totto-Chan, juga Hirata
Rabu, 30 September 2020 - 12:40 WIB
Ia juga mengecam kemiskinan yang menggerogoti Belitong, yang justru melimpah ruah sumber daya alamnya. Ironi, juga tragedi, dikemasnya sebagai tontonan yang tak menyesakkan, tapi meruapkan keinginan untuk bersyukur. Bersyukur di tengah keterbatasan dan mencoba menyiasati keterbatasan.
Seperti halnya tokohnya yang juga penting dalam film ini, Ibu Muslimah (Cut Mini). Sosok yang menjadi teladan bagi murid-muridnya dan juga bisa jadi bagi 4 juta penonton yang telah menonton film ini. (
)
Ia menolak melawan nasib yang seakan digariskan untuknya: menikah dengan laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya. Ia memilih mengabdikan diri bagi anak-anak yang membutuhkan bimbingan. Ibu Muslimah juga membangkitkan harapan pada mereka.
Foto: Miles Films
Totto-Chan, seperti Hirata, juga begitu kagum pada gurunya. Dan kekaguman itu ditularkan pada 700 ribu pembeli novel "Laskar Pelangi". Sementara Totto-Chan sukses membuat 5 juta orang tergopoh-gopoh membaca kisah sekolahnya yang luar biasa.
Alasannya, ada harapan di dalamnya yang membuat orang terkesima. Harapan yang tak disadari juga bisa menggerakkan seseorang untuk lebih menghargai hidup yang dipunyainya. (
)
"Laskar Pelangi" versi novel maupun filmnya pada akhirnya menemukan keterikatan emosi dengan pembacanya yang membutuhkan harapan pada masa yang serba tak pasti. Dan Riri tetap menjaga esensi terpenting dari tulisan Hirata itu.
Ia seperti mengamini pendapat Lionel Tiger. Bahwa manusia adalah “sejenis hewan dengan bakat besar untuk berharap ("An animal with a gorgeous genius for HOPE.”)
“Laskar Pelangi” tayang di Disney+ Hotstar dan Netflix.
*Ichwan Persada adalah seorang sutradara/produser film, sekaligus dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran.
Seperti halnya tokohnya yang juga penting dalam film ini, Ibu Muslimah (Cut Mini). Sosok yang menjadi teladan bagi murid-muridnya dan juga bisa jadi bagi 4 juta penonton yang telah menonton film ini. (
Baca Juga
Ia menolak melawan nasib yang seakan digariskan untuknya: menikah dengan laki-laki yang menjadi pilihan orang tuanya. Ia memilih mengabdikan diri bagi anak-anak yang membutuhkan bimbingan. Ibu Muslimah juga membangkitkan harapan pada mereka.
Foto: Miles Films
Totto-Chan, seperti Hirata, juga begitu kagum pada gurunya. Dan kekaguman itu ditularkan pada 700 ribu pembeli novel "Laskar Pelangi". Sementara Totto-Chan sukses membuat 5 juta orang tergopoh-gopoh membaca kisah sekolahnya yang luar biasa.
Alasannya, ada harapan di dalamnya yang membuat orang terkesima. Harapan yang tak disadari juga bisa menggerakkan seseorang untuk lebih menghargai hidup yang dipunyainya. (
Baca Juga
"Laskar Pelangi" versi novel maupun filmnya pada akhirnya menemukan keterikatan emosi dengan pembacanya yang membutuhkan harapan pada masa yang serba tak pasti. Dan Riri tetap menjaga esensi terpenting dari tulisan Hirata itu.
Ia seperti mengamini pendapat Lionel Tiger. Bahwa manusia adalah “sejenis hewan dengan bakat besar untuk berharap ("An animal with a gorgeous genius for HOPE.”)
“Laskar Pelangi” tayang di Disney+ Hotstar dan Netflix.
*Ichwan Persada adalah seorang sutradara/produser film, sekaligus dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran.
(it)
tulis komentar anda