Telepsikiatri: Lebih Efektif daripada Konseling Langsung?

Senin, 14 September 2020 - 19:45 WIB
Konsultasi ke psikolog atau psikiater secara langsung bisa digantikan dengan telepsikiatri atau bahkan aplikasi. Foto/Shutterstock
JAKARTA - Situasi di tengah pandemi kayaknya betul-betul membatasi ruang gerak manusia, apalagi kalau yang berhubungan dengan kegiatan tatap muka.

Konsultasi bersama dokter di klinik, beralih dengan hanya lewat usapan jari di ponsel. Begitupun kegiatan konseling yang biasa diberikan secara langsung oleh psikater maupun psikolog secara tatap muka, kini beralih juga jadi secara daring lewat aplikasi video kayak Zoom atau Google Meet.

Telepsikiatri adalah istilah yang tepat untuk kegiatan konseling yang dilakukan secara virtual. Menurut American Psychiatric Association, telepsikiatri tetap melibatkan interaksi langsung antara psikiater dan pasien.



Kegiatan konseling juga berlangsung interaktif seperti biasanya dan tetap akan ada pencatatan informasi medis untuk ditinjau kemudian hari.



Foto: Shutterstock

Mengutip wawancara Psychiatry Advisor bersama John Fortney, PhD, menurutnya telepsikiatri gak cuma mengurangi beban perjalanan, tapi bisa juga mengurangi stigma terhadap pasien saat melakukan perawatan dengan psikolog ataupun psikiater.

“Selain itu, kegiatan ini juga berpotensi meningkatkan komunikasi dan koordinasi di antara penyedia layanan dan para spesialis kesehatan mental agar bisa memberi perawatan yang lebih holistik bagi pasien,” ujar John. ( )

Di sisi lain, melansir dari studi tim Cowan yang berjudul “ Barriers to Use of Telepsychiatry: Clinicians as Gatekeepers” telepsikiatri mengurangi kemampuan psikiater untuk mendeteksi petunjuk nonverbal selama konferensi video.

Beberapa psikiater bahkan merasa kaku atau kurang nyaman dan sulit menarik perhatian pasien. Dari studi ini juga diketahui bahwa psikiater merasa gak nyaman kalau gak bisa melakukan kontak fisik seperti memberi tisu kepada pasien yang menangis atau sekadar memajukan kursi lebih dekat kepada pasien.

Tapi dari sisi hasil, studi yang dilakukan tim Hubley dalam jurnal World Journal of Psychiatry pada tahun 2016 menemukan, mayoritas pasien justru puas dengan layanan telepsikiatri. ( )



Foto: Unsplash

Ini terbukti lewat kesimpulan dalam 23 dari 31 studi yang ditinjau bahwa rata-rata pasien memberi rating “good” sampai “excellent” untuk menilai pengalamannya melakukan telepsikiatri.

Dari sisi reliabilitas, telepsikiatri juga gak menunjukkan adanya penurunan dibanding secara tatap muka. Studi lain yang dilakukan Bahshur dan tim dalam jurnalnya yang berjudul “The Empirical Evidence for Telemedicine Interventions in Mental Disorder” bahkan menyimpulkan kalau telepsikiatri bisa lebih efektif dan efisien dibanding secara tatap muka.

Melansir Current Psychiatry vol. 19, beberapa studi lain turut menunjukkan hal serupa saat menjalani telepsikiatri. Pertama, dalam studi telepsikiatri berbasis sekolah siswa, guru, dan psikiater merasa waktu yang diluangkan jauh lebih efisien.

Kedua, dalam sebuah penelitian tentang telepsikiatri untuk depresi, orang merasa lebih puas dengan terapi seiring meningkatnya sesi berbasis video. ( )

Ketiga, dalam studi terhadap veteran 90 persen dari mereka menikmati terapi video dan lebih memilih itu daripada konseling secara langsung, meskipun prosesnya baru bagi mereka.

Shanen Patricia Angelica

Kontributor GenSINDO

Universitas Indonesia

Instagram: @patriciaaash
(it)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More