Enheduanna: Putri Raja, Pendeta, dan Penyair Perempuan Pertama di Dunia

Senin, 31 Agustus 2020 - 20:30 WIB
Enheduanna punya banyak jabatan penting pada masa Mesopotamia, sayangnya namanya justru kini tak banyak dikenal orang. Foto/Wikimedia
JAKARTA - Peradaban kuno seperti Yunani, Romawi, Babilonia, dan Mesopotamia merupakan akar dari segala pengetahuan modern.

Dalam bidang kesusastraan misalnya, mengutip dari History, selama ini kita tahu bahwa ada beberapa karya sastra tertua di dunia seperti "Kesh Temple Hymn", "Instructions of Shuruppak", dan "Epic of Gilgamesh".

Namun, tak pernah diketahui siapa yang menulis karya-karya itu, alias anonim. Saat banyak penulis tanpa nama, Enheduanna dengan karya-karyanya diyakini sebagai penulis pertama yang mencantumkan namanya dan terkenal luas di Mesopotamia.

Enheduanna, salah satu nama yang jarang diperbincangkan sebagai sosok perempuan berpengaruh dalam sejarah peradaban kuno dunia. Ia adalah putri dari raja Sargon dari Akkadia yang saat itu memimpin Mesopotamia. ( )

Joshua J. Mark menulis dalam artikelnya yang berjudul “Enheduanna- Poet, Priestess, Empire Builder”. - sesuai namanya yang berarti pendeta tinggi dari An, dewa langit atau surga - Enheduanna juga dikenal sebagai pendeta tinggi perempuan di Mesopotamia.





Foto: Wikimedia Commons

Tak cuma sampai di situ, Enheduanna juga merupakan penyair dan penulis pertama yang terkenal pada masa itu ketika banyak penulis yang memilih jadi anonim.

Namun, mengutip dari tulisan Louise Pryke dalam The Coversation, menurut Jane Sullivan dalam “Turning Pages: In Praise of The Neglected Women Writers”, namanya justru kini tenggelam dan seakan hilang dalam catatan sejarah.

Karya-karya Enheduanna kebanyakan adalah himne kepada Dewi Inanna dan 42 himne kuil. Himne-himnenya diterjemahkan dengan judul “The Great Hearted Mistress”, “The Exaltation of Innana”, dan “The Goddes of the Fearsome Powers”.

Tradisi menulis pada masa peradaban kuno sering dianggap sebagai tugasnya laki-laki, tapi nyatanya karya Enheduanna justru menjadi bagian penting dalam sejarah sastra Mesopotamia.

Karyanya ditulis dalam aksara paku (kuneiform) pada papan tanah liat, tapi sayangyang tersisa sekarang cuma salinannya yang berasal dari sekitar 1800 SM. ( )



Foto: Wikimedia Commons

Puisi Enheduanna bisa dibilang sebuah refleksi manusia akan keagungan ilahi. Puisinya yang memuji dewa-dewi langit jadi pondasi awal bidang astronomi modern. Penjelasannya tentang pengukuran dan pergerakan bintang diyakini menjadi awal observasi ilmiah.

Mengutip dari "The First Author", jurnal yang ditulis Benjamin R. Foster, karya Enheduanna yang berjudul "The Exaltation of Inanna" mengisahkan perjuangan Enheduanna ketika melawan Lugalanne, seorang pemberontak.

Dalam narasinya, ketiadaan jawaban dari Dewa Bulan membuat Enheduanna kemudian berdoa kepada Inanna. Berkat campur tangan Dewi Inanna, perjuangan Enheduanna melawan Lugalanne akhirnya usai. Ia pun berhasil merebut kembali kekuasaannya

Sosok Enheduanna digambarkan sebagai perempuan kuat dengan kreativitas luar biasa, pujiannya terhadap para dewi terus bergema sepanjang waktu, 4000 tahun setelah pertama kali diukir menjadi tablet tanah liat.

Sayangnya, kini hanya segelintir orang yang tahu akan sosok sang perempuan pertama yang menyandang begitu banyak peran prestisius tersebut. ( )
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More